tag:blogger.com,1999:blog-13830492312562679102024-03-14T10:35:46.145+07:00Galih Gumelar CenterGalih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.comBlogger211125tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-12307402915399611972009-11-19T12:46:00.002+07:002009-11-19T12:49:58.740+07:00Mengendalikan Hawa NAfsu<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;font-size:85%;" ><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLLfs5rqBEkeHBGD1KpchLWYn8-4jP3uJ-VEr-c7cgGmf-slCZ5Ldro3OMyBIxkMC3Ge61yAqgMaignyAouD5Px367GZy-kNQKPkhpduMa8Nw4aRwomIxJxSqfd-N4F4Jx-WWGahuabuQ/s1600/lihat+jam.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 300px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLLfs5rqBEkeHBGD1KpchLWYn8-4jP3uJ-VEr-c7cgGmf-slCZ5Ldro3OMyBIxkMC3Ge61yAqgMaignyAouD5Px367GZy-kNQKPkhpduMa8Nw4aRwomIxJxSqfd-N4F4Jx-WWGahuabuQ/s320/lihat+jam.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5405687835503701618" border="0" /></a></span><span style="font-weight: bold; font-family: arial;font-size:85%;" >Galih Gumelar </span><span style="font-family: arial;font-size:85%;" >- Suatu ketika Iskandar Agung berjalan-jalan untuk melihat kehidupan rakyatnya. Setiap ia lewat di kampung atau kota, seluruh penduduk membungkukkan kepalanya sebagai tanda hormat. Namun di suatu kota, ada seorang laki-laki yang enggan menundukkan kepalanya ketika sang pemimpin agung itu lewat. Lelaki itu menarik perhatiannya, siapakah dia. Untuk itu, ia menyuruh pengawalnya menghadirkannya ke istana.<br /><br />''Mengapa kau tidak memberi hormat kepadaku,'' tanya Iskandar Agung kepada lelaki tua yang telah hadir di hadapannya. ''Ya, mengapa aku harus menghormati Tuan, padahal Tuan salah seorang pelayanku,'' jawab pak Tua seenaknya. Iskandar Agung berang mendengar jawabannya. ''Apakah kau sudah gila, berani mengatakan itu di hadapanku?'' bentaknya.<br /><br />Pak Tua bukannya takut dengan hardikan Iskandar Agung. Bahkan dengan suara lantang ia berkata, ''Meski Tuan mengaku sebagai pemimpin, pada hakekatnya Tuan hanyalah budak, budak yang telah dikuasai oleh hawa nafsu dan amarah. Sedang aku telah mengalahkan keduanya.''<br /><br />Kisah di atas mengisyaratkan bahwa orang merdeka (bukan budak) adalah yang dapat mengendalikan keinginan hawa nafsu dan amarahnya. Dia lebih mulia dari orang yang kaya harta tetapi terjajah hawa nafsu dan amarahnya. Orang yang mampu mengendalikan nafsunya juga disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang bijak.<br /><br />Kemerdekaan jiwa dapat dicapai ketika seorang mensucikan dirinya (tazkiyatun nafs) dari hawa nafsu yang selalu mendorongnya melakukan perbuatan menyimpang dari asas perikemanusiaan adil dan beradab. Jika seseorang atau suatu bangsa telah memiliki kesucian diri, boleh dikata mereka telah merdeka. Suatu bangsa yang memiliki kesucian diri dari kesalahan amal akan mampu mengatasi segala kekuatan yang mengancam kemerdekaan bangsanya.<br /><br />Orang-orang bijak mengatakan, ''Merdekakanlah dirimu dari segala jeratan dunia yang bukan hakmu. Engkau tak akan mampu menguasai sesuatu yang bukan hakmu.'' Allah SWT berfirman, ''Sungguh amat beruntung orang yang mampu memerdekakan dirinya.'' (Q. S. 87: 14).<br /><br /></span><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-75978430712213248572009-11-19T12:40:00.001+07:002009-11-19T12:41:57.835+07:00Tanah Suci<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;font-size:85%;" ><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxTJ6fdEzm24zBRKWlpflzKYTZ_H1b3N9YMVNm3wmZFrGR7cMRn1O8BPEVKVj5SfAv800krJf6WsSHFq184ssEnZyzqO5P6CY5YWJFgF-yUW21aANxxkVL3igsMgx2NXoCa29hHZt0eMo/s1600/tanah+suci.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxTJ6fdEzm24zBRKWlpflzKYTZ_H1b3N9YMVNm3wmZFrGR7cMRn1O8BPEVKVj5SfAv800krJf6WsSHFq184ssEnZyzqO5P6CY5YWJFgF-yUW21aANxxkVL3igsMgx2NXoCa29hHZt0eMo/s320/tanah+suci.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5405685750813768162" border="0" /></a></span><span style="font-weight: bold; font-family: arial;font-size:85%;" >Galih Gumelar </span><span style="font-family: arial;font-size:85%;" >- Umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadat haji tiap tahun begitu membludak, sampai melebihi daya tampung salah satu tempat pelaksanaan ibadat itu, yaitu Mina. Timbul pertanyaan, mengapa minat masyarakat begitu besar. Jawabannya, ditinjau dari sudut agama, paling kurang dua hal.<br /><br />Pertama, ketakwaan umat makin meningkat. Tetapi terdengar kritik, mengapa korupsi juga semakin menggila. Untuk menerangkan fenomena itu, sabda Nabi ketika ditanya tentang seorang pemuda yang rajin salat tetapi berzina juga, dapat dianalogkan, Salatnya akan mencegahnya (dari berzina itu)! Ternyata pemuda itu memang bertobat tidak lama kemudian. Berarti bahwa korupsi itu pada suatu saat akan hilang, paling sedikit akan terus berkurang.<br /><br />Kedua, daya tarik Tanah Suci (Makkah dan Madinah). Daya tarik itu paling kurang dua hal pula, menurut yang dipahami dari Alquran. Pertama, Tanah suci itu relatif aman. Allah pernah membantah alasan sebagian kaum musyrikin, bahwa jika mereka masuk Islam mereka akan diculik (dirampok, dibunuh, dsb), dengan mengemukakan pertanyaan bantahan, Bukankah Kami telah meneguhkan bagi mereka Tanah Suci itu aman, ke sana didatangkan persembahan segala macam buah-buahan sebagai rezeki pemberian kami? (Q.S. 28:57). Kebiasaan culik-menculik dan bunuh-membunuh di zaman jahiliah memang kenyataan, tetapi itu tidak mungkin terjadi di Tanah Suci, karena semua suku Arab menghormatinya.<br /><br />Ayat itu diperptegas lagi oleh ayat lain, Tiadakah mereka lihat bahwa Kami telah membuat Tanah Suci itu aman, sedang orang culik menculik di sekitarnya? Maka apakah mereka percaya kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah? (Q.S. 29:67). Sekalipun Ka'bah pernah rusak dihantam peluru pada zaman Khalifah Yazid bin Mu'awiyah, Tanah Suci relatif aman. Bahkan keamanan itu dapat dilihat pada kawasan Saudi Arabia pada umumnya sampai sekarang, dibanding kawasan-kawasan sekelilingnya.<br /><br />Kedua, adanya keistimewaan pada Masjidil Haram dan Ka'bah sendiri. Masjidil Haram, di samping istimewa dengan besarnya nilai ibadah yang dikerjakan di dalamnya, paling kurang istimewa pula karena menjadi kiblat, yaitu titik pusat ibadat. Sebagaimana diketahui kiblat sebelumnya adalah Masjidil Aqsa. Enam bulan lamanya Nabi berdoa kepada Tuhan untuk menunjukkan kiblat yang sebenarnya itu.<br /><br />Dan mengenai Ka'bah, Allah melukiskannya sebagai al-Bayt al- 'Atiq, yaitu rumah ibadat yang antik dan agung. Keantikannya kembali ke zaman Nabi Ibrahim yang mendirikannya jauh sebelum agama-agama besar (Yahudi, Nasrani, dan Islam) ini ada. Dan keagungannya kiranya dapat terlukis dari sabda Nabi menyapanya dalam tawaf beliau, Betapa tinggi kebesaranmu, betapa agung martabatmu, namun martabat seorang muslim lebih tinggi dari martabatmu itu. Ketinggian martabat Ka'bah adalah bahwa doa akan dikabulkan di sisinya. Dan ketinggian martabat seorang muslim adalah bahwa hak-hak asasinya tidak boleh dilecehkan sedikit pun.<br /><br />Kepergian seorang muslim ke Tanah Suci, di samping untuk menyempurnakan keislamannya, yaitu mengerjakan rukun Islam kelima, agaknya juga untuk memperoleh damainya Tanah Suci, laba beribadat di dalam Masjidil Haram, dan harapan doanya akan terkabul di bawah naungan martabat Ka'bah yang besar itu.<strong></strong><br /><br /></span><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-67525019228167586492009-11-19T12:35:00.002+07:002009-11-19T12:39:34.299+07:00Rindu Rasulullah<div style="text-align: justify;"><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" ><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-BIxYsAK6-FKeu7i5mkQYOxqn3cczSx-p19cZFxsX4zIK4-t2OizTETQOKHT_RuBWwu0FEMldPY_gwNh6iJiPyk45d0Uv30KJ7l3hFH4pdsnZBS9UeRj2-RgklK4w1ukfX1J7wPCWepc/s1600/makam+rasulullah.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 227px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-BIxYsAK6-FKeu7i5mkQYOxqn3cczSx-p19cZFxsX4zIK4-t2OizTETQOKHT_RuBWwu0FEMldPY_gwNh6iJiPyk45d0Uv30KJ7l3hFH4pdsnZBS9UeRj2-RgklK4w1ukfX1J7wPCWepc/s320/makam+rasulullah.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5405685049409681282" border="0" /></a></span><span style="font-weight: bold;font-family:arial;font-size:85%;" >Galih Gumelar</span><span style=";font-family:arial;font-size:85%;" > - Bagi jamaah haji yang beruntung masuk Raudah, sudut utama di Masjid Nabawi, ia akan dicekam kerinduan bertemu Rasulullah. Gemuruh salawat yang diiringi tangis bahkan raungan, membuat suasana di ruangan kecil yang diperebutkan itu terasa bertambah magis. Terasa, seakan Rasulullah berada di sampingnya. Tapi apa daya, sang kekasih tidak tampak, kecuali pusaranya yang terhijab di balik dinding beton yang kukuh. Saat meninggalkan Raudah, jamaah berdesakan bahkan saling jepit melewati lorong keluar yang sempit. Gema selawat tambah mengeras. Di sini, biasanya bacaan salawat diucapkan singkat-singkat: ''Salamun 'alaika ya Rasulullah.'' Atau ditambah kata-kata ''Salamun 'alaika ya Faruq, salamun 'alaika ya Aba Bakr,'' menunjuk kepada Umar dan Abu Bakar, dua sahabat dekat Rasulullah yang terbujur di samping beliau.<br /><br />Pernah seorang jamaah haji bertanya kepada sang kyai pembimbingnya, mengapa Masjid Madinah memberi kesan begitu mendalam. Suara muazin yang mengalun, seakan mengalahkan keindahan gema azan di Masjidil Haram, membuat salat di dalamnya sering lebih khusyuk. Sang kyai menjawab, ''Karena di masjid itu ada kekasihmu yang kau rindukan. Bukankah kau selalu menyebutnya dan hanya pada kesempatan ini engkau bertemu?''<br /><br />Kerinduan kepada Rasulullah, pesan sang kyai pula, seharusnyalah diciptakan, di mana saja dan kapan saja. Itu pertanda seorang umat Muhammad mencintai Nabi dan ajarannya. Uluk salam dan memberikan penghormatan kepada Nabi, adalah perintah kepada orang beriman, karena Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bersalawat untuk Nabi, (QS 33:56).<br /><br />Bagi kalangan khawasul khawas, kerinduan kepada Rasulullah kerap ditambah dengan keinginan bermimpi ketemu beliau. Dibacanyalah beribu-ribu salawat dengan mengintensifkan seluruh amal ibadah. Keinginan itu sering jadi kenyataan. Bahkan, ''Barangsiapa melihatku dalam mimpi,'' demikian Rasulullah menjamin, ''maka ia seakan melihatku dalam jaga, karena syetan tidak bisa meniru diriku.'' Mimpi jumpa Nabi adalah karunia yang diberikan hanya kepada orang yang telah bersih jiwanya.<br /><br />Oleh Rasulullah disebutkan, ''Termasuk orang kikir yang tidak bersalawat padaku, saat namaku disebut orang.'' Sebaliknya, yang bersalawat sekali kepadanya, Allah memberinya 10 rahmat dan melenyapkan 10 dosanya. Dalam riwayat Muhammad bin Abdurrahman disebut, Rasulullah bersabda, ''Setiap kali umatku uluk salam kepadaku, sesudah aku tiada, Jibril menyampaikannya kepadaku lalu kujawab: Wa'alaihissalam,'' (Semoga salam, rahmat dan berkah Allah juga tetap kepadanya).<br /><br />Tanda kerinduan kepada Rasulullah adalah menjalankan seluruh perintahnya. Menghadirkannya secara penuh di hati, seakan beliau selalu hadir di sisi kita. Nilai iman ini melebihi penglihatan fisik, seperti beliau katakan: ''Beruntunglah orang yang melihat aku dan beriman kepadaku. Tapi, beruntunglah, beruntunglah, wahai beruntunglah orang yang meskipun tidak melihatku tapi beriman kepadaku.''<br /><br /></span><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-17319038440798427282009-09-11T13:23:00.001+07:002009-09-11T13:24:18.062+07:00PETUNJUK UNTUK BERSEDEKAH<div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;"><strong></strong><span style="font-weight: bold;">Galih Gumelar</span> - Allah SWT tidak hanya memberi petunjuk dan menganjurkan kita untuk bersedekah di jalan Allah SWT tetapi juga mengajar kita tata cara bersedekah. Supaya sedekah bisa diterima Allah SWT ada tiga syarat yang harus dipenuhi. Harta harus diperoleh dengan cara yang halal, sedekah harus diberikah dengan niat yang tulus dan diberikan kepada mereka yang sungguh-sungguh layak menerimanya.</span></span> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Cara yang benar untuk bersedekah bukanlah dengan mengingatkan orang-orang mengenai kebaikan yang telah kita lakukan kepada mereka dan melukai perasaan dengan cara apapun juga. Allah SWT menjelaskan hal ini di dalam Al Baqarah 262<br /> <br /> <em> Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan sipenerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Jika kamu tidak mempunyai apapun untuk bersedekah, perlakukanlah orang miskin dengan sopan dan ramah. Al Baqarah 263<br /> <em><br />Perkataan yang baik dan pemberian ma`af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Perhatikan bahwa Allah SWT sedang memperingatkan bahwa Ia dapat menghukum kita atas penganiayaan terhadap orang miskin. Allah adalah, bagaimanapun, sangat sabar dan pemurah. </span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Allah SWT memperingatkan bahwa dengan menyebut-nyebut sedekah yang telah diberikan dan melukai perasaan mereka kita telah menghapuskan pahala sedekah yang telah kita berikan. Seseorang yang menunjukkan perilaku seperti itu sesungguhnya bersedekah hanya untuk pamer dan tidak percaya kepada Allah SWT dan hari Pengadilan. Sedekah nya tidak akan mendapat pahala. Allah SWT menggambarkan hal ini dalam suatu contoh yang indah. Bayangkanlah suatu batu karang dengan lapisan tanah di atasnya. Sekalipun hujan membasahinya tidak akan ada suatu tanamanpun yang akan tumbuh di atasnya. Hujan akan meninggalkan batu karang itu licin dan kering.</span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Demikian pula sedekah dari orang seperti ini tidak akan bermanfaat baginya. Al Baqarah 264<br /> <br /> <em> Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Sebaliknya seseorang yang menyedekahkan kekayaannya demi menyenangkan Allah akan mendapat pahala yang besar dari Nya. Bahkan suatu sedekah sekecil apapun akan mendapat suatu pahala yang besar. Al Baqarah 265<br /> <br /> <em> Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Ciri-ciri orang yang suka bersedekah disebutkan di dalam surat Al Insan 8 - 9<br /> <br /> <em>Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Lihatlah perbedaan antara seseorang yang melukai perasaan orang lain dibandingkan dengan orang yang tidak menuntut ucapan terimakasih dalam bentuk apapun dari orang miskin yang menerima sedekah mereka.<br />Barang-barang yang disedekahkan harus bermutu bagus. Kadang-kadang orang-orang mencoba menyedekahkan barang-barang yang tak disukainya. Jika barang-barang seperti itu diberikan kepada mereka sendiri, tentu mereka akan menolaknya atau hanya menerima untuk basa-basi. Sungguh-sungguh sedekah seperti itu tidaklah bisa diterima oleh Allah SWT. Al Baqarah 267 – 268<br /> <br /> <em> Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Dalam rangka meningkatkan iman, perlu untuk memberikan barang-barang yang paling kamu sukai/cintai. Ali Imran 92<br /> <br /> <em> Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. </em></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Ketika Abu Talha RA mendengar ayat ini, ia segera memberikan kebunnya yang terbaik serta suatu sumur untuk disedekahkan. (Muslim, Bukhari) </span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Dengan cara yang sama Zaid bin Harith RA memberikan seekor kuda sebagai sedekah karena ia sangat mencintainya. (Ibn Jareer,Tabri) </span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="direction: ltr; unicode-bidi: embed; font-family: arial; text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-size: 100%;">Adalah lebih baik untuk memberi sedekah dengan cara diam-diam walaupun bukanlah suatu dosa untuk memberinya secara terbuka. Jika niat dari orang yang bersedekah adalah untuk memotivasi orang lain untuk aktif ikut serta didalam kegiatan amal, adalah lebih baik untuk memberi secara terbuka. Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hati kita. Al Baqarah 271<br /> <br /> <em> Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.</em></span></span></p><span style="font-size:100%;"><br /></span><span style="font-family: arial;font-size:100%;" class="fullpost" ><br /><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-61711128623086282992009-09-11T13:22:00.001+07:002009-09-11T13:24:18.063+07:00Cara Lain Bersedekah<div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_aPsNRPlmlzAwxD01DW7S0N_HiRjrqL9FYBOi8-ilm8CWAJmBpuVIgjN6Y8JeBP5reTbxfPW8uU12psLTduuFHfhaZRBQrUNPXtaMW1aL1sAcju7acIxxU7I8OEx5pWoLCWdVPwaEEt2y/s1600-h/194.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_aPsNRPlmlzAwxD01DW7S0N_HiRjrqL9FYBOi8-ilm8CWAJmBpuVIgjN6Y8JeBP5reTbxfPW8uU12psLTduuFHfhaZRBQrUNPXtaMW1aL1sAcju7acIxxU7I8OEx5pWoLCWdVPwaEEt2y/s320/194.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5333753349408814978" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;">Galih Gumelar</span> - Bersedekah merupakan merupakan salah satu point yang diberikan oleh Allah kepada seluruh umat islam untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagian baik di dunia dan akherat. salah satu keuntungan dari bersedakah dapat mencegah diturunkannya bencana, malapetaka atau adzab dari Allah SWT. selain itu juga Allah sudah menjanjikan untuk melipatkan gandakan 10 kali lipat pahala orang yang bersedekah <em>(penulis)</em>.Berikut Macam-Macam Shadaqah </span></div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan shadaqah yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah dengan hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak hartanya. Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shadaqah mencakup:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(51, 153, 102);"><strong><span> 1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Rasulullah saw. menggambarkan pada awal penjelasannya tentang shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah shadaqah. Oleh karenanya mereka ‘diminta’ untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir lainnya. Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Dalam riwayat lain digambarkan:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. berkata, “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(51, 153, 102);"><strong><span> 2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Setelah disebutkan bahwa dzikir merupakan shadaqah, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar, seseorang perlu mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, dan perasaannya. Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah. Bahkan jika dicermati secara mendalam, umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah’, karena memiliki misi amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam sebuah ayat-Nya Allah swt. berfirman:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imran (3): 110]</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(51, 153, 102);"><strong><span> 3. Hubungan Intim Suami Istri</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hadits di atas bahkan menggambarkan bahwa hubungan suami istri merupakan shadaqah. Satu pandangan yang cukup asing di telinga para sahabatnya, hingga mereka bertanya, “Apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan shadaqah?” Kemudian dengan bijak Rasulullah saw. menjawab, “Apa pendapatmu jika ia melampiaskannya pada tempat yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapat pahala.” Di sinilah para sahabat baru menyadari bahwa makna shadaqah sangatlah luas. Bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan seorang insan, dan diniatkan ikhlas karena Allah, serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan terhitung sebagai shadaqah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah saw. yang dikategorikan sebagai shadaqah, masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah, diantaranya adalah:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(51, 153, 102);"><strong><span> 4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” (HR. Ibnu Majah)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><strong><span style="color: rgb(51, 153, 102);">5. Membantu urusan orang lain</span></strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani, dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, “Setiap muslim harus bershadaqah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)?” Rasulullah saw. bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau bersabda, “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah.” (HR. Muslim)<br /><strong><span style="color: rgb(255, 204, 0);"><br /><span style="color: rgb(51, 153, 102);"> 6. Mengishlah dua orang yang berselisih</span></span></strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah saw.: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah. Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah, mengishlah di antara manusia (yang berselisih adalah shadaqah).” (HR. Bukhari)<br /><span style="color: rgb(51, 153, 102);"><strong><span><br />7. Menjenguk orang sakit</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah swt., maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus (kali lipat). Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi penggugur (dosa-dosanya).” (HR. Ahmad)<br /><span style="color: rgb(255, 204, 0);"><strong><br /><span style="color: rgb(51, 153, 102);"> 8. Berwajah manis atau memberikan senyuman</span></strong></span></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun. Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya, ia menemuinya dengan wajah ramah, dan jika engkau membeli daging, atau memasak dengan periuk/kuali, maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya.” (HR. Turmudzi)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span style="color: rgb(255, 204, 0);"><strong><span style="color: rgb(51, 153, 102);"> 9. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari (baca: yaumiyah)</span><br /></strong></span><br />Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Berikut ini kajian ilmiahnya tentang bersedeqah</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah saw., orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Sanad Hadits</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hadits di atas memiliki sanad yang lengkap (sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim, Kitab Al-Zakat, Bab Bayan Anna Ismas Shadaqah Yaqa’u Ala Kulli Nau’ Minal Ma’ruf, hadits no 1006).</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Gambaran Umum Tentang Hadits</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hadits ini memberikan gambaran luas mengenai makna shadaqah. Karena digambarkan bahwa shadaqah mencakup segenap sendi kehidupan manusia. Bukan hanya terbatas pada makna menginfakkan uang di jalan Allah, memberikan nafkah pada fakir miskin atau hal-hal sejenisnya. Namun lebih dari itu, bahwa shadaqah mencakup segala macam dzikir (tasbih, tahmid dan tahlil), amar ma’ruf nahi mungkar, bahkan hubungan intim seorang suami dengan istrinya juga merupakan shadaqah. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. secara tersirat meminta kepada para sahabatnya untuk pandai-pandai memanfaatkan segala aktivitas kehidupan agar senantiasa bernuansakan ibadah. Sehingga tidak perlu ‘gusar’ dengan orang-orang kaya yang selalu bersedekah dengan hartanya. Karena makna shadaqah tidak terbatas hanya pada shadaqah dengan harta.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Asbabul Wurud Hadits</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hadits ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan beberapa Muhajirin yang fakir, dimana mereka ‘terpaksa’ meninggalkan harta benda mereka di Mekah, sehingga mereka merasa tidak dapat bershadaqah. Ketika pertanyaan mereka terlontar ke Rasulullah saw., beliau memberikan jawaban yang dapat menenangkan jiwa dan pikiran mereka.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Makna Hadits</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Hadits ini muncul dengan latar belakang ‘kegundahan hati’ para sahabat, manakala mereka merasa tidak dapat optimal dalam beribadah kepada Allah swt.. Karena mereka merasa bahwa para sahabat-sahabat yang memiliki kelebihan harta, kemudian menshadaqahkan hartanya tersebut, tentulah akan mendapatkan derajat yang lebih mulia di sisi Allah swt.. Sebab mereka melaksanakan shalat, puasa, namun mereka bersedekah, sedangkan kami tidak bersedekah, kata para sahabat ini.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Akhirnya Rasulullah saw. sebagai seorang murabbi sejati memberikan motivasi serta dorongan agar mereka tidak putus asa, dan sekaligus memberikan jalan keluar bagi para sahabat ini. Jalan keluarnya adalah bahwa mereka dapat bershadaqah dengan apa saja, bahkan termasuk dalam hubungan intim suami istri. Oleh karenanya tersirat bahwa Rasulullah saw. meminta kepada mereka agar padai-pandai mencari peluang ‘pahala’ dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari, agar semua hal tersebut di atas terhitung sebagai shadaqah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Pengertian Shadaqah</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan Allah swt.. Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna shadaqah memang sering menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah Al-Baqarah (2): 264 dan Al-Taubah (9): 60.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa shadaqah memiliki makna mendermakan uang di jalan Allah swt. Bahkan pada ayat yang kedua, shadaqah secara khusus adalah bermakna zakat. Bahkan banyak sekali ayat maupun hadits yang berbicara tentang zakat, namun diungkapkan dengan istilah shadaqah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Secara bahasa, shadaqah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Dalam makna seperti inilah, shadaqah diibaratkan dalam hadits: “Dan shadaqah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Antara zakat, infak, dan shadaqah memiliki pengertian tersendiri dalam bahasan kitab-kitab fiqh. Zakat yaitu kewajiban atas sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau menafkahkan uang. Infak ada yang wajib, sunnah dan mubah. Infak wajib di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban, seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya. Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak masuk dalam kategori wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan dan sebagainya.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Shadaqah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena shadaqah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun shadaqah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadits digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah shadaqah.”</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Makna shadaqah yang terdapat dalam hadits di atas adalah mengacu pada makna shadaqah di atas. Bahkan secara tersirat shadaqah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah swt. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah swt., maupun dalam bentuk aktivitas yang secara lahiriyah tidak tampak seperti bertaqarrub kepada Allah, seperti hubungan intim suami istri, bekerja, dsb. Semua aktivitas ini bernilai ibadah di sisi Allah swt.</span></p><span style="font-family: arial;font-size:100%;" ><br /></span><span style="font-family: arial;font-size:100%;" class="fullpost" ><br /><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-1333638657304002952009-09-11T13:19:00.001+07:002009-09-11T13:21:17.648+07:00Zakat, Infaq, Shadaqah dalam Islam<span style="font-family: arial;">Galih Gumelar - Manusia adalah makhluk soisal, hal ini disadari benar oleh Islam karenanya Islam sanga mencela individualistis dan sebailiknya sangat menekankan pembinaan dan semangat ukhuwah(kolektivisme), bahkan semanat ukuhuwah meruapkansalahsatu risalah islam yan sangat menonjol. Kita bisa melihat betapa seriusnya Islam memperhatikan masalah pembinaan ukhuwah ini didalam ajarannya, diantaranya adalah zakat, infaq shadaqah.</span><br /><span style="font-family: arial;">ZIS mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat esensial, yaitu bahwa Islam mengakui hak pribadi setiap anggota masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa didalam kepemilikan pribadi itu terdapat tanggung jawab social atau dalam kata lain bahwa Islam dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat pribadi dan maslahat social.</span><br /><br /><strong style="font-family: arial;">PENGERTIAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH</strong><br /><span style="font-family: arial;">Secara bahasa, zakat berarti tumbuh, bersih, berkemabang dan berkah;sedangkan secara syar'I ialah kadar kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan untuk diberikan kepada yang berhak sesuai yang telah ditetapkan oleh syara', dengan demikian zakat hukumnya wajib.</span><br /><span style="font-family: arial;">Sedangkan </span><strong style="font-family: arial;">Infaq </strong><span style="font-family: arial;">berasal dari kata </span><strong style="font-family: arial;"></strong><em style="font-family: arial;">anfaqo-yunfiqu </em><span style="font-family: arial;">, artinya membelanjakan atau membiayai, arti infaq menjadi khusu tatkala dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah.</span><br /><span style="font-family: arial;">Dan Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya ada yangw ajib (termask dalam hal ini zakat, nadzardsb),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram.</span><br /><span style="font-family: arial;">Adapaun shodaqoh secara bahasa dari kata shodaqa yang berarti benar. Jadi,shidaqah adalahsebuah tindakan yang bisa menjadi bukti akan kebenaran iaman seseoarang.</span><br /><span style="font-family: arial;">Kalau infaq hanya berkaitan dengan materi, maka shadaqah bisa berupa materi, tapi juga bisa berupa sebuah kebaikan yang bukan materi, sebagaimana sabda Rosululah SAW: senyummu dihdapan saudaramu adalah shadaqah</span><br /><span style="font-family: arial;">Adapun hukumshadaqah ialah antara wajib dan sunnah, diantara shidaqah wajib adalah zakat.</span><br /><div style="font-family: arial;" class="title1">Manfaat ZIS :<br /><br /></div><span style="font-family: arial;"> • </span><strong style="font-family: arial;">Sarana Pembersih Jiwa<br /></strong><span style="font-family: arial;">Sebagaimana arti bahsa dari zakat adalah suci, maka seseorang yang berzakat, pada hakekatnyameupakan buktrhadap duninya dari upyanya untuk mensucikan diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya dari hak-hak orang lain (QS.:103,70:24-25)</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Realisasi Kepedulian Sosial<br /></strong><span style="font-family: arial;">Salah satu al esensial dalam Islam yang ditekankan untuk ditegakkan adalah hidupnya suasana � </span><em style="font-family: arial;">takaful dan tadhomun </em><span style="font-family: arial;">� (rasa sepenanggungan) dan hal tersebut akan bisa direalisasian dengan ZIS. Jika sholat berfungsi Pembina ke khusu'an terhadap Allah, maka ZIS berfungsi sebagai Pembina kelembutan hati seseorang terhadap sesame (QS.9:71)</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial<br /></strong><span style="font-family: arial;">Allah SWT hanya akan memberikan pertolongan kepada hambaNya, manakala hambanya Nya mematuhi ajranNya.Dan diantara ajaran Allah yang harus ditaati adalah menunaikan ZIS (QS.22:39-40)</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Ungkapan Rasa Syukur Kepada Allah<br /></strong><span style="font-family: arial;">Menunaikan ZIS merupkan ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Salah Satu Aksiomatika Dalam Islam<br /></strong><span style="font-family: arial;">Zakat adalah salah satu rukun Islam yang diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mengetahui sholat dan rukun-rukun Islam lainnya.</span><br /><strong style="font-family: arial;"><br /><span class="title1">JENIS ZAKAT DAN SYARAT-SYARATNYA</span></strong><br /><div style="font-family: arial;" class="title2"><strong> 1. Zakat Maal (harta kekayaan) </strong></div><span style="font-family: arial;"> Adapun harta kekayaan yang terkena wajib zakat adalah:</span><br /><span style="font-family: arial;">• Yang ada nashnya :</span><br /><span style="font-family: arial;">• Emas dan Perak (termasuk uang)</span><br /><span style="font-family: arial;">• Harta Perniagaan</span><br /><span style="font-family: arial;">• Binatang Ternak (Unta, Sapi/kerbau dan kambing)</span><br /><span style="font-family: arial;">• Hasil Tanaman</span><br /><span style="font-family: arial;">• Hasil tambang dan harta karun.</span><br /><span style="font-family: arial;">• Yang di Istinbathkan atau dianalogkan :</span><br /><span style="font-family: arial;">1.saham</span><br /><span style="font-family: arial;">2. Hasil Profesi</span><br /><span style="font-family: arial;">3. Barang-barang produktif</span><br /><span style="font-family: arial;">4. Hasil Perseroa,dsb.</span><br /><strong style="font-family: arial;">Syarat-Syarat Zakat Maal</strong><br /><br /><em style="font-family: arial;"><strong> Syarat yang terkait dengan Muzakki:</strong></em><br /><span style="font-family: arial;">• Islam</span><br /><span style="font-family: arial;">• Merdeka</span><br /><span style="font-family: arial;">• Baligh dan Akil</span><br /><br /><em style="font-family: arial;"><strong> Syarat yang terkait dengan harta :</strong></em><br /><span style="font-family: arial;">• Halal</span><br /><span style="font-family: arial;">• Kepemilikan secara penuh</span><br /><span style="font-family: arial;">• Mencapai nishob (batas jumlah minimal)</span><br /><span style="font-family: arial;">• Berumur satu tahun (khusus untuk harta poin a.1,2 dan 3)</span><br /><span style="font-family: arial;">• Bebas dari hutang</span><br /><span style="font-family: arial;">• Kelebihan dari kebutuhan pokok minimal</span><br /><span style="font-family: arial;">• Berkembang atau memungkinkan untuk berkembang</span><br /><strong style="font-family: arial;"></strong><br /><div style="font-family: arial;" class="title2"><strong>2 </strong>. <strong>Zakat Fitri </strong></div><span style="font-family: arial;"> Zakat yang wajib dikeluarkan oelh setiap muslim atas nama dirinya dan yang dibawah tanggung jawabnya (istri, anak besar/kecil, pembantu, dsb) pada setiap hari Idul Fitri, bila pada dirinya ada kelabihan makanan untuk hari tersebut dan malamnya.</span><br /><span style="font-family: arial;">Adapun jumlah zakat yang dikeluarkan adalah bahan makanan pokok, sejumalh satu sho' untuk setiap jiwa.</span><br /><strong style="font-family: arial;"><br /></strong><span style="font-family: arial;" class="title2">Golongan Yang Berhak Menerima Zakat </span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Fakir<br /></strong><span style="font-family: arial;">Orang yang tidak mepunyai mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian, tetapi penghasilannya tidak mencapai separo dari yang dibutuhkan.</span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Miskin<br /></strong><span style="font-family: arial;">Orang yang mempunyai mata pencaharian dan penghasilannya mencapai separo atau lebi dari yang dibutuhka, namun belum mencukupinya.</span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Amil Zakat<br /></strong><span style="font-family: arial;">Orang yang bertugas megelola zakat.</span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Hamba sahaya<br />• Orang yang mempunyai hutang</strong><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Muallaf</strong><br /><span style="font-family: arial;">Orang yang baru beberapa saat masuk agama Islam,atau orang yg diharapkan masuk Islam</span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Fii Sabilillah</strong><br /><span style="font-family: arial;">Orang yang sedang berjuang untuk menegakkan agama</span><br /><span style="font-family: arial;">• </span><strong style="font-family: arial;">Ibnu Sabil</strong><br /><span style="font-family: arial;">Orang yang sedang safar (perjalanan), sedang bekalnya tidak cukup</span><br /><span style="font-family: arial;" class="title2">Golongan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat</span><br /><br /><span style="font-family: arial;">• Orang Kaya</span><br /><span style="font-family: arial;">• Orang Yang mampu bekerja</span><br /><span style="font-family: arial;">• Orang kafir yang memerangi</span><br /><span style="font-family: arial;">• Orang atheis</span><br /><span style="font-family: arial;">• Orang Murtad</span><br /><span style="font-family: arial;">• Ahludzimmah</span><br /><span style="font-family: arial;">• Istri, Bapak/Ibu keatas serta anak kebawah</span><br /><span style="font-family: arial;">• Keluarga Nabi Muhammad SAW.</span><br /><div style="font-family: arial;" class="title2">Adab Menunaikan Zakat </div><span style="font-family: arial;"> • Menyembunyikan dalam mengeluarkannya</span><br /><span style="font-family: arial;">• Tidak dengan caramembanggakan diri atau menyakiti orang yang menerima.</span><br /><span style="font-family: arial;">• Menyegerakan untuk mengeluarkannya, bila dating saatnya.</span><br /><span style="font-family: arial;">• Menganggap kecil dengan apa yang telah dikeluarkan.</span><br /><div style="font-family: arial;" class="title2">Tabel Perhitungan Zakat </div> <table style="font-family: arial;" border="1" cellpadding="3" cellspacing="0"><tbody> <tr bg="" style="color: rgb(51, 51, 51);"> <td valign="top" width="47"><br /><div align="center"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"><strong>No </strong></span></div> </td> <td valign="top" width="189"><br /><div align="center"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"><strong>Jenis Harta </strong></span></div> </td> <td valign="top" width="118"><br /><div align="center"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"><strong>Nishob </strong></span></div> </td> <td valign="top" width="118"><br /><div align="center"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"><strong>Jumlah Zakat </strong></span></div> </td> <td valign="top" width="118"><br /><div align="center"><span style="color: rgb(255, 255, 255);"><strong>Keterangan </strong></span></div> </td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td rowspan="2" valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1 </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Emas </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">85 gr </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5 % </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setelah berumur 1 tahun </span></td> </tr> <tr> <td bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);" valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Perak </span></td> <td bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);" valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">595 gr </span></td> <td bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);" valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5% </span></td> <td bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);" valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setelah Berumur 1 tahun </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Harta Pernniagaan </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">85 gr emas </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">25 % </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setelah 1 tahun Nishibnya:jumlah barang yang ada +laba 1 tahun </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">3. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Binatang Ternak </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">a. Unta </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">b.sapi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">c. Kambing </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5-9 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">10-14 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">15 -19 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">30-39 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">40-59 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">60-69 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">70-79 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">40-120 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">121-200 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">201-399 ekor </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">400-499 ekor </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">3 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1 sapi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1 sapi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2 sapi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2 sapi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">1 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">3 kambing </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">4 kambing </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Umur 1 tahun </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Umur 2 tahun </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Umur 1 tahun </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Umur 1 dan 2 tahun </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">4 </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Hasil Tanaman </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5 Watsaq senilai </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">653 kg beras </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5 % jika dengan irigasi </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">10 %tanpa irigasi </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setiap panen </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Tambang harta karun </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">85 gr emas tanpa nishob </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5 % </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">20% </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setiap mendapatkan </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">6. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Profesi </span><br /><ol><li><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Qiyas ke emas </span></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Qiyas ke tanaman dan emas </span></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Qiyas ke tanaman </span></li></ol> </td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">85 gr </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">653 kg beras </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">653 jg beras </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5 % </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5% </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5% </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setelah 1 tahun </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setiap mendapatkan </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Setiap mendapatkan </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">7. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Saham </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">85 gr emas </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">2,5 emas </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Harga saham+keuntungan </span></td> </tr> <tr bg="" style="color: rgb(255, 255, 153);"> <td valign="top" width="47"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">8. </span></td> <td valign="top" width="189"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Benda-benda produktif </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">653 kg </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">5 % atau 10% </span></td> <td valign="top" width="118"><span style="color: rgb(0, 0, 0);">Dari penghasilan </span></td></tr> </tbody></table> <span style="font-family: arial;" class="post-author vcard"> </span><br /><span style="font-family: arial;" class="fullpost"><br /><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-58012943793286525102009-09-11T13:18:00.001+07:002009-09-11T13:21:17.648+07:00Zakat, infaq dan shodaqoh<div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Galih Gumelar - Zakat menurut bahasa artinya adalah “berkembang” (an namaa`) atau “pensucian” (at tath-hiir). Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin mu’ayyanah) (Zallum, 1983 : 147).</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><br /></div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Dengan perkataan “hak yang telah ditentukan besarnya” (haqqun muqaddarun), berarti zakat tidak mencakup hak-hak –berupa pemberian harta– yang besarnya tidak ditentukan, misalnya hibah, hadiah, wasiat, dan wakaf. Dengan perkataan “yang wajib (dikeluarkan)” (yajibu), berarti zakat tidak mencakup hak yang sifatnya sunnah atau tathawwu’, seperti shadaqah tathawwu’ (sedekah sunnah). Sedangkan ungkapan “pada harta-harta tertentu” (fi amwaalin mu’ayyanah) berarti zakat tidak mencakup segala macam harta secara umum, melainkan hanya harta-harta tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan nash-nash syara’ yang khusus, seperti emas, perak, onta, domba, dan sebagainya. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Bagaimana kaitan atau perbedaan definisi zakat ini dengan pengertian infaq dan shadaqah? Al Jurjani dalam kitabnya At Ta’rifaat menjelaskan bahwa infaq adalah penggunaan harta untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal haajah) (Al Jurjani, tt : 39). Dengan demikian, infaq mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding zakat. Dalam kategorisasinya, infak dapat diumpamakan dengan “alat transportasi” –yang mencakup kereta api, mobil, bus, kapal, dan lain-lain– sedang zakat dapat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai salah satu alat transportasi.</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Maka hibah, hadiah, wasiat, wakaf, nazar (untuk membelanjakan harta), nafkah kepada keluarga, kaffarah (berupa harta) –karena melanggar sumpah, melakukan zhihar, membunuh dengan sengaja, dan jima’ di siang hari bulan Ramadhan–, adalah termasuk infaq. Bahkan zakat itu sendiri juga termasuk salah satu kegiatan infak. Sebab semua itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan pihak pemberi maupun pihak penerima. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Dengan kata lain, infaq merupakan kegiatan penggunaan harta secara konsumtif –yakni pembelanjaan atau pengeluaran harta untuk memenuhi kebutuhan– bukan secara produktif, yaitu penggunaan harta untuk dikembangkan dan diputar lebih lanjut secara ekonomis (tanmiyatul maal).</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Adapun istilah shadaqah, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian berikut ini : </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Pertama, shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan (Mahmud Yunus, 1936 : 33, Wahbah Az Zuhaili, 1996 : 919). Shadaqah ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shadaqah tathawwu’ atau ash shadaqah an nafilah (Az Zuhaili 1996 : 916). Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash shadaqah al mafrudhah (Az Zuhaili 1996 : 751). Namun seperti uraian Az Zuhaili (1996 : 916), hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima shadaqah akan memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara’ :</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Al wasilatu ilal haram haram” </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula”. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tak dapat terlaksana kecuali denganshadaqah, maka shadaqah menjadi wajib hukumnya, sesuai kaidah syara’ :</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“ Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib”</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya” </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Dalam ‘urf (kebiasaan) para fuqaha, sebagaimana dapat dikaji dalam kitab-kitab fiqh berbagai madzhab, jika disebut istilah shadaqah secara mutlak, maka yang dimaksudkan adalah shadaqah dalam arti yang pertama ini –yang hukumnya sunnah– bukan zakat.</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Kedua, shadaqah adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983 : 148). Ini merupakan makna kedua dari shadaqah, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat lafazh “shadaqah” yang berarti zakat. Misalnya firman Allah SWT : </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat …” (QS At Taubah : 60)</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Dalam ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh “ash shadaqaat”. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman : </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“…beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim).</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Pada hadits di atas, kata “zakat” diungkapkan dengan kata “shadaqah”. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, shadaqah merupakan kata lain dari zakat. Namun demikian, penggunaan kata shadaqah dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak. Artinya, untuk mengartikan shadaqah sebagai zakat, dibutuhkan qarinah (indikasi) yang menunjukkan bahwa kata shadaqah –dalam konteks ayat atau hadits tertentu– artinya adalah zakat yang berhukum wajib, bukan shadaqah tathawwu’ yang berhukum sunnah. Pada ayat ke-60 surat At Taubah di atas, lafazh “ash shadaqaat” diartikan sebagai zakat (yang hukumnya wajib), karena pada ujung ayat terdapat ungkapan “faridhatan minallah” (sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan lafazh “ash shadaqaat” dalam ayat tadi, adalah zakat yang wajib, bukan shadaqah yang lain-lain.</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Begitu pula pada hadits Mu’adz, kata “shadaqah” diartikan sebagai zakat, karena pada awal hadits terdapat lafazh “iftaradha” (mewajibkan/memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud dengan “shadaqah” pada hadits itu, adalah zakat, bukan yang lain. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Dengan demikian, kata “shadaqah” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali bila terdapat qarinah yang menunjukkannya.</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Ketiga, shadaqah adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syara’). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : “Kullu ma’rufin shadaqah” (Setiap kebajikan, adalah shadaqah). </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah shadaqah, memberi nafkah kepada keluarga adalah shadaqah, beramar ma’ruf nahi munkar adalah shadaqah, menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shadaqah, dan tersenyum kepada sesama muslim pun adalah juga shadaqah.</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Agaknya arti shadaqah yang sangat luas inilah yang dimaksudkan oleh Al Jurjani ketika beliau mendefiniskan shadaqah dalam kitabnya At Ta’rifaat. Menurut beliau, shadaqah adalah segala pemberian yang dengannya kita mengharap pahala dari Allah SWT (Al Jurjani, tt : 132). Pemberian (al ‘athiyah) di sini dapat diartikan secara luas, baik pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa suatu sikap atau perbuatan baik. </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Jika demikian halnya, berarti membayar zakat dan bershadaqah (harta) pun bisa dimasukkan dalam pengertian di atas. Tentu saja, makna yang demikian ini bisa menimbulkan kerancuan dengan arti shadaqah yang pertama atau kedua, dikarenakan maknanya yang amat luas. Karena itu, ketika Imam An Nawawi dalam kitabnya Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi mensyarah hadits di atas (“Kullu ma’rufin shadaqah”) beliau mengisyaratkan bahwa shadaqah di sini memiliki arti majazi (kiasan/metaforis), bukan arti yang hakiki (arti asal/sebenarnya). Menurut beliau, segala perbuatan baik dihitung sebagai shadaqah, karena disamakan dengan shadaqah (berupa harta) dari segi pahalanya (min haitsu tsawab). Misalnya, mencegah diri dari perbuatan dosa disebut shadaqah, karena perbuatan ini berpahala sebagaimana halnya shadaqah. Amar ma’ruf nahi munkar disebut shadaqah, karena aktivitas ini berpahala seperti halnya shadaqah. Demikian seterusnya (An Nawawi, 1981 : 91).</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Walhasil, sebagaimana halnya makna shadaqah yang kedua, makna shadaqah yang ketiga ini pun bersifat tidak mutlak. Maksudnya, jika dalam sebuah ayat atau hadits terdapat kata “shadaqah”, tak otomatis dia bermakna segala sesuatu yang ma’ruf, kecuali jika terdapat qarinah yang menunjukkannya. Sebab sudah menjadi hal yang lazim dan masyhur dalam ilmu ushul fiqih, bahwa suatu lafazh pada awalnya harus diartikan sesuai makna hakikinya. Tidaklah dialihkan maknanya menjadi makna majazi, kecuali jika terdapat qarinah. Sebagaimana diungkapkan oleh An Nabhani dan para ulama lain, terdapat sebuah kaidah ushul menyebutkan : </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Al Ashlu fil kalaam al haqiqah.”</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Pada asalnya suatu kata harus dirtikan secara hakiki (makna aslinya).” (Usman, 1996 : 181, An Nabhani, 1953 : 135, Az Zaibari : 151) </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Namun demikian, bisa saja lafazh “shadaqah” dalam satu nash bisa memiliki lebih dari satu makna, tergantung dari qarinah yang menunjukkannya. Maka bisa saja, “shadaqah” dalam satu nash berarti zakat sekaligus berarti shadaqah sunnah. Misalnya firman Allah :</div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (At Taubah : 103) </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><div style="text-align: justify; font-family: arial;" class="MsoNormal">Kata “shadaqah” pada ayat di atas dapat diartikan “zakat”, karena kalimat sesudahnya “kamu membersihkan dan mensucikan mereka” menunjukkan makna bahasa dari zakat yaitu “that-hiir” (mensucikan). Dapat pula diartikan sebagai “shadaqah” (yang sunnah), karena sababun nuzulnya berkaitan dengan harta shadaqah, bukan zakat. Menurut Ibnu Katsir (1989 : 400-401) ayat ini turun sehubungan dengan beberapa orang yang tertinggal dari Perang Tabuk, lalu bertobat seraya berusaha menginfakkan hartanya. Jadi penginfakan harta mereka, lebih bermakna sebagai “penebus” dosa daripada zakat.</div><div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: arial;">Karena itu, Ibnu Katsir berpendapat bahwa kata “shadaqah” dalam ayat di atas bermakna umum, bisa shadaqah wajib (zakat) atau shadaqah sunnah (Ibnu Katsir, 1989 : 400). As Sayyid As Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah Juz I (1992 : 277) juga menyatakan, “shadaqah” dalam ayat di atas dapat bermakna zakat yang wajib, maupun shadaqah tathawwu’. </span><br /><br /><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-54411579412482068422009-09-11T13:15:00.001+07:002009-09-11T13:17:15.965+07:00Pengertian Zakat Dan Perbedaannya Dengan Infaq dan Shadaqah<ol style="text-align: justify; font-family: arial;"><li><b class="t">Makna Zakat</b><br />Secara Bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Seorang yang membayar zakat karena keimanannya nicaya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Allah SWT berfirman : "Pungutlah zakat dari sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.". (QS : At-Taubah : 103).<br />Sedangkan menurut terminologi syari'ah (istilah syara'), zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.<br />Sementara pengertian infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dll. Infak sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll. Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore : "Ya Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain : "Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran".<br />Adapun Shadaqoh dapat bermakna infak, zakat dan kabaikan non materi. Dalam hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershadaqoh dengan hartanya, beliau bersabda : "Setiap tasbih adalah shadaqoh, setiap takbir shadaqoh, setiap tahmid shadaqoh, setiap tahlil shadaqoh, amar ma'ruf shadaqoh, nahi munkar shadaqoh dan menyalurkan syahwatnya pada istri shadaqoh". Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran ( shiddiq ) iman seseorang.<br />Selain itu, ada istilah shadaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan bahwa sadaqah wajib dinamakan zakat, sedang sadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah.<br /><b>HIKMAH ZAKAT</b><br /><ol><li>Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan dhu'afa. </li><li>Pilar amal jama'i antara aghniya dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.</li><li>Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk</li><li>Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.</li><li>Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan</li><li>Untuk pengembangan potensi ummat</li><li>Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam</li><li>Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.</li></ol> Selain itu juga, zakat merupakan ibadah yang memiliki nilai dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan Allah SWT maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, antara lain<br /><ol><li>Menolong, membantu, membina dan membangun kaum dhuafa yang lemah papa dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut mereka akan mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT </li><li>Memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang-orang di sekitarnya berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.</li><li>Menjadi unsur penting dalam mewujudakan keseimbanagn dalam distribusi harta (sosial distribution), dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat</li><li>Dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: Ummatn Wahidan (umat yang satu), Musawah (persamaan derajat, dan dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan Takaful Ijti'ma (tanggung jawab bersama)</li><li>Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, emurnikan jiwa (menumbuhkan akhlaq mulia menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu akhirnya suasana ketenangan bathin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.</li><li>Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusian dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan ummat dan bangsa, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah</li><li>Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam masyarakat seperti itu takkan ada lagi kekhawatiran akan hidupnya kembali bahaya komunisme 9atheis) dan paham atau ajaran yang sesat dan menyesatkan. Sebab dengan dimensi dan fungsi ganda zakat, persoalan yang dihadapi kapitalisme dan sosialisme dengan sendirinya sudah terjawab. Akhirnya sesuai dengan janji Allah SWT, akan terciptalah sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa Rabbun Ghafur.</li></ol> <b>SYARAT-SYARAT WAJIB ZAKAT</b><br /><ol><li>Muslim</li><li>Aqil</li><li>Baligh</li><li>Milik Sempurna</li><li>Cukup Nisab</li><li>Cukup Haul</li></ol> </li><li><b class="t">Penyebutan Zakat dan Infaq dalam Al Qur-an dan As Sunnah</b><br /><ol type="a"><li>Zakat (QS. Al Baqarah : 43)</li><li>Shadaqah (QS. At Taubah : 104)</li><li>Nafaqah (QS. At Taubah : 35)</li><li>Haq (QS. Al An'am : 141)</li><li>Al 'Afuw (QS. Al A'raf : 199)</li></ol> </li><li><b class="t">Hukum Zakat</b><br />Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.</li><li><b class="t">Macam-macam Zakat</b><br /><ol type="a"><li>Zakat Nafs (jiwa), juga disebut zakat fitrah.</li><li>Zakat Maal (harta).</li></ol> </li></ol>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-83168992433395691222009-09-11T13:14:00.001+07:002009-09-11T13:17:15.965+07:00KEKUATAN SEDEKAH<p><span style="font-size: 100%;"><a style="font-family: arial;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOfAk7u6AL2VeprzkOG0RUrS9pc5uzOu400QDJ3__U6y9ClYQyPYUG5MFthSqlIAFek6nEVv_Y8k7WiF8PvhUkCmhMeeTaOouwlM_NC_jMg_4ch_jhleZ5egDbqaqc2fyhD_0oU3sFOJnO/s1600-h/sedekah1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 113px; height: 151px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOfAk7u6AL2VeprzkOG0RUrS9pc5uzOu400QDJ3__U6y9ClYQyPYUG5MFthSqlIAFek6nEVv_Y8k7WiF8PvhUkCmhMeeTaOouwlM_NC_jMg_4ch_jhleZ5egDbqaqc2fyhD_0oU3sFOJnO/s320/sedekah1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5333629821751520450" border="0" /></a></span></p><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Allah berfirman : </span></p> <p style="text-align: right; font-family: arial;" align="right"><span dir="rtl" style="font-size: 100%;">لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ</span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><em>“ </em></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><em><span style="">Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya “ ( Al Baqarah : 93 ) </span></em></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""><span style="font-weight: bold;">Galih Gumelar</span> - Banyak pelajaran yang bisa diambil dari ayat di atas, diantaranya adalah : </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 1 ) TEORI KEKEKALAN ENERGI </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Pada ayat di atas, Allah swt meletakkan suatu kaidah yang sangat penting sekali di dalam kehidupan manusia. Kaidah tersebut adalah “ <em>bahwa manusia ini tidak akan mendapatkan kebahagian dan keberhasilan di dalam kehidupannya baik sewaktu di dunia ini maupun di akherat nanti, kecuali jika ia mau mengorbankan apa yang dicintainya demi kehidupan manusia itu sendiri. </em>“ </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Hal itu sangat terlihat jelas pada ayat di atas. Kita dapatkan di dalamnya, bahwa Allah swt memberikan syarat bagi setiap manusia yang ingin mendapatkan kebaikan -dan tentunya keberhasilan – untuk terlebih dahulu memberikan kepada orang lain sesuatu yang dicintainya, yang kemudian kita kenal dengan istilah infak dan sedekah.</span></span><span style="font-size: 100%;"><!--[if gte vml 1]> --><!--[if !vml]--><!--[endif]--><span class="gen"> Infak dan sedekah ini benar-benar mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atau bahkan sangat dahsyat di dalam kehidupan manusia ini. Tidak ada seorang-pun di dunia yang berhasil dalam bidang apapun juga, kecuali dia telah mengorbankan apa yang dicintainya demi mencapai sebuah cita-cita yang diidam-idamkannya. Teori atau kaidah yang diletakkan Allah tersebut, pada akhir-akhir ini ternyata mendapatkan sambutan yang begitu hebat dari kalangan para </span>pakar psikologi dan orang-orang yang bergelut di dalam management dan pengolahan SDM ( Sumber Daya Manusia ) . Mereka menyebut kaidah ini dengan « Teori Kekekalan Energi « . Mereka percaya bahwa energi atau amal perbuatan baik yang dikerjakan manusia tidak hilang dari alam ini, akan tetapi berubah bentuk <a name="_ftnref2"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></span>. </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Lihat umpamanya apa yang dinyatakan oleh John F. Kennedy ( 1961 ) : “ Apabila suatu masyarakat-bebas tidak dapat membantu banyak orang yang miskin, masyarakat tersebut akan gagal menyelamatkan sedikit orang kaya “ <a name="_ftnref3"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[2]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Perkembangan tersebut semakin membuktikan akan kebenaran Al Qur’an ini dan bahwa Al Qur’an ini adalah solusi alternatif di dalam mengentas problematika-problematika kehidupan manusia. </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">( 2 ) ANTARA IMSAK DAN INFAK </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Berkata Hasan Basri : “ Sesungguhnya kalian tidak akan bisa meraih apa yang anda inginkan kecuali kalau kalian mampu meninggalkan sesuatu yang menyenangkan , dan kalian tidak akan mendapatkan apa yang kalian cita-citakan kecuali dengan bersabar dengan sesuatu yang kaliantidak senangi “ <a name="_ftnref4"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[3]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Perkataan Hasan Basri di atas telah memberikan isyarat bagi kita tentang tata cara menapak tangga-tangga prestasi. Beliau memberikan dua jalan untuk mencapai sebuah prestasi yaitu dengan : <em>Imsak</em> ( Menahan Diri dari hal-hal yang melalaikan ) dan <em>Infak</em> ( Mengorbankan/ menginfakkan apa yang dicintainya ) . </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Untuk <em>Infak</em> telah disebutkan pada ayat 9 dari Surat Ali Imran di atas. Adapun <em>Imsak</em> disebutkan Allah pada ayat lain, yaitu dalam surat Al Nazi’at, ayat : 37- 41 : <em>« <span class="gen">Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya ( </span></em>Al Nazi’at, ayat : 37- 41 <span class="gen">«)</span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><br />( 3 ) SYAREAT BANI ISRAIL DAN SYAREAT ISLAM</span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dari sisi pembinaan yang tersirat dari ayat di atas adalah : seseorang hendaknya membiasakan diri untuk meninggalkan sesuatu yang ia cintai, sekaligus untuk memberikannya kepada yang lebih membutuhkan. Selain bermanfaat bagi dirinya sendiri, karena jiwanya menjadi bersih, begitu juga bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada umat Bani Israel, jika mereka diperintahkan untuk meninggalkan sesuatu yang mereka cintai, mereka hanya meninggalkannya begitu saja, tanpa diiringi perintah untuk memberikannya kepada orang lain. Dari sini, bisa diketahui betapa lengkap dan mulianya ajaran Islam yang kita yakini ini. <a name="_ftnref5"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[4]</span></span>.</span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><br /><span class="gen">(3 ) ARTI “ AL BIRR ‘ PADA AYAT DI ATAS </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Diantara arti « <em>Al Birr</em> « yang disebutkan para ulama adalah : </span></span></p> <ol style="font-family: arial;"><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Pahala dari Allah swt . </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Syurga . <a name="_ftnref6"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[5</span></span></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Amal Sholeh , dalam suatu hadits disebutkan : <em>« Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membawa kalian kepada ( Al Birr ) - </em>yaitu amal sholeh <em>- Sedangkan Al Birr ( amal sholeh ) tersebut akan mengantarkan kalian kepada syurga . « </em></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Ketaqwaan dan Ketaatan . <a name="_ftnref7"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[6]</span></span><em> </em></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Tingkatan amal sholeh yang paling tinggi <a name="_ftnref8"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[7]</span></span></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Diantara para ulama ada yang membedakan antara ( <em>Al Birr</em>) dengan <em>( Al Khoir ) </em>, kalau <em>Al Birri</em> adalah segala sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi orang lain , sedangkan <em>Al Khoir</em> adalah seluruh kebaikan. <a name="_ftnref9"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[8]</span></span> </span></span></li></ol> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Dari situ bisa diambil kesimpulan bahwa « Al Birr « segala sesuatu yang mengantarkan seseorang kepada kebaikan dan syurga. Dengan demikian ayat tersebut bisa diartikan : « Bahwa kalian semua tidak akan mendapatkan ketenangan, ketentraman ,kebaikan, kebahagian di dunia dan akherat kecuali dengan menginfakkan apa yang kalian cintai di jalan Allah swt. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 4 ) SEDEKAH MELIPUTI SELURUH AMAL SHOLEH </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Ibnu Umar ra berpendapat bahwa sedekah / infak pada ayat di atas mencakup sedekah/ infaq wajib dan sedekah <em>tathowu’</em> ( yang tidak wajib ) .</span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Tetapi, menurut hemat saya, infak atau sedekah di atas mencakup seluruh amal sholeh yang bermanfaat bagi orang lain, seperti membantu orang yang kesusahan, dl, . Pendapat ini dikuatkan dengan apa yang disebutkan Ibnu Al Arabi di dalam Ahkam Al Qur’an ‘ bahwa sedekah di atas meliputi seluruh amal perbuatan baik , kemudian beliau mengatakan : « Inilah pendapat yang benar, karena ayat di atas bersifat umum « </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref10"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[9]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Pendapat ini dikuatkan juga dengan sebuah hadist bahwasanya Rosulullah saw bersabda : « <em>Setiap perbuatan baik yang bermanfaat bagi orang lain adalah sedekah </em>« . </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref11"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[10]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Diantara contoh- contoh sedekah yang berupa amal sholeh yang bermanfaat bagi orang lain adalah sebagai berikut :</span></span></p> <ol style="font-family: arial;"><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Bertasbih , bertakbir , bertahmid dan bertahlil – Para ulama menyebutkan bahwa amalan di atas disebut sedekah karena pahala orang yang mengerjakannya sebagaimana pahala orang yang bersedekah, atau karena amalan tersebut membuatnya bersedkah pada dirinya sendiri. <a name="_ftnref12"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[11]</span></span></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar – Setiap kali seseorang berbuat Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar ,maka dihitung satu sedekah. Amalan ini jauh lebih mulia dan lebih utama , serta pahalanya lebih banyak dibanding dengan amalan yang pertama, karena yang pertama ( tasbih dst ) hukumnya sunnah sedangkan yang kedua ( amar ma’ruf dst ) hukumnya fardhu kifayah dan kadang berubah menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana telah diketahui bahwa pahala amalan wajib jauh lebih besar dibanding dengan pahala amalan yang sunnah. Bahkan Imam Haramain , salah seorang ulama besar dari kalangan Madzhab Syafi’i mengatakan : « Pahala amalan wajib lebih utama sebanyak tujuh puluh ( 70 ) derajat diatas amalan sunnah«.<a name="_ftnref13"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[12]</span></span> Beliau merujuk pada hadist Qudsi bahwasanya Allah swt berfirman : « <em>Tidak ada dari amalan hamba-Ku yang lebih Aku cintai dari pada amalan yang Aku wajibkan kepada-nya</em> « <a name="_ftnref14"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[13]</span></span>Selain itu Amar Ma’ruf Nahi mungkar manfaatnya bisa dirasakan orang banyak sedangkan tasbih dan tahmid manfaatnya hanya dirasakan dirinya sendiri. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Menyalurkan Syahwatnya pada tempat yang halal. – Para ulama menyebutkan bahwa hal-hal yang mubah bisa berubah menjadi sebuah ibadah dan ketaatan hanya dengan niat yang baik. Jika seseorang menyalurkan syahwatnya pada tempat yang halal dan berniat melaksanakanperintah Allah untuk menggauliistrinya dengan baik, atau mengharap anak yang sholeh, atau untuk menjaga dirinya dan istrinya dari perbuatan haram, maka terhitung ibadah yang mendapatkan pahala dari Allah swt. <a name="_ftnref15"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[14]</span></span></span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Beristighfar</span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Menyingkirkan batu atau duri atau hal-hal lain yang membahayakan orang lain dari jalan. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Membantu orang yang kesusahan. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Tidak mengerjakan maksiat atau kejahatan. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Membantu orang lain mengangkat barang ke atas kuda atau mobil. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berbicara baik dan sopan. </span></span></li><li class="MsoNormal"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berjalan menuju masjid . <a name="_ftnref16"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[15]</span></span> </span></span></li></ol> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 5 ) SIKAP PARA SAHABAT DAN ORANG-ORANG SHOLEH TERHADAP AYAT DI ATAS </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Para</span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> sahabat dan orang-orang sholeh menafsirkan ayat di atas secara <em>dhohir</em>-nya ( apa adanya ) kemudian mengamalkannya.</span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref17"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[16]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> Berikut ini beberapa contoh dari sikap tersebut : </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">1/ Abu Tolhah. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Menurut Anas bin Malik ra bahwa Abu Tolhah ra adalah orang Anshor yang paling banyak memilki pohon kurma di Madinah. Harta yang paling ia sukai adalah perkebunan “ <em>Bairuha’ </em>“ <a name="_ftnref18"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[17]</span></span> yang letaknya di depan Masjid Nabawi. Nabi Muhammad saw sering masuk ke dalamnya sambil minum air yang terdapat di dalamnya. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Ketika ayat di atas turun, Abu Tolhah datang kepada Rosulullah saw seraya berkata : “ Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah perkebunan <em>“ Bairuha’</em> “ ini , dan saya sedekahkan untuk Allah, saya mengharapkan kebaikannya di sisi Allah, maka silahkan wahai Rosulllah engkau letakkan pada tempat yang engkau pandang sesuai. Berkata Rosulullah saw : “ <em>Bakhin-bakhin</em><a name="_ftnref19"></a><span><span class="MsoFootnoteReference"><strong><em>[18]</em></strong></span></span><em> ( Bagus-bagus ) … inilah harta yang membawa keuntungan, inilah harta yang membawa keuntungan, dan saya telah mendengarnya, sebaiknya engkau berikan kepada saudara-saudara kamu</em> “ . </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berkata Abu Tolhah : Akan saya laksanakan hal itu wahai Rosulullah saw . Kemudian Abu Tolhah membagikan taman tersebut kepada pra sanak saudanya. “<a name="_ftnref20"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[19]</span></span> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">2/ Zaid bin Haritsah. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Pada suatu hari, Zaid bin Haritsah ra datang kepada Rosulullah dengan kuda perangnya yang bernama <em>“ sabal</em> “ ( kuda ini adalah harta yang paling dicintai-nya ) . </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Zaid berkata : Wahai Rosulullah saw, sedekah-kanlah kuda ini . Tetapi secara tidak disangka Rosulullah saw memberikan kuda tersebut kepada anak-nya ( Zaid ) sendiri yaitu Usmah bin Zaid. Melihat hal tersebut, Zaid bertanya : “ Wahai Rosulullah saw, maksud saya, agar kuda tersebut disedekahkan . “ Bersabda Rosulullah saw : “ Sedekah kamu telah diterima ( oleh Allah swt “ </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref21"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[20]</span></span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">3/ Abdullah bin Umar</span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berkata Abdullah bin Umar : “ Ketika saya teringat ayat ini, saya berpikir tentang harta yang paling saya cintai dan ternyata saya dapatkan bahwa tidak ada yang paling saya cintai dari seorang budak wanita Romawi, kemudian segera saya bebaskan demi mencari ridha Allah, seandainya aku ambil lagi sesuatu yang telah saya infakkan di jalan Allah,tentunya budak tersebut akan aku nikahi. “ <a name="_ftnref22"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[21]</span></span> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">(6 ) SEDEKAH YANG PALING UTAMA </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Sedekah yang paling utama adalah menginfakkan harta yang paling dicintainya di jalan Allah, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat di atas. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berkata ‘Atho’ ( seorang ulama tabi’in ) : “ Kalian tidak akan mendapatkan kemulian Islam dan Taqwa sehingga kalian bersedekah dalam keadaan sehat , ingin hidup secara baik dan takut tertimpa kemiskinan “ <a name="_ftnref23"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[22]</span></span> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Perkataan Atho’ diatas menunjukkan bahwa fitrah manusia mencintai hal-hal yang membuatnya enak </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 7) HUKUM ORANG MISKIN YANG TIDAK PERNAH BERINFAK </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Timbul sebuah pertanyaan : Bagaimana nasib orang miskin yang tidak mampu berinfak , apakah dia tidak akan menjadi orang baik selama-lamanya menurut ayat ini ? Di sana ada beberapa jawaban : </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">1/ Ayat di atas bermaksud untuk mendorong seseorang agar berbuat baik dan itupun menurut kemampuannya masing-masing ,karena Allah tidak akan membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">2/Ataupun arti ayat di atas bahwa seseorang tidak akan mendapatkan kebaikan secara lebih sempurna kecuali kalau dia meng-infakkan apa yang dimilikinya. </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref24"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[23]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> Oleh karena itu, seorang yang miskin atau fakir tidak akan mendapatkan kebaikan yang sempurna tersebut sehingga dia menginfakkan apa yang ia cintai. Bukankah sedekah yang paling utama adalah sedekahnya orang yang hidupnya kekurangan ? </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref25"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[24]</span></span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">3/ Ataupun artinya bahwa infak yang baik adalah infak terhadap apa yang ia cintai. </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref26"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[25]</span></span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 8 ) PERBANDINGAN ANTARA ORANG YANG MISKIN SABAR DENGAN ORANG KAYA YANG BERSYUKUR </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Para</span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> ulama berselisih pendapat tentang masalah ini. Akan tetapi jika dibandingkan antara seorang miskin yang taat dengan orang kaya yang maksiat tentunya, orang miskin terssebut jauh lebih utama, sebaliknya pula antara orang kaya yang taat dengan orang miskin yang senang dengan dunia,tentaunya orang kaya tersebut jauh lebih utama. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Jika kedua-duanya sama-sama taat kepada Allah swt, maka manakah yang lebih mulia. Untuk menjawabnya, kita harus terlebih dahulu mengetahui standar keutamaan antara keduanya. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepada Allah swt. Di dalam beribadah ini banyak segala gangguan dan halangannya, diantara gangguan yang paling menyolok adalah terikatnya hati dengan dunia dengan segala kesenangannya. Begitu juga kemiskinan bukanlah tujuan utama, hanya karena gangguan dan halangan menuju Allah jauh lebih kecil jika dibanding dengan orang yang memiliki dunia. </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref27"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[26]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">( 9 ) HUKUM SEDEKAH KEPADA SANAK KELUARGA</span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Sedekah dibagi menjadi dua : sedekah t<em>athowu</em>’ ( yang tidak wajib ) dan sedekah wajib . Untuk sedekah tathowu’, para ulama menyimpulkan dari kisah Abu Tolhah dan Zaid bin Haritsah di atas, bahwa seseorang dibolehkan, bahkan dianjurkan untuk bersedekah kepada sanak saudara yang membutuhkan<a name="_ftnref28"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[27]</span></span>. Sedekah kepada sanak saudara ini , paling tidak mempunyai dua keistimawaan : </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">1/ Sedekah tersebut bisa menguatkan jalinan silaturahmi diantara keluarga. Karena manusia akan merasa senang jika ada seseorang yang membantunya untuk di dalam memnuhi kebutuhannya, apalagi yang membantu tersebut adalah dkeluarga dekatnya. Dia akan merasa bangga mempunyai keluarga yang mau memperhatikan satu dengan yang lainnya. Jelas hal ini akan menguatkan hubungan antar keluarga.</span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">2/ Begitu juga, perasaan orang yang menginfakkan akan lebih tenang dan merasa senang, karena dia mampu membantu saudaranya yang membutuhkan. Dia juga merasa tenang karena sedekahnya telah diterima oleh orang yang berhak menerimanya. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dua wanita yaitu Zainab istri Abdullah bin Mas’ud dan Zainab istri Abu Mas’ud bertanya kepada Rosulullah saw tentang sedekah kepada suami dan anak . Rosulullah saw bersabda : <em>“ Keduanya mempunyai dua pahala ; pahala menjalin silatrahmi, dan pahala sedekah “</em> <a name="_ftnref29"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[28]</span></span> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Adapun sedekah wajib</span></span><span style="font-size: 100%;">, para ulama telah sepakat bahwa hal itu tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi tanggungannya, seperti anak dan istri. </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Kenapa tidak boleh ? Banyak alasannya, diantaranya adalah : 1/ Dengan mengambil sedekah wajib dari orang yang menanggungnya , mereka ( anak dan istri ) menjadi orang yang berkecukupan, dengan demikian, tidaklah perlu mereka diberi nafakah lagi . </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">2/ Mereka ( anak dan istri ) sudah cukup dengan nafakah yang diberikan suami atau orang tua mereka, sehingga tidak berhak lagi mendapatkan harta sedekah, karena harta sedekah ( wajib ) hanya diberikan kepada orag-orang yang membutuhkan. <a name="_ftnref30"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[29]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Jika ada pertanyaan : bagaimana hukum seorang istri memberikan sedekah wajib kepada suami dan anak ? </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Jawabannya : bahwa para ulama dalam hal ini masih berselisih pendapat , akan tetapi pendapat yang lebih mendekati kebenaran bahwa hal itu dibolehkan, karena seorang istri tidak berkewajiban memberikan nafkah kepada suami dan anaknya <a name="_ftnref31"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[30]</span></span> , selain itu dikuatkan juga dengan hadits Zaenab istri Abdullah bin Mas’ud di atas. </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dari situ juga bisa diambil kesimpulan bahwa seorang istri jika ingin meninfakkan hartanya tidak perlu ijin kepada suaminya, karena hartanya merupakan haknya pribadi. <a name="_ftnref32"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[31]</span></span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Hadist di atas juga menunjukkan bahwa seseorang sebelum bersedekah dianjurkan untuk meminta pendapat para ulama dan tokoh masyarakat tentang bagaimana menaruh sedekah dan yang terkait dengannya. <a name="_ftnref33"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[32]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">(10 ) BERINFAK SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Secara umum, bersedekah secara sembunyi-sembunyi jauh lebih utama jika dibanding dengan sedekah secara terang-terangan, kecuali jika disana ada maslahat yang menuntut seseorang untuk memperlihatkan sedekahnya kepada orang lain, seperti memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan lain-lainnya. Karena sedekah secara sembunyi-sembunyi lebih dekat kepada keikhlasan . </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Pada akhir ayat 92 surat Ali Imran di atas , secara tidak langsung Allah menganjurkan seseorang untuk mengikhlaskan niatnya ketika bersedekah. Allah berfirman : “ <span class="gen"><em>Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya “ </em>yaitu walaupun manusia tidak mengetahui bahwa kalian telah bersedekah, akan tetapi Allah mengetahuinya, maka jangan cemas, niscaya Allah akan membalas apa yang telah kalian sedekahkan . </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Sebagian ulama menjelaskan bahwa jika itu sedekah wajib, sebaiknya dinampakkan, untuk menghindari tuduhan jelek. Tetapi jika itu adalah sedekah tathowu’ ( tidak wajib ) , maka sebaiknya diberikan secara sembunyi- sembunyi. </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style="">Berkata Ibnu Abbas : “ Allah menjadikan pahala sedekah t<em>athowu’ </em>( yang tidak wajib ) yang diberikan secara sembunyi-sembunyi sebanyak 70 kali lipat , dan menjadikan pahala sedekah wajib yang diberikan secara terang-terangan sebanyak 25 kali lipat dibandingyangdiberikan secar sembunyi-sembunyi. Begitu juga halnya dengan seluruh ibadat wajib dan yang tidak wajib . “ </span></span><span style="font-size: 100%;"><a name="_ftnref34"></a></span><span style="font-size: 100%;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="">[33]</span></span></span><span class="gen" style="font-size: 100%;"><span style=""> </span></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">( 11 ) SEDEKAH MAMPU MENGOBATI BERBAGAI PENYAKIT<strong> </strong></span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Diantara faedah dari sedekah adalah menyembuhkan penyakit, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits, bahwasanya Rosulullah saw bersabda :<br /></span><span dir="rtl" style="font-size: 100%;">داووا مرضاكم بالصدقة</span><span style="font-size: 100%;"> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">“ Obatilah orang –orang yang sakit dari kalian dengan memberikan sedekah “ <a name="_ftnref35"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[34]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Penyakit yang dimaksud di dalam hadist tersebut adalah penyakit badan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan hadist tersebut mencakup penyakit badan dan penyakit hati. Karena seseorang yang selalu bersedekah dengan harta yang dicintainya, hatinya akan menjadi bersih dan tenang. Banyak bukti di dalam kehidupan disekitar kita yang menunjukkan kebenaran hadist di atas : </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">1/ Diriwayatkan dari Abdullah bin Mubarak bahwa seseorang mengadu kepadanya tentang penyakit yang ia rasakan di kedua lutut kakinya, sudah tujuh tahun dia berobat ke dokter-dokter, akan tetapi tidak ada perubahan. Abdullah bin Mubarak berkata kepadanya : “ Pergilah dan buatlah sebuah sumur, karena masyarakat sangat membutuhkannya, dan saya berharap sumur trsebut banyak airnya dan penyakit anda bisa sembuh.” Kemudian orang tersebut mengikuti perintah Abdullah bin Mubarak, dan tidak lama pula, akhirnya penyakitnya sembuh. <a name="_ftnref36"></a><span><span class="MsoFootnoteReference">[35]</span></span> </span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">2/Prof Dr H Biran punya pengalaman. Ia mempunyai seorang pasien yang kaya raya. Keluhannya selalu merasa gelisah dan sakit perut. Sudah diperiksa secara medis, namun tidak ada kelainan. Akhirnya pada suatu waktu ketika sang pasien itu datang berkonsultasi lagi, Dr Biran bertanya: “Maaf pak, berapa kali bapak bersedekah dalam setiap minggu?” Mendapat pertanyaan yang tidak lajim ini sang pasien merasa bingung dan menjawab: “Kekayaan, saya peroleh dengan kerja keras dan susah payah. Kalau saya berikan pada orang lain, harta saya jelas akan berkurang. Dan kalau saya berikan pada satu orang, pasti peminta yang lain datang lagi.’</span></p> <p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Setelah Dr Biran memberikan ” tausiah ” singkatnya mengenai fadhilah sedekah maka ia berkata: “Untuk kali ini saya tidak memberi resep, tapi coba bapak ikuti nasehat saya tadi.” Karena ingin sembuh, maka walaupun dengan hati berat karena belum terbiasa, si pasien itu mencoba mengikuti advis sang dokter. Aneh tapi nyata. Setiap selesai ia mengeluarkan sedekah, ada perasaan lega dan tenteram dalam hatinya. Pelan-pelan tapi pasti, maka bukan setiap minggu tapi setiap hari dia bersedekah. Sejalan dengan kebiasaan barunya itu, maka keluhannya kian berkurang akhirnya lenyap sama sekali . </span></p> <span style="font-size: 100%;">3/Dua orang anak Rudi Hartono, maestreo bulu tangkis dunia, menderita lumpuh. Sudah berulang-ulang membawanya berobat kepada para medis kenamaan di Jakarta, namun tidak kunjung sembuh. Atas advis seorang ahli agama, Juara All England delapan kali ini, dianjurkan untuk sering menderma atau membantu para fakir miskin dan mereka yang memerlukan. Saran ini ia turuti. Sejak saat itu setiap bulan ia menyumbang dua setengah juta rupiah. Diluar dugaan, kedua anaknya sembuh total.</span><br /><span class="fullpost"><br /><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-45339987937331129572009-09-11T13:08:00.000+07:002009-09-11T13:10:29.075+07:00Dasyatnya Sedekah Di Bulan Ramdahan<div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg79Vk4xYiQqGdBEr4TN5P-czC7gcmHpreyNyUqXPrHSAQ_7uNHxV-Xz5_QD9G5DvdJAqHH7MNdFfVUdfVKybSHDJ0f5w7OfNKQMWb4i3kWWYXq05Kqu4WUobYrSej0FysyP6cWxcFYUQ-Z/s1600-h/1_853528317l.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg79Vk4xYiQqGdBEr4TN5P-czC7gcmHpreyNyUqXPrHSAQ_7uNHxV-Xz5_QD9G5DvdJAqHH7MNdFfVUdfVKybSHDJ0f5w7OfNKQMWb4i3kWWYXq05Kqu4WUobYrSej0FysyP6cWxcFYUQ-Z/s320/1_853528317l.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5375394457714697170" border="0" /></a></span><span style="font-weight: bold; font-size: 100%;">Galih Gumelar</span><span style="font-size: 100%;"> - Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.</span> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><br /><strong>Mukmin Sejati Itu Dermawan</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;">إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها</p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.”</em> (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam <em>Shahihul Jami’</em>, 1744)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;">اليد العليا خير من اليد السفلى واليد العليا هي المنفقة واليد السفلى هي السائلة</p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.”</em> (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan <em>tafaqquh fiddin</em>, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">إنَّما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلماً فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه، ويعلم لله فيه حقاً فهذا بأفضل المنازل</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.”</em> (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>Keutamaan Bersedekah</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar <a title="sedekah di bulan ramadhan" href="http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/dahsyatnya-sedekah-di-bulan-ramadhan.html" target="_blank">bersedekah</a>. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul <em>Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah</em>, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Diantara keutamaan bersedekah antara lain:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>1. Sedekah dapat menghapus dosa</strong>.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.”</em> (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”</em> (QS. Al A’raf: 99)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">رجل تصدق بصدقة فأخفاها، حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.”</em> (HR. Bukhari no. 1421)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.”</em> (HR. Muslim, no. 2588)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam <em>Syarh Shahih Muslim</em>, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Allah Ta’ala berfirman:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”</em> (Qs. Al Hadid: 18)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”</em> (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">والصدقة برهان</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sedekah adalah bukti.”</em> (HR. Muslim no.223)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;">إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور</p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.”</em> (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">يا معشر التجار ! إن الشيطان والإثم يحضران البيع . فشوبوا بيعكم بالصدقة</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.”</em> (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">مثل البخيل والمنفق ، كمثل رجلين ، عليهما جبتان من حديد ، من ثديهما إلى تراقيهما ، فأما المنفق : فلا ينفق إلا سبغت ، أو وفرت على جلده ، حتى تخفي بنانه ، وتعفو أثره . وأما البخيل : فلا يريد أن ينفق شيئا إلا لزقت كل حلقة مكانها ، فهو يوسعها ولا تتسع</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.”</em> (HR. Bukhari no. 1443)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Rasul kita <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas <em>radhiallahu’anhuma</em>:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.”</em> (HR. Bukhari, no.6)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik <em>radhiallahu’anhu</em>:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.”</em> (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam <em>Fathul Baari</em>.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Salah satu sebab Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف قال عز و جل : إلا الصيام فإنه لي و أنا الذي أجزي به</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’”</em> (HR. Muslim no.1151)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.”</em> (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">إن في الجنة غرفا يرى ظاهرها من باطنها وباطنها من ظاهرها أعدها الله لمن ألان الكلام وأطعم الطعام وتابع الصيام وصلى بالليل والناس نيام</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.”</em> (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di <em>Al Majruhin</em> 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di <em>Hidayatur Ruwah</em>, 2/47, dihasankan Al Albani di <em>Shahih At Targhib</em>, 946)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> bersabda:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.”</em> (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفطر على رطبات قبل أن يصلي فإن لم تكن رطبات فعلى تمرات فإن لم تكن حسا حسوات من ماء</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.”</em> (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><strong>3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.</strong></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.”</em> (Qs. Al A’raf: 16)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ، وغلقت أبواب النار ، وصفدت الشياطين</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”</em> (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤمن ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”</em></span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam <em>At Targhib</em> (178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam <em>Targhib Wat Tarhib</em> (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di <em>Sunan Al Hakim</em> (3/400), bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam <em>Silsilah Adh Dhaifah</em> (871).</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;">Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;">إن الله كتب الحسنات والسيئات ثم بين ذلك فمن هم بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة فإن هو هم بها فعملها كتبها الله له عنده عشر حسنات إلى سبع مائة ضعف إلى أضعاف كثيرة</p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"><em>“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.”</em> (HR. Muslim no.1955)</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size: 100%;"> Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi. </span></div><br /><span class="fullpost"><br /><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-13905928859152589822009-09-11T12:52:00.001+07:002009-09-11T12:54:47.078+07:00Cara Melaksakan Shalat Hajat<p class="MsoNormal" face="arial" style="margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;"><b> Shalat Sunnah Hajat.</b></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;"> <span style="font-size:85%;"> <span style="font-weight: bold;">Galih Gumelar </span>- Shalat Hajat adalah shalat sunah yang dilakukan karena ada suatu hajat / keperluan, baik keperluan duniawi atau keperluan ukhrawi. Agar hajat dikabulkan Allah, banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah berdoa dan shalat.Shalat Hajat merupakan cara yang lebih spesifik untuk memohon kepada Allah agar dikabulkan segala hajat, karena arti shalat secara bahasa adalah doa.Firman Allah:"Dan mintalah pertolonganlah (kepada Allah) dengan sabar dan shalat" ( Al Baqarah : 45 ).</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;"><b> Cara Melaksakan Shalat Hajat :</b><span style="font-size:85%;"> </span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: 18pt; margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;font-family:arial;"> <span style="font-size:85%;">Shalat hajat tidak mempunyai waktu tertentu, asal pada waktu yang tidak dilarang, misalnya setelah shalat Ashar atau setelah shalat Shubuh.Shalat hajat dilaksanakan dengan Munfarid (tidak berjamaah) minimal dua rokaat dan maksimal duabelas rakaat.Jika dilaksanakan pada malam hari maka setiap dua rakaat sekali salam dan jika dilaksanakan pada siang hari maka boleh empat rakaat dengan sekali salam dan seterusnya.Sabda Nabi saw:"Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat (Shalat Hajat) dan sempurna rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat" ( HR.Ahmad ). </span> </p><ul style="color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;font-family:arial;"><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 15px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Niat shalat Hajat didalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"> <span style="font-size:85%;"> </span></span><span style="font-size:85%;">> "Aku niat shalat sunah hajat karena Allah"</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Membaca doa Iftitah</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Membaca surat al Fatihah</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px;"> <span style="font-size:85%;">> Membaca salah satu surat didalam al quran.Afadhalnya, rokaat pertama membaca surat al Ikhlas dan rakaat kedua membaca ayat kursi (surat al Baqarah:255).</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Ruku' sambil membaca Tasbih tiga kali</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> I'tidal sambil membaca bacaannya</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Sujud yang pertama sambil membaca Tasbih tiga kali</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya.</span> </p></li><li> <p class="MsoNormal" style="margin: 6px 11px 6px 15px; text-indent: -18pt;"> <span style="font-size:85%;">> Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali.</span> </p></li></ul><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: -18pt; margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;font-family:arial;"> <span style="font-size:85%;">></span><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"><span style="font-size:85%;"> </span></span><span style="font-size:85%;">Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali.Jika dilaksakan empat rakaat dengan satu salam maka setelah dua rakaat langsung berdiri tanpa memakai Tasyahhud awal, kemudian lanjutkan rokaat ke tiga dan ke empat, lalu Tasyhhud akhir setelah selesai membaca salam dua kali.</span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> </div><p class="MsoNormal" style="text-indent: -18pt; margin-left: 15px; margin-right: 11px; color: rgb(0, 0, 0); text-align: justify; font-family: arial;font-family:arial;"> <span style="font-size:85%;">></span><span style="font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal;"><span style="font-size:85%;"> </span></span><span style="font-size:85%;">Setelah selesai shalat Hajat bacalah zikir yang mudah dan berdoa sampaikan hajat yang kita inginkan kemudian mohon petunjuk kepada Allah agar tecapai segala hajatnya. </span></p><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><br /><br /><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-19521362491170598412009-09-11T12:43:00.003+07:002009-09-11T12:54:47.078+07:00Keajaiban Shalat Hajat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcGAgQrlOiDGUeNVG5oJKnBnYJox-RnBp7WRDCXnTlo8vLT1H3mhw3P9zpbo24NuY7jlTgUlAK4H_3so7t0uWWXu3WXSJnvhtQNkIy4dGcYSm0g53_suYb3FFALxDyXbMlrsSOK3xJUXU/s1600-h/shalat.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcGAgQrlOiDGUeNVG5oJKnBnYJox-RnBp7WRDCXnTlo8vLT1H3mhw3P9zpbo24NuY7jlTgUlAK4H_3so7t0uWWXu3WXSJnvhtQNkIy4dGcYSm0g53_suYb3FFALxDyXbMlrsSOK3xJUXU/s200/shalat.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5380082905844172098" border="0" /></a><div style="text-align: justify; font-family: arial;"> Galih Gumelar - “Barangsiapa yang memunyai kebutuhan hajat kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu adam,maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian <span class="tags"><span>shalat</span></span> dua rakaat (shalat <span class="tags"><span>hajat</span></span>), lalu memuji <span class="tags"><span>kepada</span></span> Allah, mengucapkan salawat kepada Nabi saw Setelah itu, mengucapkan “Laa illah illallohul haliimul kariimu, subhaana.... <strong>(HR Tirmidzi <span class="tags"><span>dan</span></span> Ibnu Majah)</strong><br /><strong></strong><br />Diriwayatkan <span class="tags"><span>dari</span></span> Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat), setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” <strong>(HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)</strong><br /><br />“Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).” <strong>(HR Tirmidzi)</strong><br /><br />Setiap manusia memiliki kebutuhan dan <span class="tags"><span>keinginan</span></span>, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya.<br /><br />Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman, “Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” <strong>(QS Al-Baqarah <2>: 45)</strong><br />Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.<br /><br />Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim. Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa.<br />Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada bukuini. Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya.<br /><br />Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari. Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.<br /><br /><br /></div>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-70837783910866154442009-09-03T17:48:00.001+07:002009-09-10T17:44:54.527+07:00Kegelisahan<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Resah dan gelisah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap orang, siapapun ia, pernah diserang gelisah. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa resah dan gelisah yang berkelanjutan sangat berbahaya. Orang yang gelisah akan diserang oleh rasa tidak percaya diri. Kecemasan dan kegelisahan memang dapat melanda siapa saja dari anak kecil sampai orang dewasa, baik rakyat biasa maupun sampai pemuka. Yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kecil kita ''Kok orang beriman dapat mengalami kegelisahan? Orang beriman harus bisa mengendalikan dari berbagai macam perasaan takut berlebihan, apakah perasaan takut miskin, mati, tak mendapat jodoh, apakah takut sebentar lagi akan datang masa pensiunnya, yang dulu tanda tangannya berlaku dan berpengaruh setelah itu tidak lagi, dan berbagai jenis ketakutan yang tidak pada tempatnya.</span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Di sini kita jawab bahwa iman adalah suatu terminotif yang dipakai dalam Islam. Istilah psikologi iman itu dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mampu mengintegrasikan pribadi seseorang sehingga ia tumbuh jadi manusia ''dewasa'' dan ''sehat'' nah itulah aqidah Islam sumber keimanan. Akan halnya kaitan dengan keimanan, bukan berarti orang yang beriman tidak merasakan kegelisahan, tapi (orang beriman itu) harus mampu mengatasi dan mengelola kegelisahan menjadi sesuatu yang positif. Seseorang sebelum menghadapi pensiun 10 tahun sebelumnya ia sudah membuat rencana, misalnya berwiraswasta, sehingga apabila datang masa pensiun ia mampu mengelola segala problemanya, bahkan tetap sukses. Orang yang benar-benar keimanannya kepada Allah segalanya mengarahkan kehidupannya sehari-hari kepada Allah seperti firman Allah swt ''Yang beriman dan tenteram hatinya lantaran ingat kepada Allah, ketahuilah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (QS 13:28).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Mari kita mempelajari Islam dari sumber aslinya yaitu Alquran dan Sunah dengan sasaran marifah (mengenal) Allah, Islam, dan Rasul. Memperkuat hubungan dengan Allah caranya, memperbanyak ibadah dan zikir. Setelah memperkukuh iman, jauhkan maksiat, hadapi segala masalah yang datang sebagai objek, jangan libatkan diri dalam masalah sehingga kita terlarut dalam persoalan dan merasa tak mampu mengatasi masalah. Sadarilah bahwa setiap masalah yang datang dapat kita hadapi, tentu saja dengan izin Allah seperti firmannya: ''Allah tidak akan membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya....'' (QS 2:286). Mari kita cari yang mengakibatkan munculnya kegelisahan, apakah sebab internal atau sebab eksternal. Jika sebab internal yang menjadi pangkal tentu kita harus memperbaiki diri, jika sebab eksternal kita harus berusaha menyesuaikan persoalan tersebut, kita harus mengidentifikasikan penyebab masalah. Yang kedua mengidentifikasikan kemampuan yang ada pada kita untuk mengatasi masalah tersebut dan terakkhir mencari bantuan untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi penghambat selesainya suatu masalah. Lantas bagaimana masalah yang benar-benar tidak diatasi lagi? Tidak ada cara lain kecuali menerima keadaan yang sifatnya sabar dan tawakal kepada Allah!</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-84254464025892761902009-09-03T17:01:00.001+07:002009-09-10T21:12:19.767+07:00Anak Kita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqsPzyh2Yegk78U7cmhlMrSDkmFmeP9b2xNCnkT7u38FlPgINNtN5LCBOXyXfx342t8B1iGYiYnNOSUiVaWhYsPF6Kji4C5q8hihFHdFayyc0hYAey_llesTKZp_DANgwW6uVp-qvldCQ/s1600-h/anak-perjuangan.jpg"><img style="text-align: justify;float: left; margin-top: 0px; margin-right: 10px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; cursor: pointer; width: 320px; height: 230px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqsPzyh2Yegk78U7cmhlMrSDkmFmeP9b2xNCnkT7u38FlPgINNtN5LCBOXyXfx342t8B1iGYiYnNOSUiVaWhYsPF6Kji4C5q8hihFHdFayyc0hYAey_llesTKZp_DANgwW6uVp-qvldCQ/s320/anak-perjuangan.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377179436119048514" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar </span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">- Fitrah dan naluri semua orangtua adalah mencintai dan menyayangi anak-anaknya, tak terkecuali anak kita itu hitam kulitnya, kuning langsat, kurus, ataupun gemuk. Dalam pikiran orangtua hanya terbetik kata ''alhamdulillah'' anak kita sehat.</span></span></span></div></span><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style=" line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:100%;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Islam pun selalu menitikberatkan pada pemeliharaan anak. Dan dari saking pentingnya kedudukan anak bagi seseorang, sehingga mereka mendapatkan berbagai julukan yang indah-indah, semisal 'penghibur hati'. Hanya saja sebagai orangtua, kita tidak hanya selalu dituntut untuk membesarkan anak kita itu, namun lengah dengan berbagai bekal pendidikan untuk mereka, pendidikan yang dimaksud, bisa saja dengan 'doa'. Allah sendiri berfirman: ''Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku penuhi (QS al-Mu'min: 60).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sebagai orangtua, kewajiban kita selalu tidak putus-putusnya mendoakan mereka, ''Rabbanaa hab lanaa min azwaajinaa wa min dzurriyyatinaa qurrata a'yun wa ij'alnaa lil muttaqiena imaama.'' Ya Allah, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan (anak) kami sebagai biji mata (kami), dan jadikanlah kami pemuka bagi orang-orang yang bertaqwa.'' (QS al-Furqan: 74). Firman Allah di atas jelas akan berdampak positif bagi anak-anak kita, istri dan keturunan kita kelak. Timbal baliknya, tanpa disuruh anak kita akan membalas doa juga pada kita. Ketika anak kita duduk di bangku TK sudah dengan fasihnya melantunkan doa: ''Rabbirhamhumaa kamaa rabbayaani shaghiira.'' Tuhanku, kasihanilah keduanya (ayah dan ibu) sebagaimana kasih mereka mendidikku sewaktu kecil.'' (QS al-Isra': 20).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam terminologi bahasa, anak, sebagai penerus generasi, merealisasikan cita-cita orangtua dan pendidiknya. Seorang anak yang bahkan dahulunya sangat rentan, akhirnya membangun keluarga, beranak cucu, memberikan pendidikan baru, melahirkan keluarga sakinah. Dan inilah tujuan utama dari perpaduan antara suami istri yang dilandasi keteguhan iman dan ditopang oleh asas Qurani dan Sunnah Nabi saw.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Tapi jangan terlupakan, tugas kita sebagai orangtua bukan hanya membesarkan anak kita terlihat sehat badan, melainkan yang lebih penting perhatian kita juga pada masalah kesehatan batinnya. Sehubungan dengan itu, Islam dengan tegas menghendaki setiap orangtua melaksanakan kewajiban yang menjadi hak bagi setiap anak. Di antaranya ialah: pertama, pembimbing keterampilan beribadah. Keterampilan ini penting artinya, agar kelak mereka dapat memenuhi tujuan hidupnya untuk menghambakan diri semata kepada Allah. Nabi bersabda, ''Apabila anak sudah dapat membedakan antara tangan kanan dan tangan kirinya, maka suruhlah dia mengerjakan salat.'' (HR. Abu Daud).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Kedua, kemampuan sosial. Keterampilan ini memang sangat luas untuk kita berikan, hanya saja kita berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada mereka. Perhatian semacam ini akan menumbuhkan karakter serta kemampuan dasar anak menyayangi dan memperhatikan orang lain di lingkungan masyarakatnya kelak. Nabi bersabda, ''Barang siapa tidak mengasihi, tidak akan dikasihi.'' (HR.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Bukhori-Muslim). Ketiga, keterampilan belajar. Allah telah menjelaskan, bahwa anak dilahirkan dalam keadaan tak tahu apa-apa (al-Nahl): 78). Oleh karenanya, Nabi saw menegaskan, ''Kewajiban orangtua atas anaknya, ialah membaguskan namanya dan budi pekertinya, mengajari menulis, berenang, dan memanah, dan tidak memberinya rezeki kecuali yang baik, dan mengawinkannya apabila ia telah berkehendak.'' (HR. Hakim). Apabila kita mampu memberikan ketiga keterampilan di atas, secara logika kita telah terbebas dari pertanggungjawaban amanah dari Allah ini. Semoga kita dapat melakukannya. Amien.</span></div></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-32692498960574769792009-09-03T16:49:00.001+07:002009-09-03T16:51:44.994+07:00Merasa Berdosa<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicNE0ytUfKFTieSsTLh5HfCOEwEmiDYcyu6E3JnShjdDzj1EmoySl7EdQc2_eA5pRD3SeuU6HzfAerbgDItlGIE6fZly0tZyyJ4QhwY-pCYn0S0zcsossNSpckbIY0QkjpBARS0rZ4PUo/s1600-h/duduk+di+anatara+jamaah.jpg"><img style="text-align: justify;float: left; margin-top: 0px; margin-right: 10px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; cursor: pointer; width: 320px; height: 230px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicNE0ytUfKFTieSsTLh5HfCOEwEmiDYcyu6E3JnShjdDzj1EmoySl7EdQc2_eA5pRD3SeuU6HzfAerbgDItlGIE6fZly0tZyyJ4QhwY-pCYn0S0zcsossNSpckbIY0QkjpBARS0rZ4PUo/s320/duduk+di+anatara+jamaah.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377176582447498274" /></a><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar -</span></span></b><em style="color: rgb(153, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> Kastrotul masaas yufqidul ihsaas</span></span></em><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">, Ini adalah pepatah Arab yang artinya adalah sesuatu kalau sering disentuh akan berkurang rasanya. Pada sentuhan pertama kita akan merasakan rasanya sangat kuat tetapi pada sentuhan kedua, ketiga, dan seterusnya, rasa itu akan terus berkurang. Pertama kali manusia menembus angkasa dan mendarat di bulan, beritanya begitu menggemparkan. Tetapi, ketika ekspedisi kedua, ketiga, dan seterusnya gaung beritanya mulai berkurang.</span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style=" line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;font-size:100%;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px;"><br /></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: arial; ">Begitu juga dengan diri kita terhadap dosa. Pertama kali berbuat dosa, diri yang fitri akan bergetar takut. Rasa takut ini akan berkurang apabila dosa yang sama diulang kedua kalinya. Dan, akan terus berkurang pada pengulangan ketiga, keempat, sampai akhirnya pekerjaan dosa itu menjadi biasa, menjadi adat dan kebiasaan.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Imam Hasan Al Bashri berkata, ''Yang aku takutkan adalah apabila hati kita telah terbiasa dengan dosa-dosa. Hati adalah bagian yang sangat peka dalam diri manusia, tetapi kepekaan ini akan hilang dengan dosa yang berulang-ulang.''</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan jelas Rasulullah saw juga telah menggambarkan hilangnya kepekaan hati. Hati itu, kata Rasulullah saw, pada awalnya ibarat kain putih tanpa noda. Bila seseorang melakukan dosa maka akan ada titik hitam pada hati itu. Jika dia bertobat, maka titik hitam itu akan dihapus dan hatinya kembali putih. Tapi, bila tidak dan dia kembali mengulang berbuat dosa maka titik hitam itu ditambah lagi sampai akhirnya hatinya menjadi hitam legam. Hati seperti ini tidak lagi peduli dengan kemungkaran dan tidak lagi mengenal kebajikan. Inilah hati yang disebut Alquran sebagai al Qulub al Qosiyah, yang lebih keras dari batu sekalipun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Secara lebih jelas dapat dirinci fase-fase hati menjadi qosiyah (keras membatu) sebagaimana dijelaskan Alquran. Pertama, dimulai dengan lupa dzikir kepada Allah karena dikuasai setan: ''Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah,'' (QS 58:19). Kedua, karena lupa kepada Allah maka Allah lupakan mereka kepada diri mereka sendiri: ''Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri,'' (QS.59:19). Ketiga, kemudian setan akan menjadi teman paling dekatnya: ''Barang siapa yang berpaling dari dzikrullah maka akan Aku jadikan setan sebagai teman yang selalu menyertainya,'' (QS.43:36).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Keempat, setan ini akan menghiasi semua perbuatan mungkar yang dilakukan sehingga nampak baik dan benar baginya: ''... Dan setan pun menghiasi bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka,'' (QS.29:38). Kelima, karena itu semua maka hati mereka mengeras bagai batu bahkan lebih keras daripada batu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi yang lebih berbahaya dari hilangnya kepekaan hati terhadap dosa adalah hilangnya kepekaan atas azab Allah. Sering orang tak tahu bahwa ia sedang diazab Allah karena dosanya. Azab ini bisa berbentuk musibah, bencana, krisis, dan sebagainya, tetapi juga bisa berbentuk kenikmatan duniawi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia; font-size: 16px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Ibnu Qoyim berkata, ''Ketahuilah sebesar-besar cobaan adalah kegembiraan karena berhasil berbuat dosa dan sebesar-besar azab adalah ketika manusia tidak merasa sedang diazab.'</span></span><strong><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">'</span></span></strong></span></div></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-70951820257401964792009-09-03T16:47:00.002+07:002009-09-10T21:31:02.182+07:00Kekayaan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCJ0p8Cci0dKYQH2l-YN5pB-bQcb5chsQ_WbEfu9f1CHkkLk0RSLBEbMiU0jCKB84GzCpvjDrk2V8p22LopQrl7S1ZSBvUnwqe0OSOKH9MvfTL5BwXUxGo2oHfBgnmPh7wHHBei598KUI/s1600-h/uang+berdoa.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 239px; height: 171px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCJ0p8Cci0dKYQH2l-YN5pB-bQcb5chsQ_WbEfu9f1CHkkLk0RSLBEbMiU0jCKB84GzCpvjDrk2V8p22LopQrl7S1ZSBvUnwqe0OSOKH9MvfTL5BwXUxGo2oHfBgnmPh7wHHBei598KUI/s200/uang+berdoa.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5379846040768576978" border="0" /></a><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Suatu hari, Nabi Muhammad saw ditanya oleh seorang sahabat tentang harta kekayaan. Beliau menjelaskan, ''Barangsiapa menumpuk harta melebihi kebutuhannya berarti dia telah mengambil kematiannya sendiri tanpa disadari.'' Hadis Rasulullah di atas mengingatkan agar kita selalu hati-hati terhadap harta yang kita miliki. Islam memang menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak harta kekayaan, namun dengan syarat harus digunakan untuk jalan yang benar dan baik. Misalnya untuk kesejahteraan keluarga, untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan, dan seterusnya.</span></span></span></div><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Khalid Muhammad Khalid, dalam bukunya Ahlullah, menyebutkan bahwa Maimun bin Mahran pernah berkata, ''Harta itu mempunyai tiga tuntutan. Jika seseorang selamat dari yang pertama, masih dikhawatirkan dari yang kedua. Jika selamat dari yang kedua, dikhawatirkan pula dari yang ketiga. Pertama, hendaknya harta itu bersih (halal dan tidak pula tercampur yang syubhat). Kedua, hendaknya hak Allah (zakat) dipenuhi (dikeluarkan). Ketiga, hendaknya dibelanjakan secara wajar (tidak dihambur-hamburkan dan tidak pula kikir dalam pengeluaran).''</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita melihat sekelompok orang berfoya-foya dan membelanjakan harta melebihi yang dibutuhkan. Mereka tidak lagi mempedulikan nasib orang-orang di sekitarnya yang serba kekurangan. Padahal jauh hari Allah sudah mengingatkan, ''Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)...'' (QS 64:15), ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.'' (QS 63:9), dan ''Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur'' (QS 102:1).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam buku Teosofia Alquran, Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa menumpuk harta melebihi kebutuhan dapat membinasakan diri sendiri. Itu, katanya, kalau ditinjau dari tiga hal. Pertama, menumpuk harta cenderung menyeret kita ke tebing maksiat dan kezaliman. Ujian atau cobaan dengan kemewahan jauh lebih berat ketimbang kesengsaraan. Dalam keadaan kaya, kita biasanya sulit untuk bersikap sabar. Kedua, menumpuk harta cenderung mendorong kita untuk hidup melebihi yang kita butuhkan. Nabi saw mengingatkan, ''Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan.'' Ketiga, menumpuk harta cenderung alpa berzikir kepada Allah. Padahal, kata Al-Ghazali, mengingat Allah adalah asas kebahagiaan di dunia dan akhirat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Mengejar dan memperbanyak harta kekayaan sering merisaukan hati dan pikiran, sehingga kita lalai mengingat Allah. Nabi saw menegaskan, ''Suka dunia itu menyebabkan susah dan risau, dan zuhud terhadap dunia menenangkan hati pikiran dan badan. Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan, tapi kekayaan. Jika dunia terbuka luas bagimu sebagaimana terbuka luas bagi umat sebelumnya, maka kamu berebut sebagaimana mereka berebut. Dan, itu membinasakan kamu, sebagaimana membinasakan mereka.'' Hidup akan sia-sia dan rugi, bila kita masuk ke golongan orang yang menumpuk harta dan lupa kepada Allah. Mudah-mudahan, harta yang kita kejar setiap hari di jalan Allah melapangkan kita masuk pintu surga. </span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-29670516062666861382009-09-03T16:27:00.000+07:002009-09-03T16:28:19.600+07:00Nikmat Menolak Maksiat<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Dipandang dari salah satu segi, barangkali tak enak jadi orang Islam karena banyaknya larangan. Berbuat ini haram, melakukan itu dosa, melangkah begini tidak boleh. Bukankah manusia punya aneka keinginan? Bukankah main perempuan itu enak, berjudi kalau menang membawa keuntungan berlimpah? Menang judi setengah malam bisa lebih banyak dari bekerja satu bulan. Korupsi hanya dengan membubuhkan sepuluh tanda tangan mungkin bisa merengkuh uang tiga kali gaji.</span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Tapi, kenapa ada larangan? Manusia, menurut Allah, adalah makhluk ciptaan-Nya yang sangat mulia (QS. 95:4). Kemuliaan ditentukan oleh ketakwaan dan akhlak. Jika takwa tidak dimiliki dan akhlak tidak dipunyai, tak akan pernah kemuliaan hinggap menjadi harkat dan predikat seseorang. Minusnya takwa dan akhlak akan membuat seseorang turun derajatnya menjadi hina (QS. 95:5).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Kalau kita renungkan, Allah membuat larangan haram karena kalau larangan itu dilanggar, itu akan merugikan manusia dan kemanusiaan. Atau setidak-tidaknya, apa yang dilarang Allah itu lebih banyak merugikan dari menguntungkan. Seandainya zina dibolehkan, ini memang enak bagi yang melakukan zina itu. Tapi, anak yang lahir nantinya tak 'kan jelas siapa bapaknya. Otomatis tidak akan ada tanggung jawab seorang bapak. Dengan pernikahan, anak yang lahir akan lebih terjamin hidup dan masa depannya. Begitu pula judi, mengundi nasib yang mengakibatkan ada yang untung mendadak dan ada yang rugi seketika. Ada yang tertawa dan ada yang hatinya gundah karena kalah. Merugikan orang lain jelas melukai kemanusiaan. Di samping dalam perjudian itu manusia menjadi kurang menghargai kerja keras dan kucuran keringat. Padahal, hidup adalah untuk berbuat, beramal. Kemudian, saya persilakan Anda merenungkan semua larangan Allah yang lain. Insya Allah lambat laun akan terasa bahwa semua yang dilarang Allah itu merugikan manusia.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Keinginan untuk melanggar larangan Allah tidak lain merupakan keinginan hawa nafsu, yang kalau dituruti tentu dirasakan enaknya. Tapi Allah tidak menutup mutlak seorang Muslim untuk merasakan enak. Jika Allah melarang zina, menyalurkan nafsu seksual tetap dibolehkan, tapi melalui jalur pernikahan. Dengan nikah, kepuasan seksual terpenuhi tanpa harus meruntuhkan kemuliaan. Itulah karunia Allah kepada manusia. Kiranya, kalau kita lanjutkan pemikiran kita, kalau Allah melarang berbohong, itu karena Allah sangat menghargai lisan (mulut) manusia; kalau Allah melarang memfitnah, itu karena fitnah bisa merusak tatanan kehidupan dan bisa menyulut permusuhan; jika Allah melarang korupsi, itu karena korupsi bisa merugikan negara dan bangsa.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Maka, sungguh beruntung orang yang hatinya diusahakan untuk selalu berzikir (ingat kepada Allah), dengan ibadah yang khusyuk, dengan persaudaraan (ukhuwah) yang tumbuh dari iman, dan dengan akhlak yang indah karena ingin selalu bertauladan kepada hidup Muhammad Rasulullah. Dengan pendekatan itu, menghindari larangan Allah akan menumbuhkan keindahan akhlak yang sangat terpuji. Menghindari larangan Allah seyogyanya disertai rasa taqarrub (pendekatan hati kepada Allah) agar ketika maksud memenuhi hawa nafsu tidak kesampaian, itu tidak menimbulkan rasa kecewa. Justru dengan taqarrub, menolak ajakan hawa nafsu untuk melanggar larangan Allah akan melahirkan nikmat rohani dan rasa bahagia yang tak terperi.</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-36539088896549029682009-09-03T16:25:00.001+07:002009-09-03T16:26:44.838+07:00Melihat dan Menjauhi Setan<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Dalam sebuah kisah, seorang lelaki dari bani Israil berpuasa selama 70 tahun. Setiap tahun ia hanya berbuka tujuh hari. Selama berpuasa, dia selalu bermohon kepada Allah agar diberi kemampuan melihat setan yang senantiasa menggoda manusia. Meskipun doa itu dipanjatkan terus menerus, namun Allah tetap menangguhkannya. Karena merasa sudah terlalu lama permohonannya tidak dikabulkan, suatu ketika lelaki itu bergumam, ''seandainya aku dapat mengetahui berbagai kesalahan serta doa yang aku perbuat kepada Tuhanku, niscaya yang demikian itu lebih baik daripada perkara yang aku minta selama ini''.</span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sesaat kemudian, atas perintah Allah, malaikat datang menemui lelaki itu dan berkata, ''sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk menemui kamu. Dia (Allah) berkata bahwasannya pernyataan yang baru saja kamu ucapkan tadi lebih disenangi oleh-Nya daripada ibadah (puasa) yang telah lama kamu jalankan itu''. Si pembawa pesan itupun menghilang.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Tak lama setelah malaikat pergi, lelaki dari bani Israil tadi dianugerahi oleh Allah kemampuan melihat setan sehingga saat itu langsung dapat menyaksikan rombongan setan yang mengepung manusia di bumi. Itulah kisah yang bersumber dari Wahab bin Munabbih.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Setan memang tidak akan pernah berhenti mengepung dan menggoda manusia. Mereka datang dari berbagai penjuru; dari muka dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri (QS. 7:17), dan itu akan berlangsung terus hingga kiamat tiba (QS. 17:62). Dalam memperkuat godaan mereka untuk menyesatkan manusia, para setan dibantu teman-temannya (orang-orang kafir dan fasik) tanpa kenal lelah (QS. 7:202).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam konteks kekinian, wujud setan semakin beragam. Kekuatan godaannya pun makin dahsyat. Di era globalisasi informasi, setan bisa berupa paket-paket informasi tertentu, atau kemasan acara tertentu. Di tengah semaraknya produk-produk film, terutama film impor, setan bisa menyusup sebagai pemeran atau pemain. Setan juga dapat menyelinap dalam botol minuman-minuman tertentu. Dalam tataran organisatoris, kumpulan setan bisa bergabung dengan OTB (organisasi tanpa bentuk). Dan masih sangat banyak lagi yang lain, yang seluruhnya bisa disimpulkan, setan adalah tempatnya kesalahan, atau sebaliknya, kesalahan/kebatilan adalah tempatnya setan.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Memohon kepada Allah agar manusia diberi kemampuan ''melihat berbagai wujud setan'' terasa kian relevan di era ketika batas-batas antara ''setan'' dengan ''yang bukan setan'' kian pudar. Padahal batas tegas itu sangat diperlukan agar fokus sasaran perlawanan manusia tidak meleset. Sangat ironis bila yang dilawan justru hal-hal yang seharusnya didukung. Sebaliknya, tak kalah ironisnya jika yang didukung adalah perkara-perkara yang semestinya diprotes.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Yang menarik dari kisah di awal adalah, permohonan untuk dapat ''melihat setan'' dikabulkan setelah sang pemohon tergerak hatinya untuk mengetahui terlebih dahulu berbagai kesalahan atau dosa yang pernah diperbuatnya. Mampu melihat atau mengetahui kesalahan/dosa berarti mampu ''melihat setan''. Maka alangkah indahnya bila setiap orang mampu ''melihat setan''.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">''Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya'' (QS. 7:201). Bila dengan bertakwa dan mengingat Allah, manusia bisa ''melihat setan'', maka hanya dengan bertakwa dan mengingat Allah itu pula satu-satunya cara untuk melawan segala macam bentuk setan yang dilihat, termasuk setan yang belum sempat dilihat. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. </span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-1649195165636978062009-09-03T16:13:00.002+07:002009-09-10T21:37:38.821+07:00Puasa Dalam Al-Qur'an<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdiPr7CVh9La_arJLxJU0K-vq-48CFQpwWIJLefv-RImi06iElNTAqpBC8QQ9qfoV7KfrDxmvkMeAFXlX-PaEN29fv_yCctSze3XpXwGSD2herWhjpDYQGqYoitpk0rZLA9O5N9ThcOA/s1600-h/alquran60.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 240px; height: 176px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdiPr7CVh9La_arJLxJU0K-vq-48CFQpwWIJLefv-RImi06iElNTAqpBC8QQ9qfoV7KfrDxmvkMeAFXlX-PaEN29fv_yCctSze3XpXwGSD2herWhjpDYQGqYoitpk0rZLA9O5N9ThcOA/s200/alquran60.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5379847653166569586" border="0" /></a><span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar </span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">- Sudah banyak pakar membahas hikmah dan filosofi ibadah puasa. Ada yang mengaitkan puasa dengan teori-teori kedokteran, seperti dilakukan Muhammad Farid Wajdi, salah seorang murid Shekh Muhammad Abduh. Ada pula yang mengaitkannya dengan kepedulian sosial dan rasa kesetiakawanan, serta tidak sedikit pula yang mengaitkan puasa dengan pendidikan kepribadian. Berbagai hikmah yang dikemukan para pakar di atas, tentu saja memiliki alasan-alasan dan logikanya sendiri.<br /><br />Dalam Alquran, menurut penyelidikan Muhammad Fuad Abd al-Baqi dalam Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz Alquran , kata puasa ( al-shaum ) terulang sebanyak 14 kali dalam berbagai bentuknya. Khusus mengenai puasa Ramadhan, dapat dilihat keterangannya secara beruntun dalam surah al-Baqarah ayat 183 s/d 167. Berdasarkan penyelidikannya yang mendalam terhadap ayat-ayat mengenai puasa di atas, Abdul Halim Mahmud, mantan Rektor al-Azhar, dalam bukunya Asrar al-'Ibadah (Rahasia Ibadah), mengemukakan tiga hikmah penting ibadah puasa.<br /><br />Pertama, puasa diwajibkan sebagai sarana mempersiapkan individu Muslim menjadi orang takwa (Q. S. 2: 183). Karena tujuan utama puasa adalah takwa, maka menurut Abdul Halim Mahmud, setiap orang yang berpuasa harus mampu mengorganisir seluruh organ tubuhnya dan mengatur semua aktivitasnya ke arah tujuan yang hendak dicapai itu (takwa).<br /><br />Kedua, puasa diwajibkan sebagai syukur nikmat. Allah SWT memerintahkan puasa setelah Ia menerangkan bahwa Ramadhan yang mulia itu adalah bulan yang di dalamnya petunjuk Allah yang amat sempurna diturunkan, yaitu Alquran (Q. S. 2: 185). Karena itu, turunnya wahyu itu patut disambut dan ''dirayakan''. Namun, perayaan ini haruslah dengan kegiatan yang sesuai. Dalam kaitan ini, penyambutan dan ''perayaan'' itu hanya patut dilakukan dengan mempersiapkan diri untuk bisa menerima petunjuk itu dengan cara yang paling baik, yaitu puasa.<br /><br />Ketiga, puasa membuat pelakunya dekat dengan Tuhan dan semua permohonan dan doanya didengar dan dikabulkan. Inilah makna firman Allah: ''Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku'' (Q.S. 2.186).<br /><br />Menyimak beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas, nyatalah bahwa puasa merupakan sesuatu yang semestinya kita lakukan. Ia bukan semata kewajiban, melainkan suatu kebutuhan. Untuk itu, setiap muslim harus menyambut gembira datangnya Ramadhan ini dan melaksanakan ibadah puasa dengan penuh suka cita. Dengan begitu, setiap kita mempunyai alasan moral untuk mendapat pengampunan Tuhan dan pembebasan dari siksa-Nya.</span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size:small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /><br /></span></span><br /></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-51807646525049705482009-09-03T16:11:00.002+07:002009-09-03T16:12:58.008+07:00Satu Perut<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJlhbFsv6q7ZGYojHGJoGMPHmoPxh2ItUuTawxcnXyORM2PmxRT0N2ysIY7svY0JMPRSf-N2g_Okj5K1KHHwLZANaRdltqLAFubrfE8XZcBDX1fHFUJxCeDCeSxCoRuFGzPlRU-hcsIqw/s1600-h/studio5.jpg"><img style="text-align: justify;float: left; margin-top: 0px; margin-right: 10px; margin-bottom: 10px; margin-left: 0px; cursor: pointer; width: 320px; height: 320px; " src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJlhbFsv6q7ZGYojHGJoGMPHmoPxh2ItUuTawxcnXyORM2PmxRT0N2ysIY7svY0JMPRSf-N2g_Okj5K1KHHwLZANaRdltqLAFubrfE8XZcBDX1fHFUJxCeDCeSxCoRuFGzPlRU-hcsIqw/s320/studio5.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377166571217669890" /></a><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: rgb(153, 0, 0); font-style: italic; line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sesungguhnya orang mukmin itu makan dengan satu perut, sedang orang kafir makan dengan tujuh perut -- Nabi Muhammad SAW</span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Seperti kendaraan bermotor, dalam bulan Puasa kita di-tune-up, di-spooring, di-balancing, supaya lancar dalam pengembaraan kehidupan sehari-hari kita selanjutnya. Begitu besar perhatian Tuhan kepada diri kita, hal itu terasa di bulan-bulan kemudian kita berada dalam keadaan stabil. Sampai kemudian kita dipertemukan dengan bulan Puasa lagi. Alhamdulillah. Seberapa besar keperluan yang kita butuhkan, rasanya selalu dicukupi Allah. Kadang terasa kita begitu dimanjakan-Nya. Ya, kita juga lupa bahwa kita sebenarnya sudah lahir kembali, menjadi fitri untuk menjalani hidup ini. Mengapa lalu di bulan-bulan kemudian kita kadang hidup lebih mewah lagi. Mengapa kita lupa gemblengan rohani dan jasmani yang baru saja kita jalani.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Mengapa kemudian kita tidak khusus, misalnya, melakukan pemberdayaan kekuatan keadilan sosial untuk menanggulangi kesenjangan sosial yang semakin tajam. Sebenarnya seberapa besar kekuatan yang kita miliki punya pengaruh terhadap rasa keadilan sosial orang-perorang. Sayyid Qutub menyatakan bahwa Islam membenci keadaan masyarakat yang terbagi dalam kelompok kaya dan miskin. Di dalam masyarakat seperti itu terkandung rasa sakit hati dan kedengkian yang bisa mengancam keutuhan masyarakat serta merusak jiwa dan hati manusia. Juga tekanan hidup atas orang-orang miskin, bisa mendorong mereka kepada tindakan-tindakan yang haram dan terlarang, misalnya mencuri, merampok, menjual harga diri dan kehormatan, merasa benar sendiri. Tindakan-tindakan semacam ini sangat bertentangan dengan fitrah manusia dan dimusuhi Islam.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Hadis riwayat Bukhari di atas mengingatkan kita bahwa kebutuhan asal cukup dan kebutuhan asal rakus mendudukkan orang-perorang dalam kondisi ketakwaan yang saling bertentangan. Seorang yang baik juga nampak dalam ketakwaan ketika menghimpun kekayaan. Juga diperhitungkan bagaimana kekayaan itu bisa didapat, dari mana, lalu untuk apa. Sampai pada akhirnya kekayaan itu wajib ''dipertemukan'' dengan Allah Azza wa Jalla. Bisakah kekayaan kita dipertanggungjawabkan? Apakah ada kelompok masyarakat yang kita rugikan ketika kita menumpuk kekayaan. Masa-masa ibadah tak akan pernah berakhir. Kesucian menyertai langkah kita dan tindakan-tindakan kita di kantor. Itulah karunia Allah terbesar. Pikiran kita, ucapan kita, dan perilaku kita sehari-harinya mencerminkan keagungan manusia. Kita adalah wakil Tuhan di bumi, sehingga napas keadilan sosial yang kita hembuskan merupakan kewajiban yang utama karena kita seorang mukmin. Subhanallah. -</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-88636898353959201312009-09-03T15:59:00.001+07:002009-09-10T23:04:52.303+07:00Bulan Ibadah<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Ramadhan memang bulan ibadah. Porsi ibadah biasanya akan bertambah. Tetapi Ramadhan juga bulan segala kegiatan dan kerja keras. Tak ada alasan buat umat Islam untuk berleha-leha di siang hari karena berpuasa. Kesibukan kerja di siang hari malah membuat hari terasa pendek. Kita perlu menengok ke dalam sejarah, melihat bagaimana kesibukan Rasulullah saw pada bulan-bulan ini. </span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam melaksanakan ibadah Rasulullah lebih mengkhususkan diri pada bulan puasa, sehingga seolah ia tak lagi mengenal dunia, dengan memperbanyak ibadah: melakukan salat, membaca Alquran, zikir, bersedekah, dan pada malam kesepuluh terakhir beri'tikaf di masjid, dan menganjurkan kita memperbanyak ibadah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sungguh pun begitu tidak berarti Nabi lalu bersantai-santai dan melalaikan tugas-tugas duniawi. Justru peristiwa-peristiwa besar banyak terjadi pada bulan Ramadhan, seperti ditulis Ali Hasani al-Kharbutli, al-Rasul fi Ramadhan. Juga dalam buku-buku sejarah, tafsir, dan hadis, dapat kita baca betapa sibuknya Rasulullah.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Bagi Rasulullah bulan puasa adalah bulan jihad, bulan perjuangan. Sejak tahun pertama Hijri dalam bulan puasa beberapa ekspedisi militer dikerahkan untuk menghadapi musuh, kaum musyrik Mekah yang selalu datang mengganggu dengan serangan kecil-kecilan pada mulanya, dan kemudian sampai di puncaknya pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijri dengan pecahnya perang Badr. Tetapi justru inilah kemenangan Islam yang pertama menghadapi kaum musyrik Quraisy, ''Allah telah menolong kamu di Badr ketika kamu dalam keadaan lemah. Maka bertakwalah kepada Allah, dengan demikian kamu bersyukur'' (Q. S. 3: 123).</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Setelah itu, pada tahun-tahun berikutnya, terjadi pula perang Uhud dan perang Parit, sedikit sebelum dan sesudah bulan puasa, sampai akhirnya pada Ramadhan tahun ke-8, Mekah sebagai markas besar musyrik Quraisy dapat dibebaskan, berhala-berhala dihancurkan dan tauhid ditegakkan. Dan pada Ramadhan tahun berikutnya Rasul kembali dari ekspedisi Tabuk dengan membawa kemenangan pula.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Itulah kemenangan-kemenangan Ramadhan yang terbesar, disusul dengan kedatangan utusan Banu Saqif dari Taif -- sebagai benteng terakhir kaum pagan yang paling keras -- ke Medinah, menyatakan pengakuan dan kesetiaan penduduk Taif kepada Rasulullah. Itulah jatuhnya benteng terakhir kaum penyembah berhala di jazirah Arab. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti perang Badr dan pembebasan Mekah dalam bulan puasa itu adakalanya Rasulullah dan sahabat-sahabat terpaksa membatalkan puasa. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Dalam bulan ini pula banyak peristiwa besar lain terjadi. Muhammad menerima tugas dan diutus Allah sebagai rasul-Nya terjadi pada bulan Ramadhan, yang dengan sendirinya juga turunnya wahyu pertama. Ramadhan, bulan penuh kegiatan, bulan kemenangan rohani dan jasmani.</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-88923277939723207942009-09-03T15:58:00.000+07:002009-09-10T21:12:19.767+07:00Puasa Membentuk Pribadi Kita<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Ada tiga unsur yang melengkapi diri kita sehingga kita dapat hidup sebagai pribadi. Ketiga unsur itu menentukan hidup dan kehidupan kita lebih lanjut. Ketiganya adalah hati, otak (akal), dan jasmani. Otak mampu menciptakan konsep-konsep atau keinginan-keinginan untuk mencapai sesuatu. Otak juga dapat menciptakan hal-hal yang baru sama sekali, seperti produk-produk iptek (barang-barng elektronik canggih, bahkan bom/peralatan nuklir). Sedangkan hati menyaring apa yang patut atau tidak patut dikerjakan. Kalau hati seseorang baik (bersih) tentu dapat memberi arah apa yang seyogianya otak ciptakan. Tetapi kalau hatinya tidak bersih (hitam), maka dapat saja otak tersebut bekerja semaunya, menciptakan apa saja yang tidak dikehendakinya, tidak peduli apakah baik atau tidak, apakah akan membinasakan atau menyelamatkan umat manusia. Jelas orang yang seperti ini berbahaya, karena dapat ia lakukan hal-hal seperti dikemukakan tadi. Yang pokok, keinginannya tercapai.</span></span></span></div><span class="fullpost"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 15px; "><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sementara peran jasmani adalah melaksanakan apa yang telah dikehendaki oleh otak dan hati. Ia bekerja, kalau sudah ada perintah dari otak dan hati. Jasmani tidak berpikir, ia hanya bekerja setelah menerima petunjuk. Yang pokok, jasmani perlu dirawat dan dilatih agar senantiasa berada dalam keadaan sehat sehingga dapat berfungsi. Bahkan unsur jasmani ini turut menentukan, karena meskipun otak dan hati telah melahirkan suatu gagasan yang cukup ideal, namun tidak akan dapat direalisasikan apabila jasmani tidak berdaya.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Di sinilah betapa besar peran ibadah puasa dalam pembentukan pribadi. Perannya ialah berusaha menyehatkan ketiga unsur tadi sekaligus. Ia membersihkan hati melalui peningkatan ibadah (di samping berpuasa, juga salat, termasuk salat tarawih, dan berlatih diri menahan hawa nafsu yang cenderung ke perbuatan-perbuatan tercela) yang akhirnya berpengaruh pula pada cara berpikir. Orang yang beriman (bertakwa) dan yang bersih hatinya, biasanya pemikirannya pun jernih dan selalu berusaha menghindari perbuatan maksiat.</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sedangkan orang yang berpuasa, akan terawat (terpelihara) kesehatannya, karena sesuai dengan keterangan para dokter, puasa dapat menyembuhkan, setidak-tidaknya mengurangi penyakit tekanan darah tinggi, jantung, lambung, dan lain-lain. Jadi, puasa sekaligus berusaha menyehatkan rohani, pemikiran dan jasmani sehingga gagasan-gagasan yang diciptakan oleh orang yang berpuasa selalu jernih dan selalu pula memperhatikan kepentingan umat (orang banyak). Oleh karena itu, puasa sangat bermanfaat bagi para pemimpin.</span></span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-51235558236622976712009-09-03T15:13:00.000+07:002009-09-03T15:14:47.163+07:00Jiwa Mandiri Kunci Harga Diri<span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana; font-size: 11px; line-height: 15px; "><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"> - Kehormatan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah ketika hati kita bebas dari bergantung kepada selain Allah SWT. Perjuangan kita untuk menjaga harga diri dari meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan kita. Jiwa mandiri adalah kunci harga diri.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Segera setelah berhijrah ke Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan orang-orang Anshar dan Muhajirin. Ada satu kisah menarik yang terjadi ketika Rasulullah SAW mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa'ad bin Rabi--orang paling kaya dari golongan Anshar.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Ketika itu Sa'ad berkata kepada Abdurrahman: "Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separuh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan mana yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperistrinya.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Jawab Abdurrahman bin 'Auf: "Semoga Allah memberkati anda, juga isteri dan harta anda! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga....! Abdurrahman pergi ke pasar, dan berjualbelilah di sana.......</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Hingga suatu ketika Rasul menyapanya, "Bagaimana keadaanmu sekarang, wahai Abdurrahman?" Ia pun menjawab, "Ya Rasulullah, saya sudah menikah dan maharnya saya bayar dengan emas. SAHABAT, kita sangat layak untuk meneladani sikap yang ditunjukkan Abdurrahman bin Auf di atas. Itulah kemandirian yang berakar dari terjaganya harga diri. Sebuah sikap terpuji yang mulai hilang dalam kehidupan masyarakat kita.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sudah menjadi keniscayaan, jika kita bersandar kepada selain Allah, pasti kita akan takut kalau sandaran itu diambil orang. Tapi bila kita bergantung kepada Allah SWT, maka tak ada sedikitpun keraguan dan kecemasan yang akan menghampiri. Allah tidak akan mengabaikan orang yang bersungguh-sungguh berharap kepada-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, "Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta".</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Jiwa mandiri adalah kunci harga diri. Selain akan merdeka dalam hidupnya, orang yang mandiri akan lebih rasa percaya diri, sehingga bisa melakukan pekerjaan lebih banyak, ucapannya lebih bermakna, dan waktunya akan lebih efektif. Karena itu, perjuangan kita untuk menjaga harga diri dengan tidak meminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan sejati.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Tapi kenapa ada orang yang begitu "tega" menggadaikan harga dirinya demi harta duniawi yang sedikit? Ataupun--dalam skala luas--kenapa bangsa kita yang demikian kaya harus mengemis minta bantuan negara lain? Jawabnya, kita terlalu menganggap topeng dunia sebagai sumber harga diri. Sebagian besar kita terlalu sibuk membangun aksesoris duniawi, tanpa disertai kesibukan membangun harga diri. Tak mengherankan apabila ada orang yang jabatannya tinggi tapi perbuatannya rendah. Atau ada yang hartanya banyak, tapi jiwanya miskin.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">KITA harus mulai bangkit menjadi manusia-manusia berjiwa mandiri. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Pertama, tekadkan dalam diri untuk menjadi orang yang mandiri. Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus terhormat dan jangan menjadi budak dari apapun selain Allah SWT. Tekadkan terus untuk selalu menjaga kehormatan diri dan pantang menjadi beban. Andai pun hidup kita membebani orang lain, kita harus berusaha membalas dengan apa-apa yang bisa kita lakukan. Ketika kita membebani orangtua, maka harga diri kita adalah membalas kebaikan mereka. Begitupun kepada guru, teman, atau tetangga. Jangan sampai diri kita terhina karena menjadi benalu dan peminta-minta yang hanya menyusahkan orang lain.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Kedua, berani memulai. Hanya dengan keberanian orang bisa bangkit untuk mandiri. Tidak pernah kita berada di atas tanpa terlebih dahulu memulai dari bawah. Adalah mimpi menginginkan hidup sukses tanpa mau bersusah payah terlebih dulu.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Sungguh, dunia ini hanyalah milik para pemberani. Kesuksesan, kebahagiaan, dan kehormatan sejati hanyalah milik pemberani. Orang pengecut tidak akan pernah mendapatkan apa-apa karena ia melumpuhkan kekuatannya sendiri. Kejarlah dunia ini dengan keberanian. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Takut gelap, berjalanlah di tempat gelap. Takut berenang, segeralah menceburkan diri ke air. Semakin kita mampu melawan rasa takut, rasa malas, dan rasa tidak berdaya, maka akan semakin dekat pula keberhasilan itu dengan diri kita. Memang, segala sesuatu ada resikonya. Tapi inilah harga yang harus kita bayar dalam mengarungi hidup. Kalau kita tidak mau membayar harganya, kita pasti akan tersisih.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Ketiga, nikmatilah proses. Segalanya tidak ada yang instan, semua membutuhkan proses. Keterpurukan yang menimpa negeri kita, salah satu sebabnya karena kita ingin segera mendapatkan hasil. Padahal, tidak mungkin ada hasil tanpa memperjuangkannya terlebih dahulu.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Kita harus mau belajar menikmati proses perjuangan, menikmati tetesan keringat dan air mata. Dengan perjuangan nilai kehormatan yang sesungguhnya bisa terwujud. Kita jangan terlalu memikirkan hasil. Tugas kita adalah melakukan yang terbaik. Allah tidak akan memandang hasil yang kita raih, tapi Ia akan memandang kegigihan kita dalam berproses.</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Kita tidak tahu kapan negeri ini akan bangkit. Tetapi bagaimana pun kita harus memulai dengan sesuatu. Ingatlah selalu kisah seorang kakek yang dengan semangat menanam pohon kurma. Ketika ditanya untuk apa ia melakukan semua itu, maka ia menjawab, "Bukankah kita makan kurma sekarang karena jasa orang-orang yang sudah meninggal. Kenapa kita tidak mewariskan sesuatu untuk generasi sesudah kita?".</span></span></span></p><p><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="blocktext"></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;">Namun, jangan sampai kegigihan dan kemandirian kita mendatangkan rasa ujub akan kemampuan diri. Kemandirian yang sejati seharusnya membuat kita tawadhu, rendah hati. Sertailah kegigihan kita untuk mandiri dengan sikap tawadhu dan tawakal kepada Allah SWT.Jadi, kemandirian bukan untuk berbangga diri, tapi harus membuat kita lebih memiliki harga diri, bisa berprestasi, dan tidak membuat kita tinggi hati. Wallahua'lam.</span></span></span></p></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-12936822937970230112009-09-03T15:11:00.002+07:002009-09-11T01:17:48.815+07:00Amal-amal Penyelamat Umat Muhammad<span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana; font-size: 11px; line-height: 15px; "><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> - Suatu ketika terjadi tabrakan yang sangat keras antara dua kendaraan, yang menyebabkan pengendaranya luka berat. Masyarakat pun berdatangan untuk memberikan pertolongan.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Pengendara pertama yang ditolong ternyata seorang pemuda. Wajahnya bersih bersinar dan tampak tersenyum kendati tubuhnya penuh luka. Ia tengah menghadapi sakaratul maut. Kedua bibirnya tampak bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Seseorang yang menolongnya mencoba mendekatkan telinganya ke bibir pemuda itu, ia tercenung bercampur haru dan takjub. Apa yang didengarnya? Ternyata pemuda itu tengah melafalkan ayat suci Alquran hingga menghembuskan napas terakhirnya.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Adapun pengendara kedua, juga seorang pemuda. Tubuhnya penuh luka, dan bibirnya pun bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu. Si penolong itu merasa penasaran dan mendekatkan telinganya ke bibir sang pemuda. Apa yang didengarnya? Ternyata dari bibir pemuda itu terlantun sebuah lagu </span></span></span><span class="blocktext"><em style="color: rgb(153, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">rock</span></span></em></span><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">, dan ini terus terdengar dari mulutnya hingga tarikan napasnya yang penghabisan.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Belakangan si penolong mengetahui lebih jauh tentang siapa pemuda yang pertama tadi. Ternyata pemuda itu tengah melakukan tugas rutin yang dilakukannya setiap bulan, yaitu mengunjungi fakir miskin di suatu kampung untuk membagikan makanan dan pakaian bekas yang ia kumpulkan selama satu bulan.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Saat kejadian itu pun tampak di mobilnya beberapa bungkus makanan dan pakaian. Sementara di</span></span><em style="color: rgb(153, 0, 0); "><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">dashboard </span></span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">mobilnya ditemukan beberapa kaset bacaan Alquran dan ceramah. Bagaimana dengan pemuda yang satunya lagi? Tentu tidak perlu diungkapkan lebih lanjut di sini. Hanya saja, dengan kejadian tersebut, si penolong dan tentu kita semua seakan diberi gambaran oleh Allah SWT tentang amal seseorang ketika hidup dan kira-kira apa yang dialami keduanya setelah nyawanya tercerabut.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Oleh karena itu, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menukilkan sebuah Hadis Rasulullah yang cukup panjang tentang amalan-amalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kesulitan di akhirat kelak. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Madini berbunyi, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku semalam bermimpi melihat hal yang sangat menakjubkan. Aku melihat seorang dari umatku yang didatangi oleh malaikat untuk mencabut nyawanya, lalu datang amalnya kepadanya dalam berbakti kepada dua orang tuanya, sehingga amal itu membuat malaikat itu kembali lagi.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang telah dipersiapkan kepadanya siksa kubur, lalu datang wudhunya, sehingga wudhunya itu menyelamatkannya dari siksa kubur.Aku melihat seseorang yang telah dikepung banyak setan, lalu datang kepadanya zikirnya kepada Allah, sehingga zikirnya itu mengusir setan-setan tersebut darinya.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang kehausan, sedang tiap kali ia mendekati telaga, ia diusir darinya. Lalu, datanglah shaum Ramadhannya, sehingga shaumnya itu memberikan minum kepadanya.Aku melihat seseorang di mana para nabi masing-masing duduk dalam halaqah, ia diusir dan dilarang untuk bergabung ke dalamnya. Lalu, datanglah mandinya dari hadas besar, sehingga mandinya itu membimbing ia dengan memegang tangannya seraya mendudukannya di sampingku.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang di depannya gelap sekali, begitu pula di belakang, atas, dan bawahnya, sehingga ia kebingungan mencari arah jalannya. Datanglah kepadanya haji dan umrahnya, lalu keduanya mengeluarkan ia dari kegelapan tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat yang terang sekali.Aku melihat seseorang yang melindungi mukanya dengan tangannya dari panasnya kobaran api, lalu datang sedekahnya kepadanya dengan menutupi kobaran api dari mukanya seraya membimbingnya ke hadapan Allah SWT.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang mengajak bicara orang-orang mukmin, tetapi mereka mendiamkannya. Datanglah silaturahminya seraya berkata, 'Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ia adalah orang yang melakukan silaturahmi, maka ajaklah dia bicara'. Maka, orang tersebut diajak bicara oleh semua orang mukmin dan mereka mengulurkan tangan untuk berjabatan dengannya, sementara ia pun mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan mereka.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang telah dicengkeram Malaikat Jabaniyyah, lalu datanglah kepadanya amal ma'ruf nahyi munkar-nya, hingga amalnya itu menyelamatkan ia dari siksa Jabaniyyah dan memasukannya ke dalam lingkungan malaikat rahmat.Aku melihat seseorang yang jalannya merangkak dengan kedua lututnya dan di depannya terdapat tabir yang memisahkan ia dengan Allah, lalu datanglah akhlak baiknya seraya memegang tangan dan membimbingnya ke hadirat Allah SWT.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang catatan amalnya datang dari sebelah kirinya, lalu datanglah takwanya kepada Allah dan mengambil buku tersebut dengan meletakkannya di tangan kanannya.Aku melihat orang yang timbangan amalnya sangat ringan, lalu datang anak-anaknya yang meninggal waktu kecil, sehingga mereka memberatkan timbangan amal baiknya tersebut.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang berdiri di tebing Jahannam, lalu datanglah harapannya kepada Allah, hingga harapannya itu menyelamatkannya dari Jahannam dan ia berjalan menuju syurga dengan selamat.Aku melihat seseorang yang terpelanting di atas neraka, lalu datanglah air matanya karena takut pada Allah, hingga air mata itu menyelamatkannya dari jatuh ke neraka.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku melihat seseorang yang tengah berada di atas jembatan dengan tubuh gemetar, lalu datang husnudzannya pada Allah, hingga sikapnya itu menjadikan dia tenang dan ia pun berjalan dengan lancar.Aku melihat seseorang yang jatuh bangun di atas jembatan. Terkadang ia merangkak, terkadang pula ia menggantung. Lalu datanglah shalatnya menegakkan kedua kakinya dan menyelamatkannya hingga ia mampu menyeberangi jembatan sampai ke pintu syurga.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Aku pun melihat pula seseorang yang telah sampai ke pintu syurga, semua pintu ditutup baginya. Lalu datanglah syahadatnya, sehingga dibukalah pintu syurga dan ia pun bisa masuk ke dalamnya".Itulah gambaran tentang amalan-amalan yang dengan izin Allah SWT bisa menjadi penyelamat umat Muhammad SAW yang benar-benar melaksanakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah dengan hati ikhlas.</span></span></span></p></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1383049231256267910.post-80337240085938557502009-09-03T15:11:00.001+07:002009-09-03T15:11:45.015+07:00Agar Mendapat Pertolongan Allah<span class="fullpost"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana; font-size: 11px; line-height: 15px; "><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Galih Gumelar</span></span></b><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"> - Ketika harga diri telah dijadikan salah satu kata kunci utama hidup seorang Muslim di tengah-tengah pergaulan manusia yang lalai dan diperkuda hawa nafsu, semoga saja Allah menakdirkan kita menjadi bukti kemuliaan Islam. Siapa pun yang dianugerahi karunia ini, niscaya tidak akan merasakan kecemasan menghadapi kehidupan dunia. Betapa tidak!</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">pertolongan-Nya yang sangat mengesankan akan senantiasa tercurah kepada kita, diminta ataupun tidak. Misalnya saat kita ingin membangun masjid atau lembaga dakwah. Sekiranya kita tidak yakin bahwa Allah SWT akan menolong kita yang ingin mendirikan rumah-Nya dan menolong menegakkan agama-Nya, niscaya akan dengan mudah. Bahkan mungkin penuh kesadaran menukar harga diri dengan kepingan-kepingan uang logam, yang mungkin nilainya lebih kecil daripada yang diberikan kepada pengemis atau penjaga WC umum.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kita akan rela mencampakkan rasa malu kita dan rela tubuh ini terpanggang terik sinar matahari untuk berjalan berkilo-kilo meter dari pintu ke pintu, berdiri di pinggir jalan raya sambil mengacung-acungkan kotak kencleng, atau mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil di perempatan jalan. Padahal, bukankah tangan di atas itu jauh lebih baik dari pada tangan yang menengadah di bawah? Sesungguhnya, keadaan semacam itu sangat dimaklumi. Umat Islam saat ini baru terjaga dari tidur lelapnya.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Saat terjaga, ternyata orang lain sudah banyak berbuat, melangkah begitu jauh dan sudah berbekal sejumlah potensi untuk bersaing. Akibatnya, bisa kita lihat ke dalam diri kita sendiri, kita masih memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal potensi sumber daya manusia, dana, kesempatan, maupun strategi untuk bersaing. Mengingat hal itu, apakah lantas kita hanya akan mengandalkan kemampuan diri yang notabene pas-pasan, apa yang bisa kita dapat?</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kalaupun kita memilih berjuang sekuat-kuatnya untuk menjaga kemuliaan diri, tak ingin meminta-minta sumbangan. Sementara jalan wirausaha pun belum membuahkan hasil yang berarti, lalu siapa yang harus kita andalkan? Hendaknya kita mulai mencita-citakan menjadi orang yang selalu rindu pertolongan Allah. Biarlah Dia yang mengatur segalanya bagi kita. Biarlah kita menjadi bagian dari rencana dan strategi-Nya.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Karena dengan begitu, kita akan menjadi orang yang bisa meraih sukses dalam bidang apapun yang dapat mendatangkan kemaslahatan, sekaligus derajat kemuliaan kita, pun tetap terpelihara dan bahkan terentaskan. Mau berdakwah, melanjutkan sekolah, menempuh ujian, mencari pekerjaan, berwirausaha, atau melakukan apapun, kalau hanya mengandalkan otak dan kemampuan belaka, sungguh amat terbatas. Kita tidak bisa melacak apa yang akan terjadi besok atau lusa. Kita tidak tahu persaingan seberat apa yang akan dihadapi.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Kita tidak tahu penipu mana yang akan mengganjal dan menghadang kita. Akan tetapi, kalau Allah berkehendak menolong kita, maka Dia Mahatahu segala-gala. Sekali-kali tidak akan terhalang karunia dan pertolongan-Nya walaupun bergabung seluruh jin dan manusia untuk menghalanginya. Jadi, kalau ada yang harus kita lakukan sekarang adalah mencari pertolongan Allah, dengan cara berjuang sekuat-kuatnya agar kita menjadi orang yang layak ditolong oleh-Nya.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Akan tetapi, bukankah untuk sampai ke arah itu amat berat? Nah, di sinilah justru letak kesalahannya: menganggap berat perjuangan yang justru belum kita mulai. Padahal, Allah sama sekali tidak mempersulit kita. Kita saja yang suka menghalangi datangnya pertolongan Allah itu. Karenanya, agar kita menjadi orang yang tidak menghalangi pertolongan-Nya, rahasianya adalah memulai dengan membersihkan dan meluruskan niat. Untuk apa kita melakukan suatu usaha?</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Untuk kepentingan sendiri, bolehkah? Untuk ma'isyah rumah tangga, bolehkah? Kedua-duanya boleh saja. Hanya saja, kalau demi motivasi semacam itu, siapa pun dapat melakukannya, bahkan termasuk orang yang tidak beriman sekalipun. Padahal, kita harus mendapatkan nilai lebih dari sekadar untuk mencukupi diri atau keluarga. Ketika ingin berwirausaha, niatkanlah karena ingin memiliki harga diri, agar tidak menjadi beban orang lain.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Yang kedua, mudah-mudahan usaha kita menjadi dakwah. Yang ketiga, mudah-mudahan banyak teman kita yang bergabung, sehingga mereka mendapatkan rezeki yang jelas kehalalannya. Dan yang keempat, mudah-mudahan jerih payah kita membuahkan rezeki yang berlimpah ruah, sehingga bisa menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan. Hendaknya, seperti inilah niat kita.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Tidak lagi hanya untuk kepentingan diri dan keluarga, tetapi menjadi melebar untuk kepentingan umat. Inilah awal yang baik. Kalau niat dan motivasi kita hanya sekadar untuk memperkaya diri, jangan-jangan malah kita tidak pernah menjadi kaya. Lain lagi kalau diniatkan untuk memperkaya umat dan menolong agama Allah, maka Allah lah yang akan menjamin kekayaan kita. Bukankah Dia telah tegas-tegas berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. Muhammad [47]:7).</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Lalu, siasat seperti apa yang dapat kita lakukan agar menjadi bagian dari orang yang layak ditolong oleh-Nya? Langkah awal yang harus kita lakukan adalah berusaha terus menerus untuk meningkatkan pengenalan kita kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Ujung dari semua itu adalah terbangunnya ketakwaan dan ketawakkalan. Tidak takut kecuali hanya pada-Nya, karena Dialah satu-satunya tempat bergantung segala makhluk. Manusia hanya diwajibkan berikhtiar, sedang tercapai atau tidaknya ikhtiar tersebut, semuanya bergantung pada izin Allah.</span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span class="blocktext"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sekiranya kita sudah memiliki kesanggupan seperti itu, maka apa lagi yang harus dicemaskan di dunia ini? Jaminan dan janji Allah itu pasti. Mustahil Dia mengingkarinya. "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya baginya jalan keluar dan diberinya rezeki dari jalan yang tiada terduga. Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" (QS. Ath-Thalaq [65]:2-3).</span></span></span></p></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family:arial;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></span>Galih Gumelar Centerhttp://www.blogger.com/profile/05372913516712464378noreply@blogger.com0