Nikmat Bersama Allah

Posted by Galih Gumelar Center On September - 1 - 2009

Wahai Allah Dzat Yang Mahamengetahui segala ilmu, Yang Mahamenciptakan Dienul haq, sesungguhnya hanya Engkaulah yang Mahamengetahui Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu, tuntunlah kemampuan hamba-Mu ini untuk mengutarakan kebenaran-Mu. Jadikan siapa pun yang ikut menyimak kebenaran-Mu ini, Kau bersihkan hatinya dengan sebersih-bersihnya, sehingga tidak ada satu niat pun, kecuali ingin mencari kebenaran-Mu untuk bekal bisa bertemu dengan-Mu.

Kekayaan

Posted by Galih Gumelar Center On September - 8 - 2009

Suatu hari, Nabi Muhammad saw ditanya oleh seorang sahabat tentang harta kekayaan. Beliau menjelaskan, ''Barangsiapa menumpuk harta melebihi kebutuhannya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari.'' Hadis Rasulullah di atas mengingatkan agar kita selalu hati-hati terhadap harta yang kita miliki. Islam memang menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak harta kekayaan, namun dengan syarat harus digunakan untuk jalan yang benar dan baik. Misalnya untuk kesejahteraan keluarga, untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan, dan seterusnya.

Puasa Dalam Al-Quran

Posted by Galih Gumelar Center On September - 8 - 2009

Sudah banyak pakar membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa. Ada yang mengaitkan puasa dengan teori-teori kedokteran, seperti dilakukan Muhammad Farid Wajdi, salah seorang murid Shekh Muhammad Abduh. Ada pula yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetiakawanan, serta tidak sedikit pula yang mengaitkan puasa dengan pendidikan kepribadian. Berbagai hikmah yang dikemukan para pakar di atas, tentu saja memiliki alasan-alasan dan logikanya sendiri.

Takut Mati

Posted by Author On Month - Day - Year

Ada seorang laki-laki yang disebut-sebut selalu berada di sisi Nabi Muhammad saw. Orang itu sering dipuji dengan baik. Lalu Rasulullah bertanya, ''Bagaimana teman kalian itu menyebut mati?'' ''Kami hampir tidak pernah mendengar ia mengingat mati,'' jawab mereka. ''(Jika begitu), maka sesungguhnya teman kalian itu bukanlah di situ (di sisi Nabi),'' jawab Rasulullah. Seorang sahabat dari kaum Anshar bertanya. ''Wahai Nabi, siapakah manusia yang paling cerdas dan mulia?''

Batu-batu Kecil di Perut Rasulullah

Posted by Galih Gumelar center On 2009

Suatu saat Rasulullah SAW mengimami salat isya. Tiap kali menggerakkan badannya untuk sujud atau rukuk, terdengar bunyi kletak-kletik seperti tulang-tulangnya berkeretakan. Para makmum cemas, menyangka beliau sedang sakit keras. Maka, seusai salat, Umar bin Khatthab bertanya, ''Apakah engkau sakit wahai kekasih Allah?''

..::..SELAMAT DATANG DI GALIH GUMELAR CENTER..::..DAPATKAN PANDUAN DZIKIR & DOA PENYEMBUHAN SEGALA PENYAKIT ALA UST. GALIH GUMELAR, ST..::..Caranya mudah:kirim email pesanan Panduan Dzikir & Doa Penyembuhan ala Ust. Galih Gumelar,ST. ke galihgumelar@gmail.com plus konfirmasi telah berinfaq untuk majelis dzikir min Rp.100.000,- di transfer ke Rek.BCA. dengan No. Rek :658 017 3053 a/n. Galih Gumelar, dengan menyertakan no.bukti tranfer atau no urut atm...::..Insya Allah Dzikir dan Doa Penyembuhan yang alhamdulillah telah banyak dibuktikan dapat bermanfaat membantu menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita dengan izin dan kuasa Allah.SWT..::..Hasil infaq shodaqoh Insya Allah akan dipergunakan untuk pembinaan majelis dzikir dan yatim piatu agar barokahnya dapat menjadi karomah dan penyembuh juga bagi yang telah berinfaq untuk panduan Dzikir & Doa Penyembuhan..::..Welcome To Galih Gumelar Centre

Bangun malam

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.38 0 komentar
Galih Gumelar Center - Dalam Wasiat-wasiat, Al-Syaikh Al-Akbar Ibnu Arabi menasihati kita. Bunyinya, ketika turun ke langit dunia pada sepertiga terakhir malam, Allah swt berkata, ''Sungguh berdusta orang yang mengatakan mencintai-Ku, sementara ia tidur dan lalai kepada-Ku. Bukankah setiap kekasih ingin berkhalwah dengan kekasihnya? Akulah yang mendatangi kekasih-Ku. Mereka membayangkan-Ku di kelopak mata mereka. Mereka berbicara kepada-Ku dalam musyahadah, dan bercakap-cakap dengan-Ku dengan khusuk. Di hari kemudian, Aku tatapkan mata mereka pada surga-surga-Ku.''

Nasihat Sufi Andalusia, yang dijuluki Muhyiddin, ini mengisyaratkan agar kita bangun malam, dan memanfaatkan sebagian malam itu untuk beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad saw bersabda, ''Hendaklah kalian menunaikan bangun malam, karena bangun malam adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, yang bisa mendekatkan kalian kepada Tuhan, pelebur kesalahan, penghalang dari dosa, dan pengikis penyakit dari tubuh.'' (Imam Ahmad dan Tirmidzi). Dalam Islam, istilah bangun malam disebut qiyaam al-layl.

Rasulullah juga berkata, ''Allah menyayangi seorang lelaki yang bangun malam untuk salat, lalu membangunkan istrinya, dan istrinya pun ikut mendirikan salat. Bila istrinya enggan, ia memerciki air ke mukanya. Dan, Allah menyayangi seorang perempuan yang bangun malam untuk salat, lalu membangunkan suaminya, dan suaminya pun melaksanakan salat. Jika suaminya menolak, ia menciprati air ke wajahnya.'' (Imam Daud dan Ibnu Majah). Suami-istri itu, kata Nabi dalam hadis yang dirawikan oleh Abu Daud dan An-Nasa'i, ditulis sebagai lelaki dan perempuan yang berdzikir kepada Allah.

Lebih jelas, Allah menegaskan pentingnya bangun malam (QS 73: 1-9). HM Thaba'thaba'i, dalam tafsir Al-Miizaan, menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat itu (qiyaam al-layl) adalah salat pada malam hari. Nabi berkata, ''Salat yang terbaik setelah salat fardu adalah (salat) bangun malam.'' (Muslim).

Menurut Muhammad Abdullah Al-Khatib, dalam Qiyaam al-Layl: Penyegar Jiwa, kita bisa memetik pelajaran dari ayat-ayat itu. Yaitu, agar kita selalu bangun malam (salat), seperti Allah perintahkan kepada Nabi-Nya. Sebagian malam yang kita gunakan beribadah kepada Allah akan mendatangkan pahala besar. Kita juga dituntut untuk membaca Alquran dengan tartil. Yaitu, membaca Alquran secara pelan dan merenungkan makna dan kandungannya secara mendalam.

Bangun malam, kata Al-Khatib, merupakan salah satu standar untuk mengukur cita-cita yang benar dan lurus, dan sebagai tanda dari jiwa yang besar. Biasanya, bangun malam sangat berat dilakukan ketimbang bangun pada saat lain. Bila kita sering bangun malam, maka kita akan terbiasa taat beribadah kepada Allah, dan kita mampu membiasakan diri menanamkan keimanan dalam hati dan di relung jiwa. Bangun malam untuk mengingat Allah dapat menciptakan pribadi muslim yang tepercaya dan mewujudkan masyarakat yang disirami hidayah.


| | edit post

Fungsi Doa

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.37 0 komentar
Galih Gumelar Center - Wanita sufi Rabiah Al Adawiyah, sedang berlayar bersama para penumpang lain menuju sebuah pulau kecil. Tiba-tiba badai berhembus dan ombak pun menggila di tengah samudera. Semua cemas, karena maut sudah berada di depan mata. Tetapi ada seorang anak muda berambut sampai ke telinga, terlihat cuma diam seraya bertafakkur. Padahal perahu sudah oleng ke kiri dan ke kanan, air telah menggenang hingga ke mata kaki. Seorang lelaki tua menegur marah, ''Hai, anak muda, tulikah telingamu, butakah matamu? Perahu hampir karam, kamu hanya diam. Berdoalah untuk memperkuat permohonan kami kepada Tuhan.'' Dengan tenang pemuda itu menggumam, ''Tiada seorang hamba pun mampu menghalangi kehendak Sang Mahakuasa. ''Lalu ia menunduk kembali, tak ada yang dilakukan kecuali menekurkan kepala dengan khusuk, seraya mengangkat tangan seolah memberi aba-aba agar badai berhenti. Betul, tak lama kemudian, lautan yang ganas menjadi jinak, angin lantas bertiup sepoi-sepoi, dan perahu melaju tanpa goncangan.

Rabiah bertanya takjub, ''Hai anak muda, demi Allah, kekuatan apa yang kau miliki sampai badai dapat kautundukkan dan gelombang bisa kautaklukkan?'' Pemuda itu menjawab ramah, ''Kalian orang-orang beriman. Bukankah kita hanya makhluk yang fana? Apa wewenang kita menolak kemauan Tuhan? Apa kekuatan kita menantang kekuasaanNya? Seharusnya, bersabarlah menahan diri dari segala keinginan kita karena Dia, nanti Dia berkenan menahan diri dari keinginan-Nya untuk kita. Jangan mengancam Dia dengan kebiasaan kita, nanti Dia menghancurkan kita dengan kedahsyatan kekuasaanNya.'' Jawaban itu tak hanya membuat Rabiah terhenyak dan para penumpang lain tertegun, bahkan perjalanan zaman seakan merekamnya melalui bencana demi bencana yang datang silih berganti. Lihatlah, ilmu siapa yang mampu membungkam gunung kalau hendak meletus, kehebatan bangsa mana yang dapat meredam gempa kalau sudah saatnya harus melanda? Lalu, apakah doa dapat menangkal bencana? Menurut Tuhan, bisa. Alquran menandaskan, ''Bermohonlah kepada-Ku, pasti Kukabulkan bagimu.'' (Q. S. 40: 60).

Sayangnya, manusia acapkali berdoa tanpa kesungguhan dan keyakinan akan manfaatnya. Memang mengangkat tangan sambil mengumandangkan rangkaian kata yang indah terdengar seperti doa. Padahal itu cuma upacara, hanya formalitas. Apalagi kalau dibaca di depan pejabat atau para orang besar. Pada hakikatnya getaran hati tatkala seorang hamba tengah mengangkat tangan seraya bermunajat dengan tulus dan


Meleburkan Dosa

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.32 0 komentar
Galih Gumelar center - Di tengah kerumunan murid-muridnya, seorang sufi terisak menangis. Ia pedih melihat kenyataan hidup yang mulai semrawut. Antara halal dan haram mulai berbaur tidak jelas. ''Dosa-dosa sedang merata di mana-mana, ibarat air hujan yang turun deras dari langit, lalu tumpah di muka bumi. Tak seorang pun bisa mengelak dari kungkungan dosa-dosa itu, tak terkecuali orang saleh sekali pun,'' demikian paparnya.

Seorang murid bertanya, ''Lalu apa jalan keluarnya, wahai Guru?'' ''Perbanyaklah mukaffarat al-dzunub (pelebur dosa)!'' jawab sang guru singkat. Umumnya ulama membagi dosa menjadi dua: dosa besar (kaba-ir) dan dosa kecil (shaga-ir).

Dosa apapun, besar atau kecil, akan menumpulkan hati, sehingga pelakunya makin jauh dari sisi Tuhan dan terseret ke dalam murka-Nya. Memang setiap anak Adam berpotensi pendosa (khattha'). Tetapi sebaik-baik pendosa adalah yang mau tobat (tawwab). Demikian penjelasan oleh Nabi SAW.

Allah yang Maha Penyayang telah membentangkan jalan-jalan bagi penghapusan dosa. Dosa besar -- sepanjang tidak menyangkut hak-hak sesama manusia -- akan diampuni dengan syarat tobat. Seperti disabdakan Nabi SAW, ''Andaikan dosa-dosa seseorang menumpuk setinggi langit, lalu ia bertobat kepada Allah, niscaya akan diterima tobatnya.'' Malaikat pencatat amal konon dibuat lupa di hadapan Allah akan dosa-dosa orang yang bertobat.

Nabi Muhammad SAW memberi contoh bagaimana sebuah tindakan kebaikan dapat mengikis dosa. Beliau bertanya kepada para sahabatnya, ''Jika ada sungai mengalir di muka rumah, lalu penghuninya mandi lima kali sehari, masihkah tersisa sedikit kotoran dari tubuhnya?''

Mereka menjawab, ''Tak akan ada sedikit pun.'' Lalu kata Nabi SAW, ''Pula salat lima waktu dapat menghapus dosa-dosa.'' Sebagaimana salat lima waktu, salat Jumat ke Jumat dan puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, adalah pelebur dosa-dosa yang timbul antara keduanya. Apalagi bila selama Ramadhan, si hamba meramaikannya dengan salat, tadarus, dan sedekah.

Dengan lunturnya dosa-dosa itu, sebagai hasil positif puasa Ramadhan, fajar baru mesti menyingsing. Kita terlahir kembali sebagai 'manusia baru', yakni makhluk yang telah menghiaskan dirinya dengan sifat-sifat Tuhan Sang Mahamulia: adil, pemurah, penyayang, penegak kebenaran, dan seterusnya.


| | edit post

Undangan Allah

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.30 0 komentar

Galih Gumelar Center - Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS. Ali Imran: 97). SETIAP orang yang berusaha taat menjalankan perintah Allah, pasti menginginkan bisa menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Siapapun dia, kaya atau miskin. Tetapi, tak jarang pula orang yang telah dicukupkan hartanya dan diberi nikmat sehat, sering menunda-nunda kewajiban tersebut dengan berbagai alasan. Sementara, sebagian orang belum mampu berangkat haji karena masalah uang. Sahabat, perkara haji sama sekali bukan perkara ada tidaknya uang.

Betapa banyak orang yang dititipi harta melimpah, tapi tetap saja ia tidak bisa berangkat haji. Tak sedikit di antara mereka pulang-pergi ke luar negeri, namun toh tetap tidak pernah sampai ke Tanah Suci. Mengapa demikian? Seseorang bisa menunaikan ibadah haji apabila telah di "diundang" oleh Allah Yang Mahakaya. Allah mengundang hamba-Nya disebabkan karena dua hal.

Ada yang diundang karena niatnya baik, dan ada pula yang diundang karena niatnya jelek. Ada yang membedakan antara dua kelompok orang ini yaitu setelah kepulangannya dari Tanah Suci. Yang pertama akan menyandang gelar haji mabrur dan yang kedua menyandang gelar haji mardud. Apa yang menyebabkan haji seseorang itu mabrur atau mardud? Penyebab utamanya adalah faktor niat.

Bila seseorang pergi haji karena ingin mendapatkan titel haji agar terlihat lebih bonafid, misalnya, maka niat seperti ini hanya akan menjerumuskan diri pada kesia-siaan. Ibadah haji adalah panggilan hati dan kewajiban setiap Muslim. Bahkan, dapat dianggap hutang bila belum ditunaikan. Alangkah indahnya andai sebelum mati, kita bisa menyempurnakan keislaman kita, hingga Allah pun berkenan menyempurnakan karunia nikmatnya pada kita.

Motivasi kedua adalah ingin menghapus segala dosa. Sebesar apapun dosa seseorang, insya Allah akan terhapuskan bila hajinya diterima. Bila kita sudah memiliki keyakinan seperti ini, sebesar apapun biaya yang harus dikeluarkan untuk ibadah haji, maka akan terasa kecil nilainya dibandingkan dengan hikmah dan manfaat yang diperoleh. Bukankah uang yang kita keluarkan itu hakikatnya milik Allah juga?

Yang ketiga adalah jaminan dari Allah dan Rasul-Nya bahwa tiada balasan yang lebih pantas bagi haji mabrur, kecuali surga! Barangsiapa yakin dengan janji ini, niscaya nilai harta yang dikeluarkan terlalu murah bila dibandingkan dengan pahala yang akan didapat. Betapa tidak! Sudah dosa diampuni, mendapat jaminan syurga, semua biaya yang telah dikeluarkan pun akan diganti dengan berlipat ganda ketika di dunia ini juga.

Tidak ada orang yang pulang dari Tanah Suci dan diterima hajinya, lantas jauh miskin. Sebaliknya, Allah SWT akan memudahkan ia dalam mendapatkan rezeki. Jadi, tidak ada yang paling merugi di dunia ini, kecuali orang yang tidak mau berhaji padahal ia mampu. Bagaimana caranya agar Allah SWT berkenan mengundang kita ke rumah-Nya? Seseorang yang mencintai sahabatnya, pasti mau berbuat apa saja bagi sahabatnya tersebut.

Mungkin, suatu saat ia akan mengundang sang teman ke rumahnya. Andaikan sahabatnya tersebut tidak mempunyai ongkos, ia akan memberinya ongkos bahkan menjemputnya. Semakin dia mencintai sahabatnya, maka akan semakin senang dan ikhlas pula ia menjamunya. Demikian pula bila kita ingin diundang oleh Allah.

Jadilah orang yang dicintai-Nya. Bila kita sudah dicintai Allah, maka Allah-lah yang akan memudahkan kita agar dapat menghadap-Nya. Kuncinya, amalkan semua perbuatan yang disukai Allah. Ternyata amalan pertama yang paling disukai Allah adalah shalat tepat waktu. Syarat ini terlihat begitu sederhana.

Tapi, bila kita mampu istiqamah menjaganya, insya Allah doa kita akan mustajab. Amalan kedua adalah shalat tahajud disepertiga malam terakhir. Kedudukan shalat sunnat yang satu ini begitu istimewa, bahkan perintahnya beriringan dengan perintah shalat yang lima waktu (QS. Al-Israa: 78).

Waktu pelaksanaannya pun menjadi saat yang sangat istimewa bagi diijabahnya doa-doa. Semakin kita gemar membiasakan diri shalat tahajud, maka akan semakin mudah pula kita meraih semua yang dicita-citakan, termasuk menunaikan ibadah haji. Amalan selanjutnya adalah birul walidain; memuliakan orangtua. Demi Allah, inilah kunci utama yang dapat membuka selapang-lapangnya keridhaan Allah dan menjadikan pengamalnya meraih kemuliaan dunia akhirat.

Allah SWT berfirman, Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Lukman: 14).

Termasuk ke dalam birul walidain ini adalah mendidik anak-anak kita agar menjadi insan-insan shalih yang akan menyelamatkan kita dari adzab neraka--baik dunia maupun akhirat. Amalan keempat yang disukai Allah adalah sedekah. Siapa saja yang ingin cita-citanya terkabul, hendaklah ia gemar bersedekah.

Bersedekah dengan ikhlas, tidak hanya membuat doa-doa kita mustajab, tetapi akan melahirkan pula kebaikan-kebaikan lainnya. Bersedekah tidak harus selalu dengan uang, senyuman yang tulus termasuk pula sedekah. Barangsiapa yang ingin dibahagiakan Allah, maka bahagiakanlah orang lain.

Barangsiapa ingin ditolong Allah, maka tolonglah orang lain. Barangsiapa ingin dimudahkan urusannya oleh Allah, maka mudahkanlah urusan orang lain. Pendek kata, begitu banyak peluang untuk menjadi hamba yang disukai Allah. Kita ini milik Allah, begitupun harta yang kita miliki.

Sebanyak apapun harta yang kita belanjakan di jalan Allah, pasti Ia akan mengganti harta yang kita belanjakan tersebut dengan yang lebih banyak dan berkah. Karena itu tak heran bila Rasulullah SAW selalu melepas orang yang berhaji dengan sebuah doa, "Semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu, dan mengganti biaya-biayamu" (HR. Ad-Dainuri). Jadi, apalagi yang kita cemaskan dari janji-janji Allah tersebut?



| | edit post

Indahnya Bersabar

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.10 0 komentar

Galih Gumelar Center - Manusia seringkali berlaku egois. Ketika menginginkan rindu sesuatu, ia berdoa habis-habisan dan berupaya sungguh-sungguh demi tercapainya segala yang dirindukan. Tatkala berhasil, serta-merta ia pun melupakan Allah. Bahkan ia menganggap bahwa keberhasilan itu adalah hasil jerih payah dirinya sendiri.

Sebaliknya, bila kegagalan menimpa, ia sering kecewa karenanya. Terkadang ia berburuk sangka kepada Allah dan menimpakan kekecewaannya itu kepada siapa saja yang dianggap biang penyebab kegagalan tersebut. Padahal, rasa kecewa, sedih, dan kesal itu lahir karena manusia terlalu berharap bahwa kehendak Allah harus selalu cocok dengan keinginannya.

Jelas dari kedua sikap tersebut ada sesuatu yang terlewatkan. Yaitu sikap sabar, tawakal, dan syukur nikmat. Karenanya, beruntunglah orang yang memiliki sikap sabar ketika musibah datang menimpa dan memiliki syukur ketika keberuntungan datang menerpa.

Sabar, menurut Dzunnun Al-Mishry, adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran di tengah-tengah medan kehidupan. Atau, seperti kata Al-Junaid, "Engkau menelan suatu kepahitan tanpa mengerutkan muka".

Adapun syukur, adalah tindakan memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Seseorang dikatakan bersyukur kepada Allah, apabila ia mengakui nikmat itu di dalam batinnya, lalu membicarakannya dengan lisan, serta menjadikan karunia nikmat itu sebagai ladang ketaatan kepada-Nya. Pada hakikatnya syukur itu merupakan perwujudan sikap sabar ketika manusia mendapat nikmat.

Mengapa kita harus bersabar ketika mendapatkan nikmat? Karena, karunia nikmat itu justru akan menggelincirkan manusia ke dalam kekhilafan dan memperturutkan hawa nafsu. Betapa banyak orang yang mampu bersabar ketika diberikan ujian, tapi tak mampu bersabar ketika diberi kenikmatan.

Lalu seberapa mampukah kita merasakan nikmatnya sabar?
Syahdan, di masa Rasulullah SAW, sebuah ujian menimpa Ummu Sulaim. Suatu hari anaknya meninggal dunia, padahal suaminya sedang bepergian. Ummu Sulaim berusaha agar kematian anaknya itu tidak diketahui dengan tiba-tiba oleh sang suami sedatangnya dari perjalanan nanti. Ia pun mempersiapkan hidangan untuk menyambut kedatangan suaminya.

Ketika sang suami datang, ia pun segera menyantap hidangan yang telah dipersiapkan dengan lahapnya. "Bagaimana keadaan anak kita sekarang?" tanya suaminya. "Alhamdulillah, sejak sakitnya itu tidak pernah setenang malam ini," jawab Ummu Sulaim.

Sementara itu, Ummu Sulaim menghias diri dengan memakai pakaian terindah yang dimilikinya, agar sang suami timbul hasratnya. Tak lama setelah sang suami menggauli dan memuaskan hajatnya, Ummu Sulaim mulai bertanya, "Apakah Kanda tidak merasa heran dengan tetangga-tetangga kita itu?"

"Mengapa mereka?" tanya suaminya."Mereka itu diberi pinjaman, tetapi setelah diminta kembali, tiba-tiba mereka menyatakan kedukacitaan yang luar biasa," jawab Ummu Suliam."Buruk sekali kelakukan mereka itu," ujar suaminya.Ketika itulah ia memberitahukan apa sebenarnya yang terjadi terhadap anaknya. "Kanda," ujarnya. "Bukankah anak kita itu hanya pinjaman dari Allah? dan kini Allah telah memanggilnya kembali".

Setelah mendengar perkataan istrinya tersebut, sang suami pun sadar akan apa yang terjadi. "Alhamdulillah, inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun," ujarnya penuh ketabahan. Keesokan harinya, pagi-pagi benar suaminya pergi ke tempat Rasulullah SAW dan memberitahukan kejadian tersebut. Rasul pun berdoa untuk keluarga itu, "Ya Allah, berilah keberkahan untuk kedua suami istri itu pada malam harinya tadi".

Dalam kisah lain diceritakan bagaimana sedihnya Nabi Ya'kub ketika mendengar anaknya, Yusuf meninggal, hingga dikisahkan bagaimana matanya menjadi putih (QS. Yusuf: 84). Dan kesedihan itu semakin bertambah ketika anaknya yang lain Bunyamin ditahan pemerintah Mesir. Namun, apa yang dikatakan Nabi Ya'kub ketika itu? "Fa shabrun jamiil" (QS. Yusuf: 83). Sabar itu indah!

Jadi, kemampuan merasakan nikmatnya sabar terletak pada seberapa besar mutu pengakuan akan adanya takdir dan kemahakuasaan Allah SWT. Seseorang bisa sabar - seperti yang dilakukan Ummu Sulaim dan suaminya - bila ia mampu meyakini bahwa semua yang terjadi karena izin Allah dan meyakini bahwa Allah tidak akan mendzalimi hamba-Nya.

Sa'ad bin Jubair memberikan contoh tentang seorang budak belian yang dipukul dengan cambuk. Namun sikap budak tersebut seolah-olah mencerminkan makna firman-Nya, Inna lillahi Sesungguhnya kami hanya milik Allah semata. Jadi, ia mengakui bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah yang bebas dipergunakan dan diapakan saja oleh Allah.

Sedangkan harapannya akan pahala dikarenakan musibah tersebut seakan merupakan makna dari firman-Nya, Wa inna ilaihi raaji'uun Dan kepada-Nya kita kembali. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika Abu Bakar As-Siddiq jatuh sakit, dan para sahabat yang menjenguknya bertanya, "Saudaraku, tidakkah sebaiknya kami panggilkan saja tabib?". Abu Bakar menjawab, "Sudah, tabib sudah memeriksaku". "Apa yang dikatakannya?" tanya mereka. Abu Bakar menjawab, "Dia katakan, 'Aku Maha Berbuat terhadap apa yang Aku kehendaki !".

Dengan demikian, syarat mutlak orang bisa bersabar adalah ketika ditimpa sesuatu, pikirannya langsung tertuju hanya kepada Allah SWT. Inilah kunci terpenting yang harus dimiliki siapa saja yang ingin menjadi ahli sabar.

Karena itu, keindahan dan keluhuran pribadi seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia pandai bersabar. Semakin seseorang mampu bersabar, niscaya akan semakin indah pula akhlaknya. Jaminan Allah pun demikian luar biasa bagi ahli sabar. "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas!" (QS. Az-Zumar:10).

"Dan berikanlah kabar gembira pada orang-orang yang sabar, yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, 'Inna lillaahi wa inna ilahi raaji'uun'. Mereka itulah orang-orang yang mendapat rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah:155-157). Wallahu a'lam bish-shawab



| | edit post

Jiwa Mandiri Kunci Harga Diri

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.08 0 komentar

Galih Gumelar Center - Kehormatan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah ketika hati kita bebas dari bergantung kepada selain Allah SWT. Perjuangan kita untuk menjaga harga diri dari meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan kita. Jiwa mandiri adalah kunci harga diri.

Segera setelah berhijrah ke Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan orang-orang Anshar dan Muhajirin. Ada satu kisah menarik yang terjadi ketika Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa'ad bin Rabi--orang paling kaya dari golongan Anshar.

Ketika itu Sa'ad berkata kepada Abdurrahman: "Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separuh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan mana yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperistrinya.

Jawab Abdurrahman bin 'Auf: "Semoga Allah memberkati anda, juga isteri dan harta anda! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga....! Abdurrahman pergi ke pasar, dan berjualbelilah di sana.......

Hingga suatu ketika Rasul menyapanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang, wahai Abdurrahman?" Ia pun menjawab, "Ya Rasulullah, saya sudah menikah dan maharnya saya bayar dengan emas. SAHABAT, kita sangat layak untuk meneladani sikap yang ditunjukkan Abdurrahman bin Auf di atas. Itulah kemandirian yang berakar dari terjaganya harga diri. Sebuah sikap terpuji yang mulai hilang dalam kehidupan masyarakat kita.

Sudah menjadi keniscayaan, jika kita bersandar kepada selain Allah, pasti kita akan takut kalau sandaran itu diambil orang. Tapi bila kita bergantung kepada Allah SWT, maka tak ada sedikitpun keraguan dan kecemasan yang akan menghampiri. Allah tidak akan mengabaikan orang yang bersungguh-sungguh berharap kepada-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta".

Jiwa mandiri adalah kunci harga diri. Selain akan merdeka dalam hidupnya, orang yang mandiri akan lebih rasa percaya diri, sehingga bisa melakukan pekerjaan lebih banyak, ucapannya lebih bermakna, dan waktunya akan lebih efektif. Karena itu, perjuangan kita untuk menjaga harga diri dengan tidak meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan sejati.

Tapi kenapa ada orang yang begitu "tega" menggadaikan harga dirinya demi harta duniawi yang sedikit? Ataupun--dalam skala luas--kenapa bangsa kita yang demikian kaya harus mengemis minta bantuan negara lain? Jawabnya, kita terlalu menganggap topeng dunia sebagai sumber harga diri. Sebagian besar kita terlalu sibuk membangun aksesoris duniawi, tanpa disertai kesibukan membangun harga diri. Tak mengherankan apabila ada orang yang jabatannya tinggi tapi perbuatannya rendah. Atau ada yang hartanya banyak, tapi jiwanya miskin.

KITA harus mulai bangkit menjadi manusia-manusia berjiwa mandiri. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Pertama, tekadkan dalam diri untuk menjadi orang yang mandiri. Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus terhormat dan jangan menjadi budak dari apapun selain Allah SWT. Tekadkan terus untuk selalu menjaga kehormatan diri dan pantang menjadi beban. Andai pun hidup kita membebani orang lain, kita harus berusaha membalas dengan apa-apa yang bisa kita lakukan. Ketika kita membebani orangtua, maka harga diri kita adalah membalas kebaikan mereka. Begitupun kepada guru, teman, atau tetangga. Jangan sampai diri kita terhina karena menjadi benalu dan peminta-minta yang hanya menyusahkan orang lain.

Kedua, berani memulai. Hanya dengan keberanian orang bisa bangkit untuk mandiri. Tidak pernah kita berada di atas tanpa terlebih dahulu memulai dari bawah. Adalah mimpi menginginkan hidup sukses tanpa mau bersusah payah terlebih dulu.

Sungguh, dunia ini hanyalah milik para pemberani. Kesuksesan, kebahagiaan, dan kehormatan sejati hanyalah milik pemberani. Orang pengecut tidak akan pernah mendapatkan apa-apa karena ia melumpuhkan kekuatannya sendiri. Kejarlah dunia ini dengan keberanian. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Takut gelap, berjalanlah di tempat gelap. Takut berenang, segeralah menceburkan diri ke air. Semakin kita mampu melawan rasa takut, rasa malas, dan rasa tidak berdaya, maka akan semakin dekat pula keberhasilan itu dengan diri kita. Memang, segala sesuatu ada resikonya. Tapi inilah harga yang harus kita bayar dalam mengarungi hidup. Kalau kita tidak mau membayar harganya, kita pasti akan tersisih.

Ketiga, nikmatilah proses. Segalanya tidak ada yang instan, semua membutuhkan proses. Keterpurukan yang menimpa negeri kita, salah satu sebabnya karena kita ingin segera mendapatkan hasil. Padahal, tidak mungkin ada hasil tanpa memperjuangkannya terlebih dahulu.

Kita harus mau belajar menikmati proses perjuangan, menikmati tetesan keringat dan air mata. Dengan perjuangan nilai kehormatan yang sesungguhnya bisa terwujud. Kita jangan terlalu memikirkan hasil. Tugas kita adalah melakukan yang terbaik. Allah tidak akan memandang hasil yang kita raih, tapi Ia akan memandang kegigihan kita dalam berproses.

Kita tidak tahu kapan negeri ini akan bangkit. Tetapi bagaimana pun kita harus memulai dengan sesuatu. Ingatlah selalu kisah seorang kakek yang dengan semangat menanam pohon kurma. Ketika ditanya untuk apa ia melakukan semua itu, maka ia menjawab, "Bukankah kita makan kurma sekarang karena jasa orang-orang yang sudah meninggal. Kenapa kita tidak mewariskan sesuatu untuk generasi sesudah kita?".

Namun, jangan sampai kegigihan dan kemandirian kita mendatangkan rasa ujub akan kemampuan diri. Kemandirian yang sejati seharusnya membuat kita tawadhu, rendah hati. Sertailah kegigihan kita untuk mandiri dengan sikap tawadhu dan tawakal kepada Allah SWT.Jadi, kemandirian bukan untuk berbangga diri, tapi harus membuat kita lebih memiliki harga diri, bisa berprestasi, dan tidak membuat kita tinggi hati. Wallahua'lam.



| | edit post

Ilmu yang Bermanfaat

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 22.02 0 komentar
Galih Gumelar Center - "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujaadilah: 11).

Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megah, menyombongkan diri, berbantah-bantahan, menandingi, dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu.

MAHABESAR Allah yang dengan ilmu-Nya telah membuat jagat raya beserta isinya tercipta. Betapa Ia menciptakan segala yang dikehendakinya itu cukup dengan jadilah; "kun fayakun!"

Sepintar apapun manusia, ia begitu kecil di hadapan Allah. Ilmu yang dimilikinya hanyalah setetes kecil saja dari samudera ilmu yang Allah miliki. Dalam QS. Lukman: 27, Allah SWT berfirman, "Dan seandainya pohon-pohon dijadikan pena dan laut (dijadikan) tinta, ditambah kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana".

Karena itu, alangkah tidak pantasnya bila seseorang menjadi ujub dan takabur, karena ilmu yang dimilikinya. Mestinya, semakin tinggi ilmu maka semakin bertambah pula rasa takjub dan takutnya kepada Allah.

Seseorang menjadi ujub, riya, dan takabur dengan ilmunya - apalagi bila digunakan untuk membuat kerusakan dan kemudharatan di muka bumi, tiada lain karena ilmu yang dimilikinya itu tidak mengandung hikmah dan manfaat. Maka pantaslah kalau Rasulullah SAW memohon, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat".

LALU seperti apakah ilmu yang bermanfaat itu? Suatu ketika Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Daud, "Wahai Daud, pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat".

"Ya, Allah, apakah ilmu yang bermanfaat itu?" tanya Daud. "Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu. Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku".

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ar-Rabi'i Rasulullah SAW bersabda, "Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan mengajarkannya pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat".

Sahabat, ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita makin mengenal dan dekat dengan Allah SWT. Ilmu apapun, sekiranya dapat membuat kita semakin dekat dan semakin kagum akan kebesaran-Nya, maka itulah ilmu yang bermanfaat.

Ilmu yang bisa menjadi jalan taat kepada Allah akan membuat seseorang menjadi tawadhu dan rendah hati di hadapan orang lain. Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk. Maka semakin bertambah ilmu seseorang, akan semakin bersih pula hatinya dari penyakit tercela. Ia akan terpelihara dari sikap ujub, riya, takabur, dengki, dan memandang rendah orang lain.

Dengan ilmu itu pula, ia akan menjadi jalan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan dan kemanfaatan semua orang. Keberadaannya bagaikan cahaya penerang dalam kegelapan. Menjadi petunjuk bagi orang yang tersesat jalannya. Orang-orang di sekelilingnya akan merasa tenang dan tenteram atas kehadirannya. Allah sendiri telah berjanji dalam Alquran, "_Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mujaadilah: 11).

BAGAIMANA caranya agar kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat tersebut? Hal pertama dan utama adalah keikhlasan ketika mencarinya. Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali menulis,

"Wahai hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, maka niatkanlah dengan ikhlas karena Allah semata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW, 'Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim laki-laki maupun perempuan' (HR. Ibnu Abdul Barr).

Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, menyombongkan diri, berbantah-bantahan, menandingi, dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta kekayaan duniawi. Yang demikian itu akan merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.

Rasulullah yang mulia melarang hal seperti itu dengan sabdanya, 'Barangsiapa menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk mendapatkan harta duniawi, maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya syurga pada hari kiamat' (HR. Abu Dawud).

Dalam hadis lain beliau bersabda, 'Janganlah kalian menuntut imu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut imu untuk penampilan dalam majelis dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka' (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

'Seorang alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka ia akan ditakuti segalanya. Akan tetapi, jika ia bermaksud untuk menumpuk harta, maka ia akan takut dari segala sesuatu,' demikian sabda Rasulullah SAW dalam riwayat lain (HR. Ad-Dailami)".

SAHABAT. Kita harus menggunakan waktu yang sangat singkat ini untuk mencari ilmu yang bermanfaat bagi agama maupun bagi diri dan lingkungan kita. Sekali lagi, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat menambah ketakwaan dan pengenalan kita pada Allah SWT.

Ilmu yang bisa menambah kemampuan kita untuk melihat cacat serta kekuarangan diri. Ilmu yang dapat mengurangi kegilaan kita pada duniawi, dan menambah kecintaan kita pada kampung akhirat yang kekal. Juga, ilmu yang dapat membuka mata dan hati terhadap semua hal yang bisa merusak amal ibadah kita. Wallahu a'lam bish-showab.



| | edit post

Menanti Undangan Alloh

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 21.57 0 komentar

Galih Gumelar Center - Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS. Ali Imran: 97). SETIAP orang yang berusaha taat menjalankan perintah Allah, pasti menginginkan bisa menunaikan ibadah haji ke Baitullah.

Siapapun dia, kaya atau miskin. Tetapi, tak jarang pula orang yang telah dicukupkan hartanya dan diberi nikmat sehat, sering menunda-nunda kewajiban tersebut dengan berbagai alasan. Sementara, sebagian orang belum mampu berangkat haji karena masalah uang. Sahabat, perkara haji sama sekali bukan perkara ada tidaknya uang.

Betapa banyak orang yang dititipi harta melimpah, tapi tetap saja ia tidak bisa berangkat haji. Tak sedikit di antara mereka pulang-pergi ke luar negeri, namun toh tetap tidak pernah sampai ke Tanah Suci. Mengapa demikian? Seseorang bisa menunaikan ibadah haji apabila telah di "diundang" oleh Allah Yang Mahakaya. Allah mengundang hamba-Nya disebabkan karena dua hal.

Ada yang diundang karena niatnya baik, dan ada pula yang diundang karena niatnya jelek. Ada yang membedakan antara dua kelompok orang ini yaitu setelah kepulangannya dari Tanah Suci. Yang pertama akan menyandang gelar haji mabrur dan yang kedua menyandang gelar haji mardud. Apa yang menyebabkan haji seseorang itu mabrur atau mardud? Penyebab utamanya adalah faktor niat.

Bila seseorang pergi haji karena ingin mendapatkan titel haji agar terlihat lebih bonafid, misalnya, maka niat seperti ini hanya akan menjerumuskan diri pada kesia-siaan. Ibadah haji adalah panggilan hati dan kewajiban setiap Muslim. Bahkan, dapat dianggap hutang bila belum ditunaikan. Alangkah indahnya andai sebelum mati, kita bisa menyempurnakan keislaman kita, hingga Allah pun berkenan menyempurnakan karunia nikmatnya pada kita.

Motivasi kedua adalah ingin menghapus segala dosa. Sebesar apapun dosa seseorang, insya Allah akan terhapuskan bila hajinya diterima. Bila kita sudah memiliki keyakinan seperti ini, sebesar apapun biaya yang harus dikeluarkan untuk ibadah haji, maka akan terasa kecil nilainya dibandingkan dengan hikmah dan manfaat yang diperoleh. Bukankah uang yang kita keluarkan itu hakikatnya milik Allah juga?

Yang ketiga adalah jaminan dari Allah dan Rasul-Nya bahwa tiada balasan yang lebih pantas bagi haji mabrur, kecuali surga! Barangsiapa yakin dengan janji ini, niscaya nilai harta yang dikeluarkan terlalu murah bila dibandingkan dengan pahala yang akan didapat. Betapa tidak! Sudah dosa diampuni, mendapat jaminan syurga, semua biaya yang telah dikeluarkan pun akan diganti dengan berlipat ganda ketika di dunia ini juga.

Tidak ada orang yang pulang dari Tanah Suci dan diterima hajinya, lantas jauh miskin. Sebaliknya, Allah SWT akan memudahkan ia dalam mendapatkan rezeki. Jadi, tidak ada yang paling merugi di dunia ini, kecuali orang yang tidak mau berhaji padahal ia mampu. Bagaimana caranya agar Allah SWT berkenan mengundang kita ke rumah-Nya? Seseorang yang mencintai sahabatnya, pasti mau berbuat apa saja bagi sahabatnya tersebut.

Mungkin, suatu saat ia akan mengundang sang teman ke rumahnya. Andaikan sahabatnya tersebut tidak mempunyai ongkos, ia akan memberinya ongkos bahkan menjemputnya. Semakin dia mencintai sahabatnya, maka akan semakin senang dan ikhlas pula ia menjamunya. Demikian pula bila kita ingin diundang oleh Allah.

Jadilah orang yang dicintai-Nya. Bila kita sudah dicintai Allah, maka Allah-lah yang akan memudahkan kita agar dapat menghadap-Nya. Kuncinya, amalkan semua perbuatan yang disukai Allah. Ternyata amalan pertama yang paling disukai Allah adalah shalat tepat waktu. Syarat ini terlihat begitu sederhana.

Tapi, bila kita mampu istiqamah menjaganya, insya Allah doa kita akan mustajab. Amalan kedua adalah shalat tahajud disepertiga malam terakhir. Kedudukan shalat sunnat yang satu ini begitu istimewa, bahkan perintahnya beriringan dengan perintah shalat yang lima waktu (QS. Al-Israa: 78).

Waktu pelaksanaannya pun menjadi saat yang sangat istimewa bagi diijabahnya doa-doa. Semakin kita gemar membiasakan diri shalat tahajud, maka akan semakin mudah pula kita meraih semua yang dicita-citakan, termasuk menunaikan ibadah haji. Amalan selanjutnya adalah birul walidain; memuliakan orangtua. Demi Allah, inilah kunci utama yang dapat membuka selapang-lapangnya keridhaan Allah dan menjadikan pengamalnya meraih kemuliaan dunia akhirat.

Allah SWT berfirman, Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (QS. Lukman: 14).

Termasuk ke dalam birul walidain ini adalah mendidik anak-anak kita agar menjadi insan-insan shalih yang akan menyelamatkan kita dari adzab neraka--baik dunia maupun akhirat. Amalan keempat yang disukai Allah adalah sedekah. Siapa saja yang ingin cita-citanya terkabul, hendaklah ia gemar bersedekah.

Bersedekah dengan ikhlas, tidak hanya membuat doa-doa kita mustajab, tetapi akan melahirkan pula kebaikan-kebaikan lainnya. Bersedekah tidak harus selalu dengan uang, senyuman yang tulus termasuk pula sedekah. Barangsiapa yang ingin dibahagiakan Allah, maka bahagiakanlah orang lain.

Barangsiapa ingin ditolong Allah, maka tolonglah orang lain. Barangsiapa ingin dimudahkan urusannya oleh Allah, maka mudahkanlah urusan orang lain. Pendek kata, begitu banyak peluang untuk menjadi hamba yang disukai Allah. Kita ini milik Allah, begitupun harta yang kita miliki.

Sebanyak apapun harta yang kita belanjakan di jalan Allah, pasti Ia akan mengganti harta yang kita belanjakan tersebut dengan yang lebih banyak dan berkah. Karena itu tak heran bila Rasulullah SAW selalu melepas orang yang berhaji dengan sebuah doa, "Semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu, dan mengganti biaya-biayamu" (HR. Ad-Dainuri). Jadi, apalagi yang kita cemaskan dari janji-janji Allah tersebut?



| | edit post

Tawadhu: Hakikat Hidup Berprestasi

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 21.56 0 komentar

Galih Gumelar Center - ALLAH SWT adalah dzat yang Mahabesar dan hanya Dia-lah yang berhak menyatakan kebesaran Diri-Nya. Adapun segenap makhluk ciptaan-Nya adalah teramat kecil dan sama sekali tidak layak merasa diri besar. Seorang hamba yang lisannya berucap, "Allaahu Akbar!" serasa jiwanya bergetar karena sadar akan kemahabesaran-Nya, dialah orang yang menyadari kekerdilan dirinya di hadapan Dzat yang serba Maha.

Sungguh, Allah sangat suka terhadap orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya, sehingga diangkatlah derajat kemuliannya ke tingkat yang sangat tinggi di hadapan semua makhluk, apalagi di hadapan-Nya. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk" (QS. Al-Bayyinah: 7).

Sebaliknya betapa Allah sangat murka terhadap orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. An-Nisa: 36). Syurga pun mengharamkan dirinya untuk dimasuki oleh orang-orang yang di dalam kalbunya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar debu.

Segenap makhluk yang ada di alam semesta ini tiada memiliki daya dan upaya, kecuali karena karunia kekuatan dari Allah SWT? Laa haula walla quwwata illa billaah! yang menciptakan tubuh ini pun Allah. Yang mengalirkan darah dalam peredaran yang sempurna, yang mendetakkan jantung, pendek kata yang mengurus sekujur badan ini pun hanya Allah semata! Manusia sama sekali tidak berdaya sekiranya Allah menghendaki sesuatu atas jiwa dan raga ini.

Karena itu, Allah SWT mengancam manusia yang melupakan hakikat dirinya. "Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi ini tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku" (QS. Al-A'raf: 146). Dalam ayat lain disebutkan, "Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang" (QS. Al-Mu'min: 35).

Ternyata rahasia hidup sukses atau sebaliknya hidup terhina dan tiada harga, tidak terlepas dari seberapa mampu seseorang menempatkan dirinya sendiri di hadapan Allah SWT. Tawadhu, inilah kunci bagi siapa saja yang ingin memiliki pribadi unggul.

Seseorang niscaya akan lebih cepat maju manakala mempunyai sifat tawadhu dan tidak sombong. Mengapa demikian? Kunci terpenting untuk sukses adalah adanya kesanggupan menyerap ilmu dan meluaskan visi, kemampuan mendengar dan menimba ilmu dari orang lain. Hal ini akan membuat kita semakin cepat melesat dibandingkan dengan orang-orang yang sombong, merasa pandai sendiri, mengganggap cukup dengan ilmu yang dimilikinya, sehingga merasa diri tidak lagi membutuhkan pendapat, pandangan, dan visi dari orang lain.

Ketahuilah, kita ini adalah makhluk yang serba terbatas. Buktinya, kita tidak bisa melihat kotoran di mata atau hidung sendiri. Artinya, kita membutuhkan cermin dan alat bantu lainnya agar bisa menguji semua yang kita miliki ataupun melengkapi sesuatu yang belum kita miliki.

Islam mengajarkan kita agar tidak sombong. Kita harus berani mendengarkan segala sesuatu dari orang lain. Kita tidak dilarang untuk punya pendapat, tetapi orang lain pun tidak salah jika memiliki pendapat berbeda. Kita harus bersedia mendengarkannya, paling tidak untuk menguji pendapat kita apakah bisa dipertahankan atau tidak. Atau, bahkan untuk melengkapi pendapat kita, sehingga semakin bermutu.

Karenanya, berhati-hatilah dengan segala yang berbau kesombongan, merasa diri hebat, pemborong syurga, paling benar, paling mampu. Semua itu hanya akan mengurangi kemampuan yang ada pada diri kita. Sesungguhnya kesombongan itu akan menutup hal yang sangat fitrah dari diri manusia yaitu kemampuan melengkapi diri.

Kita harus menjadi orang yang tamak terhadap ilmu, serakah terhadap pengalaman dan wawasan. Tiap bertemu dengan orang, lihatlah kelebihannya, simaklah kemampuannya, lalu ambillah kelebihannya itu. Tentu ini tidak akan menjadikan orang tersebut bangkrut dan tidak memiliki kelebihan lagi. Sebaliknya, kemampuan orang yang kita mintai ilmunya akan semakin berkembang selain kita pun akan semakin maju.

Tidak mungkin kita ditakdirkan bertemu dengan seseorang, kecuali pasti akan menjadi ilmu dan pengalaman baru, sekiranya diri kita dilengkapi dengan hati yang bersih. Tentu yang bisa menjadi ilmu itu tidak sekedar hal-hal yang menyenangkan saja. Aneka pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti penghinaan, kritik atau cemoohan, semua ini tetap menjadi ilmu yang akan meningkatkan wawasan, kemampuan, karakter, mental ataupun keunggulan-keunggulan lain yang bakatnya sudah kita miliki.

Adapun hal yang sangat utama dan paling menentukan bobot dari semua perilaku dan kiprah kita dalam meningkatkan kualitas dan keunggulan diri adalah hati yang bersih. Kedongkolan, kemangkelan, kejengkelan, kebencian, dan semua hal yang bisa membuat tidak nyamannya hati, jelas-jelas merupakan sikap kejiwaan yang kontraproduktif.

Kita akan banyak kehilangan waktu karena kotor hati. Kalau kita termasuk tipe pemarah serta gemar memuaskan hawa nafsu dan kedendaman, maka kita akan kehilangan waktu untuk kreatif dan produktif. Akan tetapi, sekiranya hati kita bersih dan sejuk, maka kendatipun hantaman masalah dan kesulitan datang bertubi-tubi, niscaya kita akan seperti intan yang tiada pernah hilang kilauannya sepanjang masa. Bukankah intan itu tidak akan pernah hancur wujudnya dan berkurang kilauannya kendati dihantam dengan batu bata secara bertubi-tubi, bahkan dia sendiri yang akan hancur? Kesejukan, kebersihan, dan ketentraman hati, tidak bisa tidak, akan mempengaruhi pikiran ini menjadi lebih lebih bermanfaat dan bermakna.

Tampaknya umat Islam akan bangkit bila mampu bersinergis, saling membantu satu sama lain. Kuncinya adalah bebasnya hati dari kedengkian, dan kebusukan. Kita harus belajar senang melihat orang lain maju. Kita pun harus belajar ikut bersyukur melihat kesuksesan dan prestasi orang lain seraya membuat kita terbakar untuk bisa lebih maju lagi. Wallahu a'lam.



| | edit post

Pembersih Jiwa

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 21.39 0 komentar
Galih Gumelar - Pembersihan jiwa (Tazkiyatun nufus) bermakna pada upaya menyucikan dan memperbaiki sikap (tindakan) hidup manusia. Manusia adalah materi (madah) yang oleh Allah diberi ruh sebagai rahasia kehidupannya. Allah juga melengkapi manusia dengan kekuatan (energi) yang sangat penting bagi kehidupan, seperti kebutuhan-kebutuhan organik dan naluri-naluri. Kesemuanya itu mendorong manusia untuk bertindak demi terpuaskannya kebutuhan yang dituntut energi itu. Namun, baik buruknya sikap (tindakan) manusia tergantung kepada baik buruknya hati manusia itu sendiri.

Ahmad bin Rajab Al Hambali dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam (Hlm 71) berkata, ''Sesungguhnya baik buruknya tindakan seseorang dapat dilihat dari gerakan anggota badannya. Jauhnya dia dari hal-hal yang haram dan kehati-hatiannya dari perkara-perkara yang syubhat, sesuai dengan kebaikan hatinya. Jika hatinya baik maka tidak ada di dalamnya, kecuali kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada apa yang dicintai Allah.

Perasaan takut kepada Allah dan perasaan takut akan terjerumus kepada apa yang dibenci Allah, akan menjadikan seluruh gerakan anggota tubuhnya baik. Apabila hatinya rusak, maka dia akan dikuasai oleh hawa nafsu dan senantiasa mengejar apa yang diingini, meskipun hal itu dibenci Allah. Akibatnya, seluruh gerakan anggota badannya menjadi rusak dan menimbulkan berbagai bentuk kemaksiatan, karena seluruh gerakannya mengikuti keinginan hatinya yang telah rusak.''

Kalau kita perhatikan kerusuhan, kerusakan, dan kekacauan yang terjadi, maka semuanya disebabkan oleh rusaknya hati manusia, sehingga menimbulkan dominasi pola pikir yang tunduk pada materi dan adanya pengaruh egoisme individu dan kelompok. Maka, selama sikap dan tindakan 'menyembah' pada materi itu belum berubah, kondisi yang rusak dan kacau ini tidak akan mungkin dapat diubah.

Dengan demikian, kalau ingin mengubah sikap hidup manusia, maka yang utama harus digarap adalah hatinya. Kenapa hati? Sebab hati laksana raja, sedangkan anggota tubuh yang lain merupakan bala tentaranya. Apabila rajanya baik, maka baik pula bala tentaranya, dan jika rajanya buruk, maka buruk pulalah bala tentaranya.

Nabi saw bersabda: Ingat dan ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik, maka tubuh (sikap dan tindakan) manusia baik semuanya. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah semuanya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati, (HR Bukhori-Muslim).

Mengingat pentingnya tazkiyatun nufus, yakni perbaikan pola sikap dan tindakan manusia dengan cara memperbaiki hati, maka tidaklah berlebihan jika kita berharap hal ini diupayakan oleh segenap lapisan masyarakat terutama lapisan atas (para pemimpin). Dengan demikian dari mereka lahir sikap dan tindakan yang memberi keuntungan (kebaikan) yang diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan rakyat kecil.

Dan, dengan tazkiyatun nufus mereka akan terhindar dari sikap dan tindakan merugikan, yaitu tindakan yang didorong oleh hati yang rusak. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS Asy Syams: 9-10)


| | edit post

Gelisah

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 21.36 0 komentar
Galih Gumelar - Resah dan gelisah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, siapapun ia, pernah diserang gelisah. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa resah dan gelisah yang berkelanjutan sangat berbahaya. Orang yang gelisah akan diserang oleh rasa tidak percaya diri. Kecemasan dan kegelisahan memang dapat melanda siapa saja dari anak kecil sampai orang dewasa, baik rakyat biasa maupun sampai pemuka. Yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kecil kita ''Kok orang beriman dapat mengalami kegelisahan? Orang beriman harus bisa mengendalikan dari berbagai macam perasaan takut berlebihan, apakah perasaan takut miskin, mati, tak mendapat jodoh, apakah takut sebentar lagi akan datang masa pensiunnya, yang dulu tanda tangannya berlaku dan berpengaruh setelah itu tidak lagi, dan berbagai jenis ketakutan yang tidak pada tempatnya.

Di sini kita jawab bahwa iman adalah suatu terminotif yang dipakai dalam Islam. Istilah psikologi iman itu dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mampu mengintegrasikan pribadi seseorang sehingga ia tumbuh jadi manusia ''dewasa'' dan ''sehat'' nah itulah aqidah Islam sumber keimanan. Akan halnya kaitan dengan keimanan, bukan berarti orang yang beriman tidak merasakan kegelisahan, tapi (orang beriman itu) harus mampu mengatasi dan mengelola kegelisahan menjadi sesuatu yang positif. Seseorang sebelum menghadapi pensiun 10 tahun sebelumnya ia sudah membuat rencana, misalnya berwiraswasta, sehingga apabila datang masa pensiun ia mampu mengelola segala problemanya, bahkan tetap sukses. Orang yang benar-benar keimanannya kepada Allah segalanya mengarahkan kehidupannya sehari-hari kepada Allah seperti firman Allah swt ''Yang beriman dan tenteram hatinya lantaran ingat kepada Allah, ketahuilah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS 13:28).

Mari kita mempelajari Islam dari sumber aslinya yaitu Alquran dan Sunah dengan sasaran marifah (mengenal) Allah, Islam, dan Rasul. Memperkuat hubungan dengan Allah caranya, memperbanyak ibadah dan zikir. Setelah memperkukuh iman, jauhkan maksiat, hadapi segala masalah yang datang sebagai objek, jangan libatkan diri dalam masalah sehingga kita terlarut dalam persoalan dan merasa tak mampu mengatasi masalah. Sadarilah bahwa setiap masalah yang datang dapat kita hadapi, tentu saja dengan izin Allah seperti firmannya: ''Allah tidak akan membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya....'' (QS 2:286). Mari kita cari yang mengakibatkan munculnya kegelisahan, apakah sebab internal atau sebab eksternal. Jika sebab internal yang menjadi pangkal tentu kita harus memperbaiki diri, jika sebab eksternal kita harus berusaha menyesuaikan persoalan tersebut, kita harus mengidentifikasikan penyebab masalah. Yang kedua mengidentifikasikan kemampuan yang ada pada kita untuk mengatasi masalah tersebut dan terakkhir mencari bantuan untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi penghambat selesainya suatu masalah. Lantas bagaimana masalah yang benar-benar tidak diatasi lagi? Tidak ada cara lain kecuali menerima keadaan yang sifatnya sabar dan tawakal kepada Allah!


| | edit post

Kewajiban, Hikmah, & Adab-adab Puasa Ramadhan

Diposting oleh Galih Gumelar Center On 21.34 0 komentar
Kewajiban Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah suatu kewajiban yang jelas yang termaktub dalam Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya dan ijma' kaum muslimin. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa diantara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur." (Al-Baqarah:183-185)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Islam dibangun di atas lima hal: bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah." (Muttafaqun 'alaih dari Ibnu 'Umar)
Sementara itu kaum muslimin bersepakat akan wajibnya puasa Ramadhan. Maka barangsiapa yang mengingkari kewajiban puasa Ramadhan, berarti dia telah murtad dan kafir, harus disuruh bertaubat. Kalau mau bertaubat dan mau mengakui kewajiban syari'at tadi maka dia itu muslim kembali. Jika tidak, dia harus dibunuh karena kekafirannya.
Puasa Ramadhan diwajibkan mulai pada tahun kedua hijriyyah. Ini berarti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sempat melakukannya selama sembilan kali.
Puasa Ramadhan wajib bagi setiap muslim yang telah 'aqil baligh dan berakal sehat. Maka puasa tidak wajib bagi orang kafir dan tidak akan diterima pahalanya jika ada yang melakukannya sampai dia masuk Islam.

Puasa juga tidak wajib bagi anak kecil sampai dia 'aqil baligh. 'Aqil balighnya ini diketahui ketika dia telah masuk usia 15 tahun atau tumbuh rambut kemaluannya atau keluar air mani (sperma) ketika bermimpi.

Ini bagi anak laki-laki, sementara bagi anak wanita ditandai dengan haidh (menstruasi). Maka jika seorang anak telah mendapati tanda-tanda ini, maka dia telah 'aqil baligh.
Akan tetapi dalam rangka sebagai latihan dan pembiasaan, sebaiknya seorang anak (yang belum baligh –pent) disuruh untuk berpuasa, jika kuat dan tidak membahayakannya.

Puasa juga tidak wajib bagi orang yang kehilangan akal, baik itu karena gila atau penyakit syaraf atau sebab lainnya. Berkenaan dengan inilah jika ada orang yang telah menginjak dewasa namun masih tetap idiot dan tidak berakal sehat, maka tidak wajib baginya berpuasa dan tidak pula menggantinya dengan membayar fidyah.

Hikmah dan Manfaat Puasa
Shaum (puasa) yang disyari'atkan dan difardhukan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya mempunyai hikmah dan manfaat yang banyak sekali. Di antara hikmah puasa adalah bahwasanya puasa itu merupakan ibadah yang bisa digunakan seorang hamba untuk bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan kesenangan-kesenangan dunianya seperti makan, minum dan menggauli istri dalam rangka untuk mendapatkan ridha Rabbnya dan keberuntungan di kampung kemuliaan (yaitu kampung akhirat –pent).

Dengan puasa ini jelas bahwa seorang hamba akan lebih mementingkan kehendak Rabbnya daripada kesenangan-kesenangan pribadinya. Lebih cinta kampung akhirat daripada kehidupan dunia.

Hikmah puasa yang lain adalah bahwa puasa adalah sarana untuk menghadapi derajat takwa apabila seseorang melakukannya dengan sesungguhnya (sesuai dengan syari'at). Allah Ta'ala berfirman (yang artinya):
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Al-Baqarah:183)

Orang yang berpuasa berarti diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah, yakni dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Inilah tujuan agung dari disyari'atkannya puasa. Jadi bukan hanya sekedar melatih untuk meninggalkan makan, minum dan menggauli istri.

Apabila kita membaca ayat tersebut, maka tentulah kita mengetahui apa hikmah diwajibkannya puasa, yakni takwa dan menghambakan diri kepada Allah.
Adapun takwa adalah meninggalkan keharaman-keharaman, dan kata takwa ini ketika dimutlakkan (penggunaannya) maka mengandung makna mengerjakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
((مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزَّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ عَزَّ وَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ))
"Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap amalan dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Al-Bukhariy no.1903)

Berdasarkan dalil ini, maka diperintahkan dengan kuat terhadap setiap orang yang berpuasa untuk mengerjakan segala kewajiban, demikian juga menjauhi hal-hal yang diharamkan baik berupa perkataan maupun perbuatan, maka tidak boleh mencela, ghibah (menggunjing orang lain), berdusta, mengadu domba antar mereka, menjual barang dagangan yang haram, mendengarkan apa saja yang haram untuk didengarkan seperti lagu-lagu, musik ataupun nasyid, yang itu semuanya dapat melalaikan dari ketaatan kepada Allah, serta menjauhi segala bentuk keharaman lainnya.

Apabila seseorang mengerjakan semuanya itu dalam satu bulan penuh dengan penuh keimanan dan mengharap pahala kepada Allah maka itu akan memudahkannya kelak untuk istiqamah di bulan-bulan tersisa lainnya dalam tahun tersebut.
Akan tetapi betapa sedihnya, kebanyakan orang yang berpuasa tidak membedakan antara hari puasanya dengan hari berbukanya, mereka tetap menjalani kebiasaan yang biasa mereka lakukan yakni meninggalkan kewajiban-kewajiban dan mengerjakan keharaman-keharaman, mereka tidak merasakan keagungan dan kehormatan puasa.

Perbuatan ini memang tidak membatalkan puasa tetapi mengurangi pahalanya, bahkan seringkali perbuatan-perbuatan tersebut merusak pahala puasa sehingga hilanglah pahalanya.

Hikmah puasa yang lainnya adalah seorang kaya akan mengetahui nilai nikmat Allah dengan kekayaannya itu di mana Allah telah memudahkan baginya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, seperti makan, minum dan menikah serta apa saja yang dibolehkan oleh Allah secara syar'i. Allah telah memudahkan baginya untuk itu. Maka dengan begitu ia akan bersyukur kepada Rabbnya atas karunia nikmat ini dan mengingat saudaranya yang miskin, yang ternyata tidak dimudahkan untuk mendapatkannya. Dengan begitu ia akan berderma kepadanya dalam bentuk shadaqah dan perbuatan yang baik lainnya.

Diantara hikmah puasa juga adalah melatih seseorang untuk menguasai dan berdisiplin dalam mengatur jiwanya. Sehingga ia akan mampu memimpin jiwanya untuk meraih kebahagiaan dan kebaikannya di dunia dan di akhirat serta menjauhi sifat kebinatangan.
Puasa juga mengandung berbagai macam manfaat kesehatan yang direalisasikan dengan mengurangi makan dan mengistirahatkan alat pencernaan pada waktu-waktu tertentu serta mengurangi kolesterol yang jika terlalu banyak akan membahayakan tubuh. Juga manfaat lainnya dari puasa sangat banyak.

Adab-adab Berpuasa
1. Bahwasanya wajib bagi seorang muslim untuk berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala kepada Allah semata, bukan karena riya`, sum'ah, taqlid kepada manusia, mengikuti keluarganya atau penduduk negerinya bahkan wajib baginya bahwa yang membawanya berpuasa adalah keimanannya bahwasanya Allah telah mewajibkan puasa tersebut kepadanya dan mengharap pahala di sisi-Nya dalam melaksanakan puasa tersebut. Demikian juga shalat malam di bulan Ramadhan (shalat tarawih -pent), hendaklah bagi seorang muslim untuk mengerjakannya karena penuh keimanan dan mengharap pahala kepada-Nya, karena inilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala kepada Allah maka diampuni dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang shalat di malam harinya (shalat tarawih) karena iman dan mengharap pahala kepada-Nya maka diampuni dosanya yang telah lalu dan barangsiapa yang shalat malam bertepatan dengan datangnya lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala kepada-Nya maka diampuni dosanya yang telah lalu."
2. Termasuk adab terpenting dalam berpuasa adalah membiasakan diri kita bertakwa kepada Allah dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sesuai dengan firman Allah:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (Al-Baqarah:183)
Sesuai pula dengan sabda Nabi:
"Barangsiapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap amalan dia meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Al-Bukhariy no.1903)
3. Menjauhi apa yang diharamkan Allah berupa kebohongan, mencela, mencaci, menipu, khianat, melihat sesuatu yang haram seperti melihat lawan jenisnya yang bukan mahramnya, mendengarkan hal yang haram seperti musik, nyanyian, mendengarkan ghibah, ucapan dusta dan sejenisnya, serta perbuatan haram lainnya yang harus dijauhi oleh orang yang sedang berpuasa dan selainnya, akan tetapi terhadap orang yang puasa lebih dikuatkan perintahnya.
4. Memperbanyak shadaqah, amal kebaikan, berbuat baik kepada orang lain, terutama di bulan Ramadhan. Sungguh Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan tatkala Jibril menjumpainya untuk bertadarrus Al-Qur`an. (Lihat HR. Al-Bukhariy no.1902)
5. Makan sahur dan mengakhirkannya, sesuai sabda Nabi: "Makan sahurlah kalian karena di dalam sahur ada barakah." (HR. Al-Bukhariy no.1923 dan Muslim no.1095)
6. Berbuka puasa dengan ruthab (kurma yang sudah matang), jika tidak didapatkan boleh dengan tamr (kurma yang belum sampai ruthab), jika itupun tidak diperoleh maka dengan air, menyegerakan berbuka tatkala telah jelas benar tenggelamnya matahari, berdasarkan sabda Nabi: "Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selagi mereka menyegerakan berbuka puasa." (Muttafaqun 'alaih dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idiy)
{Diambil dari kitab Fataawash Shiyaam karya Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin, Fataawash Shiyaam karya Asy-Syaikh Ibnu Baz dan lain-lain serta kitab Fataawal 'Aqiidah wa Arkaanil Islaam karya Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimin dengan beberapa perubahan}

Wallaahu A'lam.
TERAPI GURAH MATA OLEH UST. GALIH GUMELAR ..::.::.. INFO : HUB 021-5549023, 70522100 .::. Untuk Pengobatan Silahkan datang langsung Setiap Jum'at - Senin Pukul 12.45 - 17.00 WIB, Sabtu Pukul 08.00 - 15.00 WIB.::.::.Dengarkan Tausiyah Ust. Galih Gumelar, Setiap Hari di Glest Radio 774 AM - Tangerang
Jazzakumullah Khairon Khatsiro. Atas donasi Bapak/Ibu dan pengguna web Untuk Membantu Dakwah Lewat Web ini Semoga Diterima dan Dilipatgandakan oleh Allah SWT. Mari ikutan berdakwah lewat web ini Salurkan rizki anda di DDW(Donasi Dakwah lewat Web) ke: Rek. BCA a/n Galih Gumelar : 658 017 3053 (bisa tranfer antar bank yg online)

    Walau Satu Ayat

    "Allah SWT akan memuliakan hambanya yang senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan yang dilarang walau itu hanya sekedar menahan amarah":::...:::Mari ikutan berdakwah lewat web ini Salurkan rizki anda di DDW(Donasi Dakwah lewat Web) ke: Rek. BCA a/n Galih Gumelar : 658 017 3053 (bisa tranfer antar bank yg online)
    Donasikan sebagian rezeki anda dengan berinfaq shodaqoh, wakaf atau berzakat di Donasi aura insani melalui tranfer ke Rek. BCA a/n. Galih Gumelar : 658 017 3053 (bisa tranfer antar bank yg online) atau datang langsung ke Graha Glest, Jl. Utama Ujung 339-350 Komp. P&K Cipondoh Indah Tangerang Banten Indonesia 15148 Telp. 021-5549023 atau 021- 70522100.::.:: "Tidak ada satupun hamba-Ku yang ikhlas kuambil harta yg Kuberikan padanya, kecuali Kuganti dengan yang lebih baik. Tidak ada satupun hamba-Ku yang ridha dengan bala yang Kutimpakan padanya, kecuali Kunaikkan derajatnya. Dan tidak satupun hambaKu yang bersyukur, kecuali Kutambah nikmatKu padanya".(Hadits Qudsi):::.:.. "Barangsiapa yang tidak bersyukur atas nikmatKu, tidak bersabar atas bala yang Kutimpakan, dan ridho terhadap keputusanKu, keluarlah dari langitKu dan carilah Tuhan selain diriKu".(Hadist Qudsi) ::::.::::.::::: # Wahai hamba Allah, kalian semua laksana pasien yang sedang menderita sakit dan Tuhan sekalian alam dokternya. Maka kesembuhan si pasien terletak pada apa-apa yang diketahui dan diatur oleh dokternya, bukan pada apa-apa yang diinginkan dan diusulkan oleh si pasien. Karena itu serahkanlah seluruh urusan kepada Allah, niscaya kalian tergolong orang yang beruntung. # Barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia bukan tergolong dari mereka. Dan barangsiapa yang mendengar panggilan saudaranya yang meminta tolong lalu tidak menolongnya, maka ia bukan seorang muslim. # Suatu saat Rasulullah saw mengutus pasukan untuk berperang dan ketika mereka pulang Beliau saww bersabda : “Selamat datang para kaum yang telah melaksanakan jihad kecil, sementara jihad besar masih menunggu mereka.” Lalu mereka bertanya : “Apa jihad besar itu wahai Rasulullah ?” Rasul saw menjawab : “Perang melawan hawa nafsu.” # Apabila bid’ah telah merajalela di tengah-tengah umatku, maka kewajiban si alim untuk menampakkan ilmunya. Barangsiapa tidak melaksanakan kewajiban itu, maka akan terkena laknat dari Allah SWT.

    Bekal Melangkah

    Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akanmelipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan serta melapangkan (rejeki) dan kepadaNyalah kamu dikembalikan (QS. 2:245)
    Keajaiban Shalat Hajat
    Barangsiapa yang memunyai kebutuhan hajat kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu adam,maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian ...Selengkapnya.....